BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam aspek kebahasaan maupun kesusastraan. Jika kompetensi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Ruang Lingkup Kurikulum Menurut Peraturan Mentri. Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B. IDENTIFIKASI MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING. Yanuar Sinatra Sekolah Tinggi Teknik Malang

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 7915/D/Kp/2014 memutuskan tentang petunjuk teknis pemberlakuan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Apalagi pelaksanaan kurikulum 2013 yang merupakan usaha. pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. cerdas sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainya. Pendidikan

dapat dikatakan berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Menurut Susanto (2013: 4) Belajar adalah suatu aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia untuk menjadi manusia seutuhnya yaitu pribadi yang integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan tidak akan pernah hilang selama kehidupan manusia berlangsung. Karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Menurut Undang-Undang No. 20 (Tahun 2003, hlm. 4) Tentang Sitem Pendidikan Nasional Pasal 1[1] yang menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Peranan guru dalam mencapai tujuan tersebut sangatlah penting, guru berperan dalam membina dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, kebiasaan, sikap, fungsi, dan peranan hidup, rasa cinta dan minat siswa. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah menuntut individu untuk mengembangkan minatnya agar dapat bangkit dan bersaing dengan tantangan persaingan dunia global yang semakin berat dan ketat. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2013, hlm. III), kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi. kemampuan kreativitas dan komunikasi menjadi sangat penting. Sejalan dengan itu, rumusan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreativitas dan komunikasi. Berdasarkan kurikulum 2013 ada empat model pembelajaran yang digunakan dalam metode pendekatan scientific, yaitu: Model Discovery Learning, Model Project Based Learning,

2 Model Problem Based Learning, dan Model Inquiri. dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan salah satu dari 4 model pembelajaran tersebut. Untuk itu pengembangan pembelajaran perlu ditingkatkan baik dari segi perencanaan, penggunaan metode, alat peraga maupun kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum serta kemampuan sikap percaya diri dan penguasaan konsep pembelajaran dengan subtema pelestarian kekayaan sumber daya alam di Indonesia. Menurut skinner yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2006, hlm. 9), belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Penyesuaian pendidikan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi memerlukan tenaga pendidik yang dinamis dan kreatif. serta dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat memacu peningkatan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa dengan kehidupan sehari-hari, dan guru mampu mempergunakan model pembelajaran setiap proses pembelajaran dengan siswa, jangan sampai siswa merasakan jenuh dan bosan dengan menggunakan model yang sama setiap pembelajaran tanpa memperhatikan sikap dan hasil belajar siswa dengan subtema yang di ajarkan. Berdasarkan hasil observasi di SDN Bhakti Winaya khususnya di kelas V peneliti menemukan masih adanya beberapa siswa yang masih kurang dalam rasa percaya diri pada saat proses pembelajaran, sehingga dengan kurangnya rasa percaya diri, nilai hasil siswa yang diperoleh dibawah KKM. Menyikapi hal tersebut peneliti perlu menerapan model pembelajaran discovery learning yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa. Serta menurut Agus N.Cahyo (2013, hlm. 103) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

3 Menurut Bruner dalam Mulyatiningsih. Mengemukakan bahwa Discovery Learning merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri. Jadi model pembelajaran Discovery Learning ini yaitu model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulangulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa menemukan informasi sendiri. Hal ini dilakukan untuk membantu mengembangkan proses belajar mengajar dengan model Discovery Learning yang diharapkan dapat meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa pada pembelajaran di kelas V SDN Bhakti Winaya Pada Sub Tema Macam-macam Peristiwa dalam Kehidupan. Sehubungan dengan itu peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN BHAKTI WINAYA. (Penelitian Tindakan Kelas Tema 2 Peristiwa dalam Kehidupan Sub Tema 1 Macammacam Peristiwa dalam Kehidupan Kelas V SDN Bhakti Winaya). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Rendahnya rasa percaya diri siswa kelas V SDN Bhakti Winaya. 2. Kurang aktifnya peserta didik dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga tidak mau mengemukakan pendapat. 3. Hasil belajar siswa masih rendah dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan.

4 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana yang telah di kemukakan, maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Apakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan sikap percaya diri & hasil belajar siswa kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan?. Adapun rumusan permasalahan secara khusus sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan model Pembelajaran Discovery Learning disusun agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas V SDN Bhakti Winaya subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan meningkat. 2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Discovery Learning dilaksanakan agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan meningkat. 3. Bagaimana sikap percaya diri siswa kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan meningkat melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning? 4. Bagaimana hasil belajar siswa kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan meningkat melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning? D. Batasan Masalah Untuk menyederhanakan masalah yang diteliti, maka batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran Discovery Learning. 2. Subyek Pembelajaran adalah siswa kelas V SDN Bhakti Winaya. 3. Materi yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan.

5 E. Tujuan Penelitian Kegiatan PTK ini bertujuan untuk mencari solusi dalam rangka perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas, baik dari segi strategi, metode ataupun proses pembelajaran yang pada giliranya kegiatan ini dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran oleh para siswa. Dengan kata lain PTK ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran, baik aspek pengetahuan, aspek sikap, maupun aspek keterampilan. Selain itu, PTK dan pembuatan laporanya ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar, baik aspek pengetahuan, aspek sikap maupun aspek keterampilan. Selain itu, kegiatan PTK memiliki tujuan khusus diantaranya: 1. Mendeskripsikan rencana pelaksanaan pembelajaran kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan dengan penerapan model Discovery Learning agar sikap percaya diri dan hasil belajar meningkat. 2. Melaksanakan pembelajaran dengan penerapan model Discovery Learning agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan meningkat. 3. Meningkatkan sikap percaya diri siswa dengan penerapan model Discovery Learning kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan. 4. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model Discovery Learning dikelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat pembelajaran tematik yaitu untuk menambah wawasan dalam penggunaan model-model pembelajaran yang digunakan pada proses pembelajaran di SD, terutama dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa

6 kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan agar pembelajaran lebih bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil dari pelaksanaan penelitian ini akan memberikan manfaat bagi perorangan/instuisi di bawah ini : a. Bagi Guru 1. Dapat meningkatkan kemampuan kreativitas guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar peserta didik. 2. Dapat memberi masukan tentang peningkatan percaya diri dan hasil belajar siswa dalam penerapan model Discovery Learning. b. Bagi Siswa 1. Dapat meningkatkan percaya diri dan hasil belajar siswa dalam suatu pembelajaran kelas V SDN Bhakti Winaya pada Subtema Macam-macam Peristiwa dalam Kehidupan. 2. Dapat menjadikan pengalaman belajar, lebih menyenangkan dan memberikan dampak yang baik terhadap sikap percaya diri dan hasil belajar siswa. c. Bagi Sekolah Untuk dijadikan bahan perpustakaan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan disekolah serta membantu sekolah menjadi lebih berkembang dengan di perkaya oleh model-model pembelajaran. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman nyata bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat menerapkan model Discovery Learning pada Macam-macam Peristiwa dalam Kehidupan.

7 G. Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut 1. Pengertian Model Discovery Learning Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self (Lefancois dalam Emetembun, 1986, hlm. 103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Menurut Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996, hlm. 41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005, hlm. 43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001, hlm. 219). Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry ) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui

8 proses penelitian. Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2013 Model Pembelajaran Penemuan Discovery Learning ). 2. Percaya Diri Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005, hlm. 87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Percaya diri termasuk satu cara positif untuk diri sendiri dalam mengambil keputusan tanpa dipengaruhi orang lain. Seseorang bisa memiliki sikap percaya diri jika sesuatu yang ia hadapi bisa diselesaikan dengan benar, karena sebelumnya ia telah menganalisa dan mengetahui bahwa itu adalah sangat benar untuk dilaksanakan. Sikap percaya diri bukan berarti bahwa kita mampu dalam segala hal, namun setidaknya kita terbantu untuk bisa melakukan sesuatu yang bisa kita kerjakan. Setiap manusia tidak selalu memiliki karakter yang sama dengan orang lain. Manusia memiliki kelebihan dan keterbatasan. Ketika kita tidak memiliki kemampuan dalam hal tertentu, sikap percaya diri dan terus belajar adalah perlu untuk ditanamkan dalam diri. Sebagaimana kita ketahui bahwa cara seseorang mencapai keinginannya belum tentu cocok dengan karakter diri kita dalam melakukannya. Sikap percaya diri membantu kita untuk percaya bahwa kita memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang perlu dilakukan tanpa pengaruh dari orang lain.

9 Dengan demikian kesimpulan yang dapat ditarik mengenai sikap percaya diri dalam penelitian ini pada proses pembelajaran yakni bagaimana seorang guru memberi rangsangan kepada peserta didik untuk dapat berani bertanya, menjawab terhadap kegiatan pembelajaran juga seorang guru harus dapat memberi keyakinan terhadap siswa akan kompetensi yang dimilikinya. Peserta didik akan lebih menambah wawasan dikarenakan penanaman rasa percaya diri yang didorong oleh guru. 3. Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam interaksi tersebut seseorang mengalami perubahan tingkah laku baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Perubahan tingkah laku ini merupakan bukti seseorang telah belajar, sebagaimana pendapat Hamalik (2011, hlm. 30) yang menyebutkan bahwa bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Nasution (dalam PPG-PGSD 2012, http://ppgpgsd.blogspot.com/2012/04/pengertian-hasil- belajar.html, diakses tanggal 1 April 2017) bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila ditunjukkan oleh siswa merasa berhasil dan memperoleh kepuasan dalam belajar, dan hal ini yang akan mendorong siswa untuk belajar lebih baik lagi. Dan tentunya keberhasilan ini dibuktikan dengan tercapainya tujuan instruksional dari suatu bahan pembelajaran. Anitah (2009, hlm. 219) berpendapat bahwa hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Lebih rinci Romizoswki (dalam Anitah 2009, hlm. 219) menyebutkan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu :

10 1) Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis. 2) Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindak fisik dan kegiatan perseptual. 3) Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control. 4) Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Dan untuk menentukan keberhasilan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat daya serap siswa terhadap materi yang dibelajarkan. H. Sistematika Skripsi Adapun sistematika yang ada pada penulisan skripsi yaitu sebagai berikut: 1. BAB 1 Pendahuluan Pendahuluan bermaksud mengantarkan pembaca ke dalam pembahasan suatu masalah yang terdiri dari: a) Latar Belakang Masalah b) Identifikasi Masalah c) Rumusan Masalah d) Batasan Masalah e) Tujuan Penelitian f) Manfaat Penelitian g) Definisi Operasional h) Sistematika Skripsi 2. BAB II Kajian Teori Kajian teori berisi deskripsi teoritis yang memfokuskan kepada hasil kajian atas teori, konsep, kebijakan, dan peraturan yang di tunjang oleh hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan masalah penelitian.

11 3. BAB III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan memperoleh simpulan, Bab ini berisi hal-hal berikut. a) Metote Penelitian b) Desain Penelitian c) Subjek dan Objek Penelitian d) Pengumpulan Data dan Instrumen Penelian e) Teknik Analisis Data f) Prosedur Penelian 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertanyaan penelitian yang di rumuskan. 5. BAB V Simpulan dan Saran Simpulan merupakan uraian yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis temuan hasil penelitian. Saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecah masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.