PENGARUH EMASKULASI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG SEMI VARIETAS MOTORO KIKI Indrawaty Mohungo, (2) Fitria S. Bagu, (3) Fauzan Zakaria Email : ririn.mohungo@facebook.com Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh emaskulasi, jarak tanam dan interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jagung semi varietas motoro kiki. Penelitian dilakukan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, sejak Mei sampai Juli 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 2 faktor yaitu emaskulasi dan jarak tanam. Faktor pertama emaskulasi terdiri dari dua taraf yaitu tanpa emaskulasi dan emaskulasi sedangkan faktor kedua yaitu jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu J1 (50 x 20 cm), J2 (50 x 30 cm) dan J3 (50 x 40 cm). Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, indek luas daun, diameter tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol tanpa kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emaskulasi berkontribusi pada parameter diameter tongkol tanpa kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot. Jarak tanam berkontribusi terhadap indeks luas daun, diameter tongkol tanpa kelobot dan interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam berpengaruh terhadap indeks luas daun umur 2 MST. Kata kunci : Emaskulasi, Jarak Tanam, Motoro Kiki. PENDAHULUAN Jagung Tergolong sebagai tanaman serealia. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah. Salah satu produk dari tanaman jagung yang mempunyai prospek cerah cukup baik untuk dikembangkan adalah jagung semi yaitu jagung yang dipanen saat masih muda dan belum membentuk biji. Dewasa ini petani sudah mulai banyak yang membudidayakan jagung semi, hal ini disebabkan karena waktu panen yang pendek, disamping itu juga jagung semi memiliki prospek yang cerah baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun diekspor ke negara lain (Siagian dan Harahap, 2001). Jarak tanam berhubungan erat dengan populasi tanaman. Jika jarak tanam antar barisan tetap dan dan jarak tanam dalam barisan sempit, populasi tanaman tinggi. Sebaliknya, populasi tanaman rendah bila jarak tanam dalam barisan lebar. Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini akan berpengaruh pada luas daun, berat kering tanaman, sistem perakaran, banyak sinar matahari yang diterima, dan banyaknya unsur hara yang diserap dari dalam tanah. Penggunaan jarak tanam yang tepat
akan menaikkan hasil, tetapi penggunaan jarak tanam yang kurang tepat akan menurunkan hasil (Williams dan Yoseph, 1970 dalam Asro dan Indrayanti, 2010). Umumnya hasil yang meningkat per satuan luas akan tercapai dengan kepadatan yang tinggi, karena penggunaan cahaya secara maksimal pada awal pertumbuhan, tetapi akhirnya sifat tiap-tiap induk menurun karena persaingan cahaya dan faktor-faktor tumbuh lain, dalam hal ini respon ditunjukkan dengan menurunnya ukuran tanaman atau bagian lainnya. Mempersempit jarak tanam sebelum dicapai jarak tanam optimum akan menyebabkan indeks luas daun lebih besar dalam waktu yang relatif singkat atau luas daun naik, sehingga energi matahari yang ditangkap oleh tanaman naik, dengan demikian fotosintesis sebagai penghasil asimilat akan meningkat. Upaya peningkatan produksi jagung semi dapat dicapai melalui perbaikan teknik budidaya antara lain dengan melakukan pembuangan bunga jantan (emaskulasi) dan penambahan unsur hara ke dalam tanah melalui pemupukan. Emaskulasi dimaksudkan untuk mempercepat perkembangan tongkol agar dapat dipanen serempak, meningkatkan produksi dan kualitas serta mengarahkan fotosintat terpusat pada perkembangan tongkol (Rukmana, 1997). Emaskulasi menyebabkan penyerbukan tidak terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk mekarnya bunga jantan dan penyerbukan dialihkan untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru dan pengisian kelobot tongkol yang dihasilkan (Nasution, 2011). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yang terletak pada 0,34 0 LU-1,7 0 LS, 125,3 0 BT- 134,2 0 BT dengan ketinggian tempat 21 meter dpl. Penelitian ini di mulai bulan Mei sampai Juli 2014. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, tali rapiah, kamera, alat tulis, meteran, tugal dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih Jagung Semi Varietas Motorokiki. Penelitian ini disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dari 2 faktor yaitu faktor emaskulasi dan jarak tanam. Faktor emaskulasi terdiri dari 2 taraf yaitu : diulang 3 kali sehingga terdapat 18 satuan petak penelitian yang berukuran 2 x 2 m. E 0 = Emaskulasi E 1 = Emaskulasi Faktor jarak tanam terdiri atas 3 taraf yaitu : J 1 = 50 x 20 cm J 2 = 50 x 30 cm J 3 = 50 x 40 cm Kombinasi perlakuan diatas HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berikut ini ditampilkan Tabel 1 tentang sidik ragam dengan BNT 5% pada parameter tinggi tanaman. Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman berdasarkan Pengaruh
Tanam Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 4 MST 6 MST Emaskulasi 46.61 tn 104.87 tn 180.78 tn Emaskulasi 46.07 tn 103.56 tn 185.63 tn BNT 5 % - - - J1 (50 x 20 cm) 46.60 tn 103.70 tn 177.87 tn J2 (50 x 30 cm) 45.98 tn 104.01 tn 175.22 tn J3 (50 x 40 cm) 46.44 tn 104.94 tn 196.54 tn BNT 5 % - - - Keterangan : Angka angka yang di ikuti berbeda nyata pada uji BNT 5% Berdasarkan Tabel 1 diatas, perlakuan emaskulasi, jarak tanam dan interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Menurut Asro dan Indrayanti (2010), bahwa perlakuan jarak tanam tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini diduga pada seluruh perlakuan jarak tanam, tinggi tanaman jagung semi sudah dapat tumbuh mencapai ketinggian optimumnya. Diasumsikan tinggi tanaman optimum telah diperoleh pada perlakuan jarak tanam yang lebih kecil, sehingga pada jarak tanam yang lebih besar, seluruh faktor fisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu. Artinya pada jarak tanam yang lebih besar persaingan atau kompetisi antar tanaman dalam memperoleh faktor pertumbuhan akan semakin kecil. Sehingga pertumbuhan akan lebih baik atau akan mencapai pertumbuhan optimumnya. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Gardner (1991) dalam Asro dan Indrayanti (2010), bahwa dalam kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, penyempitan jarak tanam pada sebagian besar tanaman budidaya tidak akan mempengaruhi hasil panen. Pada keadaan persediaan air yang kurang, tanaman budidaya yang ditanam pada jarak tanam yang lebar akan memberikan hasil panen yang sama atau lebih banyak dibanding tanaman yang ditanam dengan jarak tanam yang sempit. Indeks Luas Daun Berikut ini diuraikan Tabel 2 dan Tabel 3 tentang sidik ragam dengan BNT 5% pada parameter indeks luas daun. Tabel 2. Rata-rata Indeks Luas Daun Berdasarkan Pengaruh Tanam umur 4 dan 6 MST Indeks Luas Daun 4 MST 6 MST Emaskulasi 0.81 tn 2.36 tn Emaskulasi 0.82 tn 2.69 tn BNT 5 % - - J1 (50 x 20 cm) 1.09c 3.70b J2 (50 x 30 cm) 0.77b 2.03a J3 (50 x 40 cm) 0.59a 1.84a BNT 5 % 0.16 0.47 Keterangan : Angka angka yanga di ikuti berbeda nyata pada uji BNT 5%
Berdasarkan Tabel 2 diatas, perlakuan emaskulasi tidak berbeda nyata. Sedangkan jarak tanam berbeda nyata terhadap parameter indeks luas daun dan pada interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam berbeda nyata pada parameter indeks luas daun umur 2 MST. Berdasarkan hasil penelitian diatas, diperoleh indeks luas daun terbesar pada perlakuan jarak tanam (50 x 20 cm). Menurut Asro dan Indrayanti (2010), besaran indeks luas daun menentukan kemampuan tanaman untuk mengintersepsi radiasi matahari. Semakin rapat jarak tanam, nilai indeks luas daun akan semakin meningkat pada setiap waktu pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh indeks luas daun terbesar pada perlakuan jarak tanam (50 x 20 cm), disebabkan karena pada jarak tanam yang rapat, daun sangat luas sehingga nisbah antara luas daun dan luas lahan yang diduduki tanaman menjadi lebih besar. Besarnya luas daun pada jarak tanam (50 x 20 cm) disebabkan oleh pengaruh tidak langsung dari populasi jagung yang lebih banyak dibanding populasi pada perlakuan jarak tanam lainnya. menurut Gardner et.al.,(1991) dalam Asro dan Indrayanti (2010), meningkatnya populasi tanaman akan meningkatkan indeks luas daun sampai batas tertentu, namun indeks luas daun yang terlalu tinggi dapat menjadi pembatas pertukaran CO 2, penetrasi radiasi matahari dan penggunaan fotosintesis. Semakin tinggi indeks luas daun maka semakin banyak daun yang ternaungi dan akan menurunkan tingkat fotosintesis. Menurut Hashemi et.al., (1992) dalam Asro dan Indrayanti (2010), bahwa kandungan klorofil (luas daun sebagai dasar) menurun secara nyata karena meningkatnya kepadatan populasi tanaman. Terdapat korelasi yang signifikan antara kandungan klorofil dan laju fotosintesis. Meningkatnya kepadatan akan mengakibatkan laju fotosintesis menurun, karena saling menaungi dan berkurangnya kandungan klorofil. Tabel 3. Rata-rata Interaksi antara Tanam pada Indeks Luas Daun umur 2 MST J 1 (50 x 20 cm) Indeks Luas Daun J 2 (50 x 30 cm) J 3 (50 x 40 cm) Emaskulasi 0.27c 0.21b 0,17ab BNT 5 % 0,05 Emaskulasi 0.38d 0.20b 0,14a Keterangan : Angka angka yanga di ikuti berbeda nyata pada uji BNT 5% Berdasarkan Tabel 3 diatas, interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam berpengaruh terhadap parameter indeks luas daun umur 2 MST. Menurut Wahab dan dahlan (2006), tanaman jagung membutuhkan zat hara, namun pada jarak tanam yang sempit atau jumlah populasi yang banyak, akan menyebabkan penyerapan unsur hara menjadi tidak efisien sehingga akan menghambat pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini cadangan makanan
sangat kurang dihasilkan oleh daun. kurangnya asimilat menyebabkan organ-organ yang membutuhkan energi mengadakan kompetisi yang sama dalam tubuh tanaman. Sehingga walaupun malai buga jantan dipotong atau dikeluarkan, itu tidak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap organ-organ tanaman lainnya. Menurut Wardjito (1995), mengatur populasi tanaman merupakan suatu cara untuk mengatur presentase sinar yang diterima tanaman. Makin besar populasi tanaman, luas daun semakin meningkat, sehingga mempengaruhi konsentrasi CO 2 disekitar daun. Peningkatan luas daun menyebabkan luas permukaan fotosintesis, indeks luas daun dan laju asimilasi bersih bertambah besar. Selama daun ternaungi dan tidak mendapat cahaya yang cukup, maka daun tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai aparat fotosintat. Diameter Tongkol Kelobot Berikut ini ditampilkan Tabel 4 tentang sidik ragam dengan BNT 5% pada parameter diameter tongkol. Tabel 4. Rata-rata Diameter Tongkol Kelobot Berdasarkan Pengaruh Tanam. Diameter Tongkol Kelobot (cm) emaskulasi 1.40 a Emaskulasi 1.76 b BNT 5% 0.044 J1 (50 x 20 cm) 1.53 a J2 (50 x 30 cm) 1.59 b J3 (50 x 40 cm) 1.63 b BNT 5% 0.054 Keterangan : Angka angka yang di ikuti berbeda nyata pada uji BNT 5% Berdasarkan Tabel 4 diatas, perlakuan emaskulasi dan jarak tanam berbeda nyata terhadap parameter diameter tongkol tanpa kelobot. Sedangkan perlakuan interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter tongkol tanpa kelobot. Berdasarkan uji BNT 5 %, perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap parameter diameter tongkol tanpa kelobot yaitu J1 (1.53 cm), J2 (1.59 cm), dan J3 (1.63 cm). Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan, diperoleh diameter tongkol terbesar pada perlakuan jarak tanam J3 (50 x 40 cm). Menurut Wahab dan Dahlan (2006), bahwa perlakuan emaskulasi pada saat malai bunga jantan merekah memberikan diameter tongkol yang cenderung lebih besar, dibanding perlakuan emaskulasi pada saat malai bunga jantan muncul menghasilkan diameter tongkol yang kecil. Membuang malai bunga jantan yang belum sempat mekar pada tanaman jagung menyebabkan tidak terjadinya proses penyerbukan yang tidak dikehendaki pada tanaman
jagung yang dipanen sebagai sayur. Pembuangan malai pada saat bunga jantan muncul mengakibatkan pertumbuhan daun bendera menjadi lambat bahkan daun tersebut mati akibat pemotongan malai yang terlalu dekat. Keadaan ini akan mempengaruhi proses penimbunan asimilat pada tongkol. Peranan utama dari daun bendera pada tanaman jagung adalah sebagai sumber penghasil asimilat untuk proses pengisian biji atau untuk perkembangan tongkol setelah terjadinya proses pembungaan. Panjang Tongkol Kelobot Berikut ini disajikan Tabel 5 tentang sidik ragam dengan BNT 5% pada parameter panjang tongkol tanpa kelobot. Tabel 5. Rata-rata Panjang Tongkol Kelobot Berdasarkan Pengaruh Tanam emaskulasi Panjang Tongkol Kelobot (cm) 9.10 tn Emaskulasi 9.27 tn BNT 5% - J1 (50 x 20 cm) 9.51 tn J2 (50 x 30 cm) 8.99 tn J3 (50 x 40 cm) 9.05 tn BNT 5% - Keterangan : Angka angka yang di ikuti berbeda nyata pada uji BNT 5%. Berdasarkan Tabel 5 diatas, perlakuan emaskulasi, jarak tanam dan interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter panjang tongkol tanpa kelobot. Berdasarkan hasil penelitian Wahab dan Dahlan (2006), menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi pada saat malai bunga jantan merekah memberikan panjang tongkol terpanjang dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. adanya hasil yang menunjukkan bahwa pembuangan malai pada saat bunga jantan merekah memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap panjang tongkol dibanding dengan pembuangan malai saat bunga jantan muncul. Menurut Bunyamin dan Awaluddin (2012), bahwa tanaman yang ditanam rapat, tidak selamanya akan memberikan hasil yang kurang optimal. Hal ini ditunjukkan pada panjang tongkol dengan jarak tanam 50 x 20 cm, menghasilkan panjang tongkol terbaik dibanding jarak tanam yang lebih besar. Hal tersebut diduga karena kerapatan tanam pada tanaman menyebabkan tanaman yang satu dengan yang lain saling menaungi sehingga mengurangi laju penguapan pada tanaman dan tanah (evapotranspirasi), sehingga penyimpanan cadangan makanan untuk pembentukkan buah menjadi lebih optimal. Berat Tongkol Kelobot Pengaruh emaskulasi dan jarak tanam terhadap berat tongkol ditunjukan pada Tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Rata-rata Berat Tongkol Kelobot Berdasarkan Pengaruh Tanam.
Berat Tongkol Kelobot (gram) emaskulasi 11.51a Emaskulasi 14.75b BNT 5% 0.87 J1 (50 x 20 cm) 12.53 tn J2 (50 x 30 cm) 13.51 tn J3 (50 x 40 cm) 13.35 tn BNT 5% - Keterangan : Angka angka yang di ikuti berbeda nyata pada uji BNT 5% Berdasarkan Tabel 6 diatas, perlakuan emaskulasi berbeda nyata terhadap parameter berat tongkol tanpa kelobot sedangkan jarak tanam dan interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam tidak berbeda nyata. emaskulasi (E1) memberikan berat tongkol yang lebih berat dibandingkan perlakuan tanpa emaskulasi (E0). Menurut Wahab dan Dahlan (2006), pemotongan malai pada saat bunga jantan muncul, daun terakhir pada ujung batang atau dikenal dengan daun bendera pertumbuhannya menjadi lambat bahkan daun tersebut mati akibat pemotongan malai yang terlalu dekat dengan daun bendera karena tangkai malai sangat pendek pada daerah pemotongan. Keadaan ini akan mempengaruhi proses penimbunan asimilat pada tongkol. Peranan utama dari daun bendera pada tanaman jagung adalah sebagai sumber penghasil asimilat untuk proses pengisian biji atau untuk perkembangan tongkol setelah terjadinya proses pembungaan. tanpa emaskulasi memberikan hasil yang terendah. Hal ini disebabkan karena energi hasil fotosintesis seluruhnya digunakan untuk pembentukkan bunga juga untuk proses mekarnya bunga, sehingga energi untuk pembentukkan tongkol menjadi berkurang yang akan menyebabkan perkembangan tongkol menjadi tidak optimal. KESIMPULAN 1. Emaskulasi berpengaruh terhadap parameter diameter tongkol tanpa kelobot, berat tongkol tanpa kelobot, namun tidak berpengaruh pada parameter tinggi tanaman, indeks luas daun dan panjang tongkol tanpa kelobot. 2. Jarak tanam berpengaruh terhadap parameter indeks luas daun, diameter tongkol tanpa kelobot, dan tidak berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, panjang tongkol tanpa kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot. 3. Interaksi antara emaskulasi dan jarak tanam berpengaruh pada indeks luas daun umur 2 MST, dan tidak berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, diameter tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol tanpa kelobot dan berat tongkol tanpa kelobot. DAFTAR PUSTAKA Asro. Indrayanti, Laelani. 2010. Pengaruh Jarak Tanam dan Jumlah Benih Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Jagung Muda. Media Sains 2(2). Fakultas Pertanian. Universitas PGRI. Palangka Raya. Bunyamin dan Awaluddin. 2012. Pengaruh Populasi Tanaman
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi (Baby Corn). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makasar. Nasution, Yusuf Khairul. 2011. Efek Waktu Emaskulasi Terhadap Produksi Baby Corn dari Beberapa Varietas Tanaman Jagung. Skripsi. Prodi Pemuliaan Tanaman. Faperta.IPB.Bogor. Rukmana, R. 1997. Budidaya Baby Corn. Kanisius, Yogyakarta. Siagian, M. H. Harahap, R. 2001. Pengaruh Pemupukan dan Populasi Tanaman Jagung Terhadap Produksi Baby Corn Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Puslitbang Biologi. LIPI-Bogor. Wahab Arman dan Dahlan. 2006. Efek Emaskulasi dan Pemberian Berbagai Pupuk Popro Terhadap Petumbuhan dan Produksi Baby Corn. J. Agrisistem 2. Wardjito. 1995. Pengaruh Jumlah Tanaman per Rumpun dan Umur Emaskulasi pada Produksi Jagung Semi. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.