BAB I PENDAHULUAN. peningkatannya cenderung lebih cepat (Nugroho, 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I LATAR BELAKANG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI BALAI PSTW UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR LANSIA: TERAPI AKUPRESUR. Ambarsari, Siti Aisyah 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 1

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN GEJALA INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WERDA RINDANG ASIH II BONGSARI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia menjadi tua melalui beberapa tahap perkembangan dimulai dari bayi, anakanak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Perubahan fisik dan tingkah laku yang dialami pada tiap orang saat mereka mencapai usia tahap perkembangan tertentu merupakan hal yang normal. Lansia yaitu suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa, semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup. Di masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Peningkatan usia harapan hidup atau lansia merupakan salah satu indikator yang digunakan pemerintah dalam pembangunan suatu negara. Pada setiap pertumbuhan penduduk terdapat peningkatan jumlah penduduk lansia yang menunjukan keberhasilan pembangunan suatu negara yang juga menimbulkan berbagai permasalahan baru. Dengan keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang mewujudkan hasil positif diberbagai bidang, adanya kemajuan ekonomi dan perbaikan lingkungan hidup terutama dibidang kesehatan dapat meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan peningkatannya cenderung lebih cepat (Nugroho, 2008). 1

2 Surilena (2006) mengungkapkan munculnya populasi dalam jumlah besar secara mendadak akan memberikan implikasi besar dalam dunia kesehatan, dimana pada tahap lansia banyak individu mengalami perubahan, baik secara biologis, psikologis, maupun sosial khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemapuan yang pernah dimilikinya. Dengan itu bertambahnya lansia selain mendatangkan hal positif juga terdapat berbagai permasalahannya. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2012 terdapat 600 juta jiwa di seluruh dunia berdasarkan catatan World Health Organization (WHO). Dari keseluruhan jumlah tersebut terdapat 142 juta jiwa lansia di wilayah regional Asia Tenggara. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah lansia di Indonesia mencapai jumlah 28 juta jiwa pada tahun 2012 dari yang hanya 19 juta jiwa pada tahun 2006. Hasil rekapitulasi data Dinas Kesehatan Jawa tengah mencatat 3 juta jiwa lansia terdapat di Jawa tengah. Angka ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia sebesar 22,5% dari 2.323.541 pada tahun 2010. Secara kuantitatif parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Depkes, 2012 ; BPS, 2012). Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap penurunan dari periode tidur. Kebutuhan tidur bayi yang baru lahir tidur rata- rata 20 jam sehari, anak usia 6 tahun rata- rata 10 jam, anak umur 12 tahun rata- rata 9 jam, sedangkan orang dewasa 7 jam 20 menit. Sedangkan usia lebih dari 60 tahun sering menyampaikan keluhan gangguan tidur. Perubahan pola tidur ini adalah umum dan bagian alami dari penuaan (Ernawati & Sudaryanto, 2009).

3 Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan- perubahan tersendiri yang dapat membedakan lanjut usia dari individu dengan usia lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari dan peningkatan jumlah tidur siang. Jumlah waktu yang dihasilkan untuk tidur yang lebih dalam juga menurun (Stanley & Beare, 2006). Gangguan pola tidur banyak dialami oleh individu seiring dengan bertambahnya usia. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%- 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter (Andreasen & Black, 2001). Tingginya gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut yang semakin bertambah dan penurunan fungsi serta kemampuan lansia, diperlukan perhatian yang lebih pada lanjut usia. Perhatian ini diperlukan agar lansia tidak hanya berumur panjang tetapi juga dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia serta meningkatkan kualitas hidup mereka. Kualitas hidup lansia perlu dipenuhi dengan meningkatkan kualitas tidur yang baik sehingga kesehatannya juga turut meningkat dan menjauhkan lansia dari sakit. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan-gangguan antara lain, seperti kecenderungan lebih rentan terhadap penyakit, pelupa, konfusi, disorientasi serta menurunnya kemampuan berkonsentrasi dan membuat keputusan. Selain itu kemandirian lansia juga berkurang yang ditandai dengan menurunnya partisipasi dalam aktivitas harian. Hal ini tentu berdampak buruk

4 terhadap kualitas hidup lansia. Oleh karena itu masalah kualitas tidur pada lansia harus segera ditangani (Potter & Perry, 2005). Purnawan dan Achiriyati (2013) menyebutkan terdapat dua metode penatalaksanaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia yaitu terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis adalah terapi menggunakan obat yang memimiliki efek cepat, namun dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan obat tidur secara terus menerus pada lansia menimbulkan efek toksisitas tinggi yang berpengaruh pada penurunan aliran darah, motilitas gastrointestinal dan penurunan fungsi ginjal memicu peningkatan angka mortalitas pada lansia. Dengan demikian diperlukan terapi non farmakologis lebih efektif dan aman untuk meningkatkan kualitas tidur lansia (Stanley & Beare, 2006). Relaksasi merupakan salah satu bagian dari terapi non farmakologi yang dapat meningkatkan kualitas tidur lansia. Menurut Miltenbarger (2004) ada 4 macam tehnik relaksasi yaitu relaksasi otot (progressive muscle relaxation), pernafasan (diaphragmatic breathing), meditasi (attentionfoccusing exercises) dan relaksasi perilaku (behavioral relaxation training). Dari empat itu, relaksasi pernafasan merupakan tehnik menghilangkan stres yang membantu para lansia dalam mengatasi masalah gangguan pola tidur. Purwanto (2006) menyatakan terapi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal, sehingga dapat

5 membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Selain tehnik ini mudah dilakukan oleh pasien, relaksasi ini dapat menekan biaya pengobatan dan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stres. Sedangkan kita tahu pemberian obat-obatan kimia dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan pemakainya seperti gangguan pada ginjal (Yosep, 2007). Terapi Benson ditemukan oleh seorang ilmuan yang bernama Hebert Benson. Teknik yang disebut relaksasi Benson ini merupakan suatu prosedur dalam membantu individu yang mengalami situasi yang penuh stres dan usaha untuk menghilangkan stress (Dalimartha, 2008). Aryana dan Novitasari (2013) menjelaskan proses pernafasan yang tepat merupakan penawar stres. Proses pernafasan merupakan proses masuknya oksigen melalui saluran nafas kemudian masuk ke paru dan diproses kedalam tubuh, kemudian selanjutnya diproses dalam paru- paru tepatnya di bronkus dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Apabila oksigen dalam otak tercukupi maka manusia berada dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan corticotropin releasing factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar di bawah otak untuk meningkatkan produksi proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi β enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter yang

6 mempengaruhi suasana hati menjadi rileks. Meningkatnya enkephalin dan β endorphin kebutuhan tidur akan terpenuhi dan lansia akan merasa lebih rileks dan nyaman (Taylor, 2001). Mengingat akan pentingnya pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada usia lanjut, peneliti melakukan survei kepada lansia di wilayah Puskesmas II Sumpiuh yang mencangkup 7 desa di wilayah, yaitu Sumpiuh, Keradenan, Selandaka, Nusadadi, Selanegara, Bogangin dan Banjarpanepen. Tercatat sejumlah 2.370 jiwa lanjut usia dari data pencatatan hasil kegiatan kesehatan penduduk usia lanjut Puskesmas II Sumpiuh pada tahun 2012. Kelurahan Sumpiuh sendiri memiliki 516 jumlah lansia yang berusia 65 tahun ke atas (POA Puskesmas II Sumpiuh, 2013). Posyandu lansia di Kelurahan Sumpiuh terdapat sejumah 126 lansia berusia 45 tahun ke atas dari empat Rw yang rutin mengikuti program lansia di Desa Sumpiuh pada bulan Juli. Dari survei pendahuluan ditemukan sejumlah 60 lansia hampir 50% dari 126 jumlah lansia yang ada mengatakan sering mengalami masalah kesehatan terkait dengan pola tidur. Kebanyakan dari lansia mengeluh sulit untuk masuk tidur, sulit mempertahankan tidur, tidur tidak tenang dan sering terbangun lebih awal. Pengalaman yang dirasakan pada lansia tersebut merupakan gangguan pola tidur. Pada pengamatan Spencer & Brown (2007) terhadap gangguan pola tidur yang diperngaruhi oleh kondisi psikologis lansia yang mengalami kecemasan akibat kondisi fisik yang semakin menurun, membuat lansia tidak dapat banyak beraktivitas secara mandiri, pasangan yang telah meninggal dan

7 anak pergi merantau maupun berkeluarga. Kecemasan lebih sering dirasakan lansia wanita dari pada lansia pria yang menyebabkan gangguan pola tidur dan berpengaruh pada kesehatan dengan tidak tercukupi waktu tidur. Kekurangan tidur pada lansia memberikan pengaruh terhadap fisik, kemampuan kognitif dan juga kualitas hidup (Rafknowledge, 2004). Beberapa dampak serius gangguan pola tidur pada lansia diantaranya mengantuk berlebihan pada siang hari, gangguan atensi dan memori, mood, depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi Benson terhadap gangguan pola tidur lansia di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2014. B. Perumusan Masalah Peningkatan jumlah lansia menyertai pertambahan penduduk dari waktu ke waktu yang menimbulkan berbagai permasalahan baru pada lansia. Masalah kesehatan yang sering dihadapi lansia yaitu kurang terpenuhi kualitas tidur. Dimana lebih sering diberlakukan terapi farmakologis pada penatalaksanaan kualitas tidur yang buruk dengan efek samping tidak baik bagi kesehatan. Berbeda dengan terapi alternatif yang lebih efektif dan aman dalam mengatasi gangguan pola tidur lansia. Terapi Benson merupakan salah satu terapi non farmakologi, berpotensi memperbaiki kualitas tidur pada lansia. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah penelitian ini yaitu: Apakah pengaruh terapi Benson terhadap gangguan pola tidur lansia di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2014?.

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan pengaruh terapi Benson terhadap gangguan pola tidur lansia di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik lansia yang mengalami gangguan pola lansia tidur di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. b. Mendeskripsikan gangguan pola tidur lansia sebelum dilakukan terapi Benson di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. c. Mendeskripsikan gangguan pola tidur lansia sesudah dilakukan terapi Benson di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. d. Mendeskripsikan perbedaan gangguan pola tidur lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi Benson di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. e. Mengetahui pengaruh terapi Benson terhadap pemenuhan kebutuhan tidur baik lansia di Kelurahan Sumpiuh Kabupaten Banyumas. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan ilmu keperawatan gerontik, khususnya tentang pengaruh terapi Benson terhadap lansia dengan gangguan pola tidur.

9 2. Secara Praktis a. Bagi Lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan gangguan pola tidur dengan melakukan terapi Benson. b. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam riset keperawatan serta pengembangan wawasan tentang efektifitas terapi Benson terhadap gangguan pola tidur lansia pada Posyandu Lansia di Kelurahan Sumpiuh. c. Bagi Petugas Dengan adanya penelitian ini diharapkan para petugas dapat menganjurkan maupun mengingatkan para lansia melakukan terapi Benson secara rutin dalam mengatasi gangguan pola tidur. d. Bagi Institusi Terkait Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. e. Bagi Puskesmas II Sumpiuh Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun pelayanan kesehatan yang aman dan efektif selain menggunakan terapi farmakologis pada para lansia di wilayah puskesmas II Sumpiuh yang mengalami gangguan pola tidur.

10 E. Penelitian Terkait 1. Sumedi (2010) Judul penelitian ini pengaruh senam lansia terhadap penurunan skala insomnia pada lansia di panti wredha Dewanata Cilacap. Penelitian menggunakan rancangan jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel penelitian yaitu variabel bebas: senam lansia dan variabel terikat: penurunan skala insomnia. Dengan jumlah sampel 90 orang. Hasil dari penelitian tersebut adalah nilai ratarata skala insomnia sebelum diberi perlakuan senam sebesar 100,81 dan setelah diberi perlakuan senam terjadi penurunan skala insomnia dengan nilai rata- rata menjadi 42,63 dengan nilai confidence Interval 43.01 untuk lower dan 73.37 untuk upper. Nilai signifikasi (p) value18. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada jenis penelitiannya yaitu menggunakan variabel yang diteliti terapi Benson dengan gangguan pola tidur lansia. Jumlah sampel yang akan digunakan pada adalah 38 orang yang kemudian akan diberikan intervensi terapi Benson sesuai dengan kriteria inklusi. 2. Aryana (2013) Penelitian ini dengan judul pengaruh tehnik relaksasi Benson terhadap penurunan tingkat stress lansia di unit rehabilitas sosial Wening Wardoyo Ungaran. Jenis penelitian eksperimen semu dengan desain quasi experimental with pretest & postest control group design. Variabel bebas : tehnik relaksasi Benson, Variabel Terikat : tingkat stress pada lansia.

11 Populasi penelitian 30 lansia yang ada di pantisosial wening wardoyo ungaran. Ada pengaruh yang signifikan tehnik relaksasi Benson terhadap penurunan tingkat stress pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, didapatkan nilai t hitung sebesar -3,375 dengan p-value 0,002 (<0,05).variabel lain. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah pada Variabel penelitian. Desain penelitian quasi experiment with pretest & posttest without control grup design. Variabel bebasnya adalah pengaruh terapi Benson, variabel terikat gangguan pola tidur. Sampel yang akan digunakan adalah sejumlah 38 orang kemudian diberikan intervensi terapi Benson sesuai dengan kriteria inklusi. 3. Risnasari (2005) Penelitian dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Lansia di Panti Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha Tulungagung Tahun 2005 desain penelitian quasy experiment (one grup pretest- posttest design). Teknik sampling secara purposive sampling yag berjumlah 20 responden dimana 10 sebagai kontrol dan lainya sebagai subjek. Menganalisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test, hasil penelitian menunjukan kebutuhan tidur sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi Benson pada kelompok perlakuan signifikasi p= 0,003 dan kelompok kontrol p= 0,317. Artinya pengaruh signifikan antara Relaksasi Benson terhadap pemenuhan kebutuhan tidur.

12 Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dilakukan dengan lokasi yang berbeda pada Posyandu Lansia di wilayah Puskesmas II Sumpiuh. Variabel terikat yang digunakan yaitu gangguan pola tidur lansia. Teknik sampling menggunakan total sampling, sejumlah 38 orang dari lansia usia tua (old) kemudian diberikan intervensi terapi Benson sesuai dengan kriteria inklusi tanpa ada kelompok kontrol. Design yang digunakan pretest & posttest without control grup. 4. Sagala (2012) Penelitian di PT. Madubaru Yogyakarta dengan judul Efek Pelatihan Relaksasi Untuk Menurunkan Stres Kerja Pada Karyawan di PT. Madubaru Yogyakarta penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain one group pretest-posttest. Dengan subjek penelitian sebanyak 11 responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa skor sebelum dilakukan perlakuan (pre-test), tingkat stres kerja pada karyawan dibagian administrasi personalia berada pada kategori sedang sebanyak 6 subjek yakni 54,5 %, sebanyak 5 subjek yakni 45,5 % dalam kategori tinggi. Setelah diberikan pelatihan relaksasi (post-test), subjek yang mengalami stres kerja terjadi penurunan sebanyak 100 % yakni 11 orang. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon signed ranks test. Hasil uji beda Wilcoxon signed ranks test menunjukkan bahwa skor Z= -2,936 dan p= 0,003 (<0,05), artinya bahwa ada perbedaan stres kerja sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan relaksasi, hasil ini menunjukan bahawa

13 pemberian pelatihan relaksasi pada karyawan secara signifikasi dapat menurunkan stress kerja. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada kedua variabelnya. Variabel bebas terapi Benson, variabel terikatnya gangguan pola tidur lansia. Sampel yang akan digunakan adalah sejumlah 38 orang kemudian diberikan intervensi terapi Benson sesuai dengan kriteria inklusi. 5. Sooki, Sharifi dan Tagharobi (2011) Penelitian dengan judul Role of Qur an recitation in mental health of the elderly yang dilakukan di rumah perawatan Golabchi Iran. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan jumlah responden sebanyak 56 lansia yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Responden di uji dengan kuisioner berisi 28 artikel formulir dari kuisioner standar kesehatan jiwa. Setelah dihitung secara statistik dengan analisa Chi-square dan uji multivariat regresi linear disimpulkan bahwa 41,1% lansia memiliki kesehatan mental yang lemah. Status kesehatan mental menunjukan hubungan yang bermakna dengan persetujuan untuk tinggal di panti dan membaca Al- Qur an ketika di panti. 55,4% menunjukan nilai yang bervariasi dari kesehatan mental lansia (p < 0,001 ; F= 1,16) dijelaskan dengan tiga variabel yaitu, aktivitas religi di panti, pendidikan, dan persetujuan awal untuk tinggal di panti. Perbedaannya adalah pada lokasi penelitian, variable penelitian dan desain penelitian. Variabel bebas yang akan dilakukan peneliti

14 menggunakan terapi Benson dan variabel terikatnya menggunakan gangguan pola tidur lansia. Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan peneliti menggunakan desain quasi experiment. Tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling dengan sejumlah 38 lansia tua (old) kemudian diberikan intervensi terapi Benson sesuai dengan kriteria inklusi.