BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai n

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I LATAR BELAKANG

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Data di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada anak-anak. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian DBD

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

1. PENDAHULUAN Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir di seluruh belahan dunia terutama negara tropik dan subtropik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB II TINJAUAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kematian ( Padila 2013).

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi yang menjadi salah satu masalah kesehatan global yang penting. Penyakit ini biasanya terjadi di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. DBD disebabkan oleh virus yang berasal dari genus Flavivirus dan famili Flaviviridae dan memiliki empat serotipe yakni DEN-1, 2, 3, dan 4. Virus dengue ditularkan ke manusia oleh serangga sehingga disebut Arthropod-borne virus (Arbovirus) (Hales et al., 2002; Mohammed dan Chadee 2011; Reiter, 2012). Vektor utama penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang memiliki habitat di daerah pemukiman (WHO, 2011). Dalam 50 tahun terakhir, insiden DBD terus meningkat dan pada dekade ini DBD telah menyebar dari wilayah perkotaan ke wilayah pedesaan. Infeksi dengue yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 50 juta kasus dengan 22.000 kematian setiap tahun, namun terdapat 2,5 miliar orang yang hidup di daerah endemis. Dengue dikenal sebagai penyakit endemis yang terjadi di kawasan Asia Tenggara karena kasusnya terjadi setiap tahun. Wabah demam berdarah pertama kalinya terjadi di Asia Tenggara yakni di Filipina yang terjadi pada tahun 1956. Wabah demam berdarah pada tahun 1958 di Thailand merupakan epidemi yang terbesar. Pada tahun 2003, 8 negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melaporkan kasus dengue yang terjadi di wilayah mereka. Jumlah kasus yang terjadi bervariasi yang dipengaruhi oleh perubahan suhu udara dan curah hujan setiap tahun, sehingga penyakit ini digambarkan sebagai penyakit musiman (WHO, 2010b). Penyakit demam berdarah dengue di Indonesia muncul pertama kali di Surabaya pada tahun 1968 dan sejak saat itu Indonesia menjadi negara endemis karena penyakit ini terjadi setiap tahun terutama pada awal musim hujan dan mengalami peningkatan kasus pada bulan November sampai Februari. Jumlah kasus dengue yang dilaporkan di Indonesia mulai mengalami peningkatan pada 1

2 tahun 2004 yaitu sebanyak 79.462 kasus dan jumlah kasus tertinggi tercatat antara tahun 2007 (157.442 kasus) dan 2009 (156.052 kasus) (WHO, 2010b). Penyakit demam berdarah dengue telah menyebar dan menetap di hampir seluruh wilayah Indonesia, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi yang telah dinyatakan sebagai daerah endemis penyakit DBD. Penyakit ini sering muncul setiap tahun dan menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi sehingga menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Angka insidensi DBD di Kota Kupang pada tahun 2006 sampai 2010 mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun, yakni pada tahun 2006 sebesar 0,95 per 1000 penduduk, meningkat pada tahun 2007 menjadi 1,80 per 1000 penduduk, dan menurun pada tahun 2008 dan 2009, namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan mencapai 1,05 per 1000 penduduk. Pada tahun 2011 angka insiden penyakit ini mengalami peningkatan mencapai 2,50 per 1000 penduduk. Jumlah kasus DBD di Kota Kupang pada periode Oktober 2011 sampai dengan Juli 2012 adalah 915 kasus, dimana 644 kasus di antaranya adalah anak-anak yang berusia 1-9 tahun, dan jumlah kematian akibat penyakit ini adalah 10 orang anak yang juga berusia 1-9 tahun (Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2011). Kota Kupang tergolong dalam daerah perbukitan dengan daerah yang tertinggi terletak di bagian selatan setinggi 100-350 m dpl dan daerah terendah di bagian utara sebesar 0-50 m dpl. Kota ini memiliki kondisi iklim kering yang dipengaruhi oleh angin muson dan musim penghujan yang pendek yang umumnya terjadi sekitar bulan November sampai dengan Maret, dengan suhu udara mulai dari 20,16 o C-31 o C. Musim kering sekitar bulan April sampai dengan Oktober dengan suhu udara mulai dari 29,1 o C-33,4 o C. Kota ini memiliki kondisi lingkungan yang sangat optimal bagi perkembangan nyamuk Aedes aegypti sehingga penularan penyakit DBD terus terjadi (Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2011). Kota Kupang memiliki beberapa faktor yang mendukung keberadaan vektor nyamuk penular DBD. Manajemen sampah dan kondisi perumahan yang tidak adekuat, serta perilaku sebagian masyarakat yang cenderung masih jauh dari pola hidup bersih mendukung keberadaan vektor di lingkungan pemukiman.

3 Kondisi seperti ini dapat mendukung terjadinya penularan DBD dengan meningkatkan genangan air di sekitar pemukiman yang sangat potensial untuk menjadi tempat perindukan nyamuk dan mempengaruhi aktivitas pencarian host yang berada dalam jangkauan terbang nyamuk (100-300 m). Selain itu penyediaan air bersih yang tidak adekuat juga mendukung penularan DBD. Akses air bersih di Kota Kupang pada tahun 2011 hanya sebesar 66,31%. Kurangnya ketersediaan air bersih pada musim kemarau yang masih dialami oleh sebagian masyarakat mendorong masyarakat untuk menampung air hujan pada bak penampungan dan kontainer. Perilaku masyarakat yang jarang membersihkan tempat penampungan air turut mendukung perkembangbiakan vektor penular DBD (Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2011). Kondisi lingkungan yang optimal bagi kehidupan nyamuk dan adanya orang yang terinfeksi virus dengue yang terjadi di luar lingkungan perumahan menjadi sumber penularan penyakit di lingkungan rumahnya. Oleh karena kondisi tersebut, populasi nyamuk yang berada di sekitar tempat pemukiman terus meningkat sehingga jumlah vektor nyamuk yang dapat menularkan penyakit DBD juga ikut meningkat, kemudian mengakibatkan penyakit ini terus terjadi dan sulit untuk ditanggulangi (Colwell et al., 2011; Chadee, 2009). Kurang efektifnya pengendalian nyamuk dan pembangunan infrastruktur kesehatan masyarakat yang belum maksimal dapat memperparah kejadian DBD. Program pencegahan DBD yang dilakukan di Kota Kupang adalah melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), abatesasi, fogging focus, dan penyuluhan DBD yang melibatkan peran serta masyarakat dan lintas sektor, namun sampai saat ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini terbukti dengan meningkatnya secara tajam kasus DBD di Kota Kupang pada tahun 2011 dan terjadinya KLB dengan kematian 10 orang anak (Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2011). Masalah status nutrisi erat kaitannya dengan penyakit infeksi, termasuk DBD. Penelitian yang dilakukan oleh Pichainarong et al. (2006) di Thailand menunjukkan bahwa adanya hubungan antara ukuran tubuh dengan tingkat keparahan demam berdarah dengue pada anak usia 0-14 tahun. Hasil penelitian

4 tersebut juga menunjukkan bahwa anak-anak yang obesitas lebih rentan terhadap infeksi virus dengue (Pichainarong et al., 2006). Hal ini sejalan dengan pernyataan WHO bahwa anak-anak yang obesitas memang lebih berisiko terhadap infeksi DBD (WHO, 2011). Masalah gizi di Kota Kupang masih merupakan masalah yang serius. Pada tahun 2010, terdapat kasus gizi buruk sejumlah 123 anak dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 136 anak (Dinas Kesehatan Kota Kupang, 2011). Status nutrisi yang menunjukkan ukuran tubuh seseorang, berhubungan dengan infeksi dengue, karena semakin besar ukuran tubuh seseorang maka permeabilitas kapiler menjadi semakin buruk pada kasus DBD yang mendukung terjadinya komplikasi pada organ tubuh yang lain (Farrar, 2010). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran tubuh dengan tingkat keparahan demam berdarah dengue pada anak usia 1-9 tahun di Kota Kupang. Pengukuran berat badan anak menurut tinggi badan akan dilakukan untuk mendapatkan penentuan kriteria ukuran tubuh. Kemudian akan dikaji hubungannya dengan tingkat keparahan demam berdarah dengue. B. Perumusan Masalah Kota Kupang merupakan salah satu daerah endemis DBD di Indonesia. Penyakit ini selalu muncul setiap tahun dan menimbulkan KLB. Jumlah kasus DBD di Kota Kupang pada tahun 2011 adalah 915 kasus, dimana 644 kasus di antaranya adalah anak-anak yang berusia 1-9 tahun, dan jumlah kematian akibat penyakit ini adalah 10 orang anak yang juga berusia 1-9 tahun. Ukuran tubuh seseorang berpengaruh terhadap keparahan infeksi dengue, karena semakin besar massa tubuh maka kebocoran plasma akan lebih mudah terjadi sehingga akan mendukung terjadinya syok. Dengan demikian masalah yang akan diteliti adalah apakah tingkat keparahan demam berdarah dengue pada anak usia 1-9 tahun berhubungan dengan ukuran tubuh?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat keparahan demam berdarah dengue dengan ukuran tubuh pada anak usia 1-9 tahun. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat keparahan demam berdarah dengue pada anak usia 1-9 tahun. b. Untuk mengetahui ukuran tubuh anak usia 1-9 tahun melalui pengukuran indeks massa tubuh menurut umur. c. Untuk menjelaskan hubungan antara ukuran tubuh dengan tingkat keparahan demam berdarah dengue pada anak usia 1-9 tahun. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai bahan informasi tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak pada daerah endemis demam berdarah dengue untuk mempersiapkan metode yang berguna dan sistem peringatan dini dalam pengendalian demam berdarah dengue dan untuk membimbing strategi intervensi agar dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia dan keuangan pada bidang yang paling dibutuhkan. b. Sebagai bahan informasi yang digunakan oleh instansi terkait untuk merencanakan tindakan pencegahan dan penanggulangan kejadian demam berdarah dengue pada anak-anak dan memberikan masukan pada pemerintah daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan upaya pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan di bidang kesehatan ibu dan anak yang berhubungan dengan penyakit demam berdarah dengue.

6 b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan penyakit demam berdarah dengue terutama pada anak-anak. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai demam berdarah dengue pada anak-anak dan kaitannya dengan status nutrisi atau ukuran tubuh sudah pernah dilakukan. Adapun beberapa penelitian serupa yang telah dilakukan dan perbedaannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kalayanarooj et al. (2005) melakukan penelitian untuk menilai hubungan antara faktor nutrisi dan infeksi dengue pada anak-anak di Thailand, dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan status gizi kurang memiliki risiko lebih kecil terhadap infeksi dengue, sedangkan anak-anak dengan status gizi lebih (obesity) memiliki risiko lebih besar terhadap infeksi dengue. Namun, anak-anak dengan status gizi kurang memiliki risiko yang lebih besar terjadinya shock daripada anak-anak dengan status gizi normal dan gizi lebih (Kalayanarooj and Nimmannitya, 2005). 2. Hung et al. (2005) melakukan penelitian untuk menjelaskan hubungan antara jenis kelamin, status nutrisi, dan tingkat keparahan DHF dan DSS pada 245 bayi di Vietnam, dengan rancangan penelitian case control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap DHF dan DSS. Namun, bayi dengan weight and height for age yang rendah, kurang terwakili untuk kasus DBD dan DSS jika dibandingkan dengan 533 bayi kontrol pada klinik bayi sehat (Hung et al., 2005). 3. Pichainarong et al. (2006) melakukan penelitian untuk menilai hubungan antara ukuran tubuh dengan tingkat keparahan demam berdarah dengue pada anak usia 0-14 tahun di Bangkok, Thailand dengan rancangan penelitian case control. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa obesitas dan tipe virus dengue serotipe 2 berhubungan dengan tingkat keparahan DBD pada anak usia 0-14 tahun (Pichainarong et al., 2006).

7 4. Marón et al. (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara status nutrisi dan tingkat keparahan DBD pada anak-anak di El Salvador, dengan rancangan penelitian case control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam weight-for-age antara ketiga grup yang diteliti. Anak-anak yang terinfeksi DBD memiliki height-for-age yang lebih besar daripada anak-anak yang sehat pada grup kontrol, tapi tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat stunting (Marón et al., 2010). Terdapat perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini mencakup perbedaan pada rancangan penelitian yaitu dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitian hospital-based case control study dan perbedaan pada lokasi, subjek, dan variabel penelitian.