BAB II. piutang atau pembiayaan. untuk memahami rahn lebih, maka hal tersebut. akan dijelaskan sebagai berikut ini:

dokumen-dokumen yang mirip
Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi dalam bahasa Arab, kata Ar-Rahn berarti tetap dan

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

RAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB II LANDASAN TEORI

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB II KEPATUHAN SYARIAH DAN GADAI DALAM ISLAM

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II LANDASAN TEORI. dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. Ini pun dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersedia untuk

BAB IV ANALISIS DATA

PENERAPAN TEORI DAN APLIKASI PENGGADAIAN SYARIAH PADA PERUM PENGGADAIAN DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pegadaian Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing- masing

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang bertujuan

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

PENERAPAN PEMBIAYAAN GADAI EMAS DI BRI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB II LANDASAN TEORI. menahan suatu barang sebagai tanggungan utang. 2. juga secara populer dengan gadai (collateral). 3

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB II GADAI DALAM HUKUM ISLAM. etimologi mengandung pengertian menggadaikan, merungguhkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

Transkripsi:

27 BAB II APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DAN PROFITABILITAS A. Rahn Pada dasarnya, rahn merupakan akad gadai yang digunakan dalam setiap kegiatan penggadaian berlangsung, namun tidak hanya itu, rahn juga merupakan suatu pengikat atau jaminan dalam kegiatan utang piutang atau pembiayaan. untuk memahami rahn lebih, maka hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut ini: 1. Pengertian Rahn Secara etimologi, rahn berarti tetap atau lama yaitu berarti pengekangan. Sedangkan menurut terminologi syara, rahn artinya penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut. 1 Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. 2 Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 3 1 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), 159. 2 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 128 3 Sulhan dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah (Malang: UIN Malang Press, 2008), 138. 27

28 Akad rahn digunakan sebagai akad tambahan untuk pembiayaan yang beresiko dan memerlukan jaminan tambahan. Akad ini juga dapat menjadi akad tersendiri untuk melayani kebutuhan nasabah guna keperluan yang bersifat jasa dan konsumtif. Bank tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan barang yang digadaikan tersebut. 4 Skim gadai atau rahn merupakan skema di mana pihak bank memberikan pinjaman kepada nasabah atas dasar jaminan dan atas pemeliharaan jaminan tersebut, maka bank akan mengenakan biaya pemeliharaan tertentu. 5 Gadai (rahn) merupakan transaksi gadai dimana seseorang yang membutuhkan dana dapat menggadaikan barang yang dimilikinya kepada bank dan atas izin bank syariah orang tersebut dapat menggunakan barang yang digadaikan dengan syarat harus dipelihara dengn baik. Bank syariah akan membebani biaya jasa gadai sesuai dengan kesepakatan. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan memenuhi kriteria sebag berikut: 6 a. Milik nasabah sendiri 4 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2002), 31. 5 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), 98-99. 6 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah (Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 109.

29 b. Jelas ukuran, sifat, nilai yang ditentukan berdasarkan nilai rill pasar. c. Dapat dikuasai, namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. Dalam Islam, rahn diperbolehkan berdasarkan al-qur an dan hadist rasulullah SAW. Rahn atau jaminan itu dapat di jual atau dihargai apabila dalam waktu yang telah diperjanjikan oleh kedua pihak, tidak dapat dilunasi. Hak pemberi pinjaman akan muncul pada saat debitur tidak mampu melunasi kewajibannya. 7 Secara umum, rahn dikategorikan sebagai akad yang bersifat derma sebab apa yang diberikan penggadai (ra>hin) kepada penerima gadai (murtahin) tidak ditukar dengan sesuatu, yang diberikan murtahin kepada ra>hin adalah utang, bukan penukar atas barang yang digadaikan. Rahn juga termasuk akad yang bersifat ainiyah, yaitu dikatakan sempurna sesudah menyerahkan benda yang dijadikan akad, seperti hibah, pinjam-meminjam, titipan dan qira>dh. Semua termasuk akad tabarru (derma) yang dikatakan sempurna setelah memegang, sesuai kaidah tidak sempurna tabarru, kecuali setelah pemegangan. 8 7 Ibid., 209. 8 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, 160.

30 2. Landasan Syariah Dasar hukum gadai (Rahn) boleh hukumnya, baik di dalam hadlar (kampung) maupun di dalam perjalanan. Hukum ini disepakati oleh umum mujtahidin. 9 Jaminan itu tidak sah kecuali dengan ijab dan qabul. dan tidak harus dengan serah terima jika keduanya sepakat bahwa barang jaminan itu berada di tangan yang berpiutang (pemegang surat hipotik) maka hukumnya boleh. jika keduanya sepakat barang jaminan itu berada di tangan seorang adil, maka hukumnya juga boleh. Jika keduanya masing-masing menguasai sendiri maka hakim menyerahkannya kepada orang yang adil. Semua barang (benda) yang boleh dijual boleh pula dijaminkan. Akad rahn diperbolehkan oleh syara dengan berdasarkan Al- Qur an, sunnah dan qiyas: 1) Al-Qur an 9 Ibid.

31 Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dalam bermuamalah tidak secara tunai) sedang tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan atau jaminan yang dipegang. Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesunguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 10 Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Dalam dunia finansial, barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan (collateral) atau objek pegadaian. 11 2) Hadist عا شةئ عن ان عنها رضي للاه النبي صلي للاه اشتري وسلم عليه حديد)رواه من درعا ورهنه اجل الي يهودي من طعام و بخاري مسليم( Dari Aisyah r.a. berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah. SAW. membeli makanan dari seorang yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi." (HR. Bukhari Muslim). 12 10 Ibid., 160-161. 11 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 128. 12 Ibid., 129.

32 Disamping itu, menurut Fatwa DSN-MUI Nomor 25/DSN- MUI/III/2002, gadai syariah harus memenuhi ketentuan umum berikut: 13 1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhu>n (barang) sampai semua hutang ra>hin dilunasi. 2. Marhu>n dan manfaatnya tetap menjadi milik ra>hin. Pada prinsipnya, marhu>n tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seijin ra>hin, dengan tidak mengurangi nilai marhu>n dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhu>n pada dasarnya menjadi kewajiban ra>hin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban ra>hin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhu>n (barang jaminan) tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan marhu>n a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan ra>hin untuk segera melunasi hutangnya. 13 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Prenada Media, 2009), 390-391.

33 b. Apabila ra>hin tetap tidak dapat melunasi utangnnya, maka maka marhu>n dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah. c. Hasil penjualan marhu>n digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik ra>hin dan kekurangannya menjadi kewajiban ra>hin. 3. Rukun dan Syarat Rahn Transaksi rahn antara nasabah dengan bank syariah atau lembaga keuangan syariah akan sah apabila memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan sesuai syariah Islam. Adapun rukun rahn adalah : 14 1. Ra>hin (nasabah): Nasabah harus cakap bertindak hukum, baligh dan berakal., 2. Murtahin (bank syariah) Bank atau lembaga syariah yang menawarkan produk rahn sesuai prinsip syariah., 3. Marhu>n bih (pembiayaan) Pembiayaan yang diberikan oleh murtahin harus jelas dan spesifik, wajib dikembalikan oleh ra>hin. Dalam hal ra>hin tidak 14 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 210-213

34 mampu mengembalikan pembiayaan yang telah diterima dalam waktu yang telah diperjanjikan, maka barang jaminan dapat dijual (lelang) sebagai sumber pembayaran. 4. Marhu>n ( barang jaminan) Merupakan barang yang digunakan sebagai agunan atau jaminan harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Agunan harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan pembiayaan. b. Agunan harus bernilai dan bermanfaat menurut ketentuan syariah c. Agunan harus jelas dan dapat ditentukan secara spesifik d. Agunan itu harus milik sendiri dan tidak terkait dengan pihak lain. e. Agunan merupakan harta yang utuh dan tidak bertebaran di beberapa tempat. f. Agunan harus dapat diserahterimakan baik fisik maupun manfaatnya. Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan rahn (gadai )adalah sebagai berikut: a. Persyaratan aqid Kedua orang yang akan akad harus memenuhi kriteria al ahliyah. Menurut ulama Syafi iyah ahliyah adalah orang yang

35 telah sah untuk jual beli, yakni berakal dan mumayyiz, tetapi tidak disyaratkan harus baligh. Dengan demikian, anak kecil yang sudah mumayyiz, dan orang yang bodoh berdasarkan ijin dari walinya dibolehkan melakukan rahn. Menurut ulama selain Hanafiyah, ahliyah dalam rahn seperti pengertian ahliyah dalam jual beli dan derma. Rahn tidak boleh dilakukan oleh orang yang mabuk, gila, bodoh atau anak kecil yang belum baligh. Begitu pula seorang wali tidak boleh menggadaikan barang orang yang dikuasainya, kecuali jika dalam keadaan mudarat dan meyakini bahwa pemegangnya yang dapat dipercaya. b. Syarat sighat (lafal atau ucapan) Hal ini dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan, asalkan saja di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di antara para pihak. c. Adanya barang yang digadaikan d. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan digadaikan (marhu>n) oleh ra>hin (pemberi gadai) adalah: 1) Dapat diserahterimakan., 2) Bermanfaat., 3) Milik ra>hin (orang yang menggadaikan) 4) Jelas 5) Tidak bersatu dengan harta lain

36 6) Dikuasai oleh ra>hin 7) Harta yang tetap atau dapat dipindahkan. e. Marhu>n bih (utang) Adalah merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada orang yang memberi utang. Utang itu boleh dilunasi dengan agunan itu dan utang itu jelas dan tertentu. 15 4. Manfaat Rahn Manfaat rahn yang dapat diambil oleh bank dari prinsip rahn sebagai berikut: a) Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank. b) Memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja. c) Jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana, terutama di daerah-daerah. 16 d) Memberikan penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana; e) Mendapatkan keuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas. 17 15 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 255. 16 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 130. 17 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Prenada Media Group, 394.

37 Dalam prinsipnya gadai syariah menggunakan dua akad, yaitu akad rahn dan akad ija>rah. 18 Menurut fatwa DSN-MUI Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002, gadai emaas syariah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Gadai emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn. 2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhu>n) ditanggung oleh penggadai (rahn). 3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. 4. Biaya penyimpanan barang (marhu>n) dilakukan berdasarkan akad ija>rah. Akad ija>rah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang dan/atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. Ija>rah adalah akad sewa atau akad perpindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan hak milik atas barang tersebut. 19 18 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 70. 19 Dumairi, Kamus Ekonomi Praktis (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2010), 41.

38 5. Cara Memegang Marhu>n Marhu>n merupakan barang jaminan, penyerahan marhu>n merupakan wasilah untuk orang yang diberikan marhun dengan tujuan supaya orang yang menerima marhu>n memberikan keamanan kepada marhun dan supaya murtahin merasa aman ketika utangnya diberikan jaminan. Di Antara syarat-syarat memegang marhu>n adalah: a. Atas seijin ra>hin Ulama sepakat bahwa murtahin diperbolehkan memegang jaminan atas seijin ra>hin, baik secara sarih (jelas) maupun dilalah (petunjuk). b. Ra>hin dan murtahin harus ahli dalam akad c. Murtahin harus tetap memegang ra>hin 6. Akhir Rahn Rahn dipandang habis dengan beberapa keadaaan seperti membebaskan hutang, hibah, membayar hutang, dan lain-lain yang akan dijelaskan di bawah ini: a. Jaminan diserahkan kepada pemiliknya Jumhur ulama selain syafi iyah memandang habis rahn jika murtahin menyerahkan jaminan kepada pemiliknya sebab marhu>n merupakan jaminan utang, jika marhu>n diserahkan, tidak ada lagi jaminan. Selain itu, dipandang habis pula rahn jika murtahin

39 meminjamkan marhun kepada ra>hin atau orang lain atas seijin rahn. b. Dipaksa menjual marhu>n Rahn habis jika hakim memaksa ra>hin untuk menjual marhu>n, atau hakim menjualnya jika menolak. c. Ra>hin melunasi semua utang d. Pembebasan utang Pembebasan utang, dalam bentuk apa saja, menandakan habisnya rahn meskipun utang tersebut dipindahkan kepada orang lain. e. Pembatalan rahn dari pihak murtahin Rahn dipandang habis jika, murtahin membatalkan rahn meskipun tanpa seijin ra>hin. Sebaliknya, dipandang tidak batal jika ra>hin membatalkannya. f. Ra>hin meninggal Menurut ulama malikiyah, rahn habis apabila ra>hin meninggal sebelum menyerahkan marhu>n kepada murtahin. Juga dipandang batal jika murtahin meninggal sebelum mengembalikan marhu>n kepada ra>hin. g. Marhu>n rusak h. Ranh dipandang habis apabila marhun dijadikan sebagai hadiah, hibah, sedekah dan lain-lain atas seijin pemiliknya.

40 B. Profitabilitas Bank Syariah 1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan merupakan kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan. Profiitabiliitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha atau lembaga. 20 Profitabilitas juga disebut sebagai hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan. Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan, namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacammacam dan sangat tergantung pada laba dan modal yang akan dibandingkan dari laba yang berasal dari operasi perusahaan atau laba netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Dengan adanya berbagai cara dalam penelitian profitabilitas suatu perusahaan tidak mengherankan bila ada beberapa perusahaan yang mempunyai perbedaan dalam menentukan suatu alternatif untuk menghitung profitabilitas. 21 Dengan mengurangi laba kotor penjualan dengan semua beban usaha atau biaya operasi akan diperoleh laba usaha atau operasi. Profitabilitas merupakan laba bersih sesudah pajak. Dengan menjumlahkan semua pendapatan perusahaan (faktor-faktor 20 Djarwanto, Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: BPFE, 1997), 129. 21 Ibid.

41 penambah) dan kemudian menguranginya dengan semua biaya (faktor-faktor pengurang), sehingga kita dapatkan laba bersih untuk tahun yang bersangkutan. 22 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan, yaitu: 23 a. Jenis perusahaan Profitabilitas perusahaan akan sangat bergantung pada jenis perusahaan, jika perusahaan menjual barang konsumsi atau jasa biasanya akan memiliki keuntungan yang stabis dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi barang-barang modal. b. Umur perusahaan Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Sehingga, umur perusahaan juga menjadi salah satu faktor tingginya pendapatan perusahaan. c. Skala perusahaan Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat menghasilkan produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya rendah tersebut merupakan cara untuk memperoleh laba yang diinginkan. 22 Budi Rahardjo. Memahami Laporan Keuangan (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), 37. 23 Ria Nofrita, Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Variable Intervening, (Skripsi-- UNP, 2013).

42 d. Harga produksi Perusahaan yang biaya produksinya relatif lebih murah akan memiliki keuntungan yang lebih stabil dan baik daripada perusahaan yang biaya roduksinya tinggi. e. Produk yang dihasilkan Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan kebutuhan pokok biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang modal. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investari baru. 24 Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dikeluarkan, maka dikatakan perusahaan dalam kondisi laba (untung). Untuk mengetahui profit perusahaan, maka perusahaan harus membuat laporan keuangan. Karena dari laporan keuangan, kondisi keuangan perusahaan akan diketahui secara menyeluruh. Kemudian laporan keuangan tidak hanya sekedar dibaca saja, akan tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan 24 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012), 196.

43 perusahaan saat ini. Caranya dengan melakukan analisis keuangan perusahaan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan. 25 Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets, maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan. Laporan keuangan seperti neraca, laporan rugi-laba dan cash flow dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang sesuai dengan kebutuhan analis. Alat analisis keuangan antara lain : analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perbandingan, analisis trend, analisis Lavarege, analisis break even, analisis rasio keuangan dan lain-lain. Rasio laba rugi atau keuntungan bersih adalah pegangan lain untuk memberikan petunjuk apakah aktivitas perusahaan dari tahun ke tahun cukup baik. Dengan membandingkan keuntungan tahun lalu dengan keuntungan tahun depan, maka perusahaan dapat mengetahui meningkat tidaknya keuntungan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu: a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu; 25 Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan (Jakarta: Prenada Media Group 2010), 82-87.

44 b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang; c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu; d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri; e. Untuk mengukur produktivitas seluruh perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri; f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri; Sementara, manfaat yang diperoleh adalah untuk: a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode; b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang: c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu; d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri: e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 26 26 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2012), 197-198.

45 2. Mengukur Profitabilitas Untuk mengukur adanya peningkatan profitabilitas dari tahun lalu ke tahun sekarang, maka diperlukan hasil analisis laporan keuangan tahun lalu dengan tahun sekarang untuk membandingkan apakah ada peningkatan ataukan penurunana. Misal, tahun ini PT Maju Jaya memperoleh keuntungan atau laba bersih sebesar Rp. 1.715.000,- dan penjualan bersih sebesar Rp. 22.000.000,-. Karena itu PT Maju Jaya mempunyai laba bersih sebesar Rp. 1.715.000,- pada penjualan bersih sebesar Rp. 22.000.000,- atau : = 7,8% Tahun lalu laba bersih PT Maju jaya adalah Rp. 1.366.000, pada penjualan sebesar Rp. 20.400.000,- atau: = 6,7% Hal tersebut menunjukkan tahun ini ada peningkatan 1,1% dibanding dengan tahun lalu. Dengan membandingkan margin usaha dan rasio laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun, kita bisa mengetahui perkembangan laba perusahaan. 27 27 Budi Rahardjo, Memahami Laporan Keuangan untuk Manajer Non Keuangan (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), 41.

46 Analisis laporan keuangan ini sangat diperlukan oleh semua perusahaan, karena dalam kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pospos yang ada dalam satu laporan keuangan. Kemudian analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang dapat dimiliki dalam satu periode. Disamping itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (misalnya 3 tahun). 28 Analisis profitabilitas adalah evaluasi atas pengembalian perusahaan terhadap investasi. Analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitasnya, serta mengukur dampak dari berbagai pemicu dari profitabilitas. 29 3. Keuntungan Bank syariah Tingkat keuntungan bersih yang dihasilkan oleh bank syariah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan dan faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan adalah faktor yang dapat dipengaruhi oleh manajemen seperti segmentasi bisnis, pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual-beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya-biaya. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah faktor yang dpaat mempengaruhi kinerja 28 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, 91. 29 Lyla Rahma Adyani, Analisis Faktor yang Mempengerahi Profitabilitas ROA, (Skripsi-- Universitas Diponegoro, Semarang, 2011), 40.

47 bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya. Bank tidak dapat mengendalikan faktor eksternal, tetapi mereka dapat membangun fleksibilitas dalam rencana operasi mereka untuk menghadapi perubahan faktor eksternal. 30 Keuntungan bagi para pemilik bank merupakan hasil dari tingkat keuntungan (profitability) dari asset dan tingkat leverage yang dipakai. 31 30 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2002), 67. 31 Ibid.