BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Strategi Presentasi Diri Menurut Gilovich Dkk (2006) Presentasi diri merupakan suatu upaya untuk mengungkapkan siapa diri kita sebenarnya dan suatu upaya agar orang lain mempercayai diri kita. (Dalam Indah;4). Sementara itu Baumister dan Bushman (2011) mengemukakan bahwa presentasi diri adalah beberapa perilaku yang mencoba untuk menyampaikan beberapa gambaran dari diri atau beberapa gambaran informasi mengenai diri kita kepada orang lain. Beberapa perilaku tersebut berniat (bahkan tanpa disadari) untuk membuat suatu kesan tertentu. Presentasi diri meliputi cakupan luas dari tingkah laku mulai dari pernyataan yang jelas mengenai diri. Penyampaian kesan yang diinginkan kepada orang lain melalui presentasi diri secara efektif merupakan komponen kunci untuk kesuksesan dan kenyamanan interaksi sosial (Dalam Indah;4). Menurut Baumeister dan Bushman (2011), dua alasan utama dalam presentasi diri adalah untuk memperoleh penghargaan dari pihak lain yaitu jika pihak yang dihadapi mempunyai kekuasaan untuk memberikan penghargaan yang diinginkan individu, maka individu berusaha mendapatkan penghargaan dengan membuat pihak tersebut memikirkan hal-hal yang positif mengenai individu. Dan sebagai alat untuk pemenuhan diri ( self fulfillment). Pada umumnya orang terdorong untuk menjadi diri ideal mereka, bersamaan dengan dorongan menjadi seseorang yang ideal,
mereka juga terdorong untuk meyakinkan pihak lain bahwa apa yang mereka tampilkan sesuai dengan diri idealnya (Dalam Indah;4). Ada dua kategori strategi utama yang biasa digunakan orang untuk mendongkrak citra dirinya yaitu : self enhancement, upaya untuk menambah daya tarik diri pada orang lain meliputi penampilan fisik, gaya busana, charisma diridan penggunaan berbagai atribut, selanjutnya other enhancement strategi untuk menimbulkan mood dan reaksi positif orang yang dituju. Dalam proses presentasi diri individu akan melakukan suatu proses dimana dia akan mengontrol perilaku mereka sesuai dengan situasi dimana perilaku itu dihadirkan serta memproyeksikan pada orang lain suatu kesan yang diinginkannya. Oleh karena itu presentasi diri sering disebut sebagai pengelolaan kesan atau manajemen impresi. Presentasi diri dilakukan dengan tujuan antara lain agar orang lain menyukai kita, ingin mempengaruhi orang lain, ingin memperbaiki posisi, atau memelihara status (Dayakisni dan Hudaniah, 2012). B. Strategi Presentasi Diri Strategi presentasi diri adalah suatu upaya pembentukan kesan tertentu yang secara sadar dan disengaja dibentuk oleh orang lain untuk mencapai suatu tujuan tersembunyi. Dalam Sarlito W Sarwono (2012;61). Menurut Jones dan Pittman (1982), lima strategi pre sentasi diri yang memiliki tujuan yang berbeda adalah sebagai berikut :
1. Ingratiation tujuan dari strategi ini adalah supaya dipersepsi sebagai orang yang menyenangkan atau menarik. Taktik yang umum meliputi memuji orang lain, menjadi pendengar yang baik, ramah, melakukan hal hal yang menguntungkan orang lain dan menyesuaikan diri dan conform dalam sikap dan perilakunya. Menurut jones (dalam Wrightsman, 1987). Dalam menggunakan taktik ini agar ingratiatory mampu mempertahankan kredibilitasnya sehingga pujiannya dianggap tulus, maka dia tidak boleh memuji hal hal yang tidak dimiliki seseorang yang menjadi targetnya, sebab jika hal ini dilakukan akan menjadi boomerang bagi dirinya karena pujian itu dianggap sebagai hinaan 2. Intimidation Strategi ini digunakan untuk menimbulkan rasa takut dan cara memperoleh kekuasaan dengan meyakinkan pada seseorang bahwa ia adalah orang yang berbahaya, jadi berbeda dengan ingratiation yang ingin disukai, maka mereka justru ingin ditakuti. Hal ini justru lebih sering digunakan dalam situasi meloloskan diri adalah tidak mudah. 3. Self Promotion Ketika tujuan seseorang adalah supaya dilihat kompeten atau ahli pada tugas tertentu, strategi promosi diri biasanya dilakukan. Orang yang melakukan strategi ini akan menggambarkan kekuatan kekuatan dan berusaha untuk memberi kesan dengan prestasi mereka.
Melebih lebihkan kemampuan diri dapat beresiko mereka dianggap sombong, dan tidak dapat dipercaya, menyadari permasalahan ini cara yang digunakan adalah tidak langsung sehingga memungkinkan orang lain sampai pada kesimpulan bahwa dia kompeten. 4. Exemplication Orang yang menggunakan startegi ini berupaya untuk memproyeksikan penghargaannya pada kejujuran dan moralitas, biasanya nereka mempresentasikan diri mereka sebagai orang yang jujur, disiplin dan baik hati atau dermawan.kadang kadang penampilan yang ditunjukan memang keadaan yang sebenarnya, namun pengguna strategi ini serng memanipulasi dan tidak tulus hati dalam melakukannya. 5. Supplication Strategi ini dengan cara memperlihatkan kelemahan atau ketergantungan untuk mendapatkan pertolongan untuk mendapatkan simpati, ini merupakan alternative strategi terakhir, jika seseorang tidak memuliki sumber sumber yang dapat digunakan dalam melakukan strategi yang tersebut diatas, biasanya yang dilakukan adalah mengkritik pada diri sendiri, walaupun self-critizers cenderung menerima dukungan dari orang lain, namun mereka akan dipersepsi sebagai individu yang kurang berfungsi.
C. Mahasiswa Penyandang Tuna Daksa 1. Mahasiswa Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang perguruan tinggi yang memiliki serangkaian hak dan kewajiban sebagai sivititas akademika. Mahasiswa sebagai calon intelektual berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan dan mengembangkan bakat serta minat sesuai kemampuannya. Mahasiswa juga berperan aktif dalam menjaga etika dan mentaati norma pendidikan tinggi untuk menjamin terlaksananya tridharma dan pengembangan budaya akademik. Sedangkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab VI bagian ke empat pasal 19 mengemukakan bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa atau murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Mahasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia 18-21 tahun (Monks, 2002). Menurut Papalia (2007), usia ini berada dalam tahap perkembangan dari remaja atau adolescence menuju dewasa muda atau young adulthood. Pada usia ini, perkembangan individu ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh dari lingkungan, serta
sudah mulai membuat keputusan terhadap pemilihan pekerjaan atau karirnya. 2. Tuna daksa Suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fumgsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (Soemantri, 2012:121). Tuna daksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri (Soemantri, 2012:121) Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat tubuh (tuna daksa) adalah individu yang lahir dengan cacat fisik bawaan, kehilangan anggota badan, kelainan motorik karena kerusakan syaraf dan kekurangan yang menetap pada alat gerak sehingga untuk berhasilnya pendidikan mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus. (Robert A, Baron, 2003;69) Dalam Mangunsong (2011;25) secara umum klasifik asi atau kategori gangguan dapat dibagi atas: 1. Anak tuna daksa yang tergolong bagian D (SLB D) ialah anak yang menderita gangguan karena polio atau lainnya, sehingga
mengalami ketidak normalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau kerjasama fungsi otot-otot, tetapi mereka berkemampuan normal. 2. Anak tuna daksa yang tergolong bagian D1 (SLB D1) ialah anak yang mengalami gangguan semenjak lahir atau celebral palsy, sehingga mengalami hambatan jasmani karena tidak berfungsinya tulang, otot sendi dan syaraf-syaraf, kemampuan intelegensi mereka dibawah normal atau terbelakang a. Aspek Aspek Perkembangan Yang Terpengaruhi Masalah masalah yang berkaitan dengan anak tuna daksa menyangkut masalah biologis (fisiologis tubuh), masalah psikologis dan masalah sosial. 1. Masalah Biologis Sangatlah sukar untuk membahas masalah perubahan fisiologis tubuh dengan berbagai jenis gangguan, etiologi, daerah tubuh yang terserang dan lama dari gangguan. Sebelumnya telah dibahas secara garis besar gangguan yang diakibatkan oleh berbagai hambatan fisik dengan cerebra palcy sebagai pusat pembahasan. Akibat dari kerusakan system saraf, baik susunan syaraf pusat maupun sumsum tulang belakang, dapat menimbulkan berbagai gangguan fungsi fisiologis tubuh, seperti : a. Gangguan reflek. b. Gangguan perasaan kulit.
c. Gangguan fungsi sensoris d. Gangguan pengaturan sikap dan gerak (motoric) e. Gangguan fungsi metabolism dan system endokrin f. Gangguan fungsi gastrointestinal g. Gangguan fungsi sirkulasi darah System syaraf dalam mengatur fungsi fungsi tubuh ini bekerja dengan mekanisme yang rumit, karena bekerjanya satu system organ dipengaruhi juga oleh organ yang lain. Gangguan yang diakibatkan cacat fisik akan menimbulkan gangguan fungsi fungsi dalam fisiologis dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan psiko-sosial. 2. Masalah psikologis Setiap anak ganggan fisik akan merasakan beban dan problema bagi dirinya untuk menyesuaikan diri dengan keadaannya yang baru atau dengan gangguan keadaan keadaan yang dapat menjadi stressor adalah : Gangguan fisik itu sendiri dapat dilihat dan Nampak dari luar. Anak akan melihat keadaan tubuhnya tidak normal, seperti anak yang lain. Bagaimana anak mampu mengadakan adaptasi terhadap hambatannya, merupakan problema yang menimbulkan stress tersendiri. Dengan keadaan ini anak dapat menunjukkan, reaksi emosi yang berbeda beda, rekasi yang menunjukkan dapat berupa berdiam diri karena depresi,
menyalahkan diri sendiri atau kecewa dan khawatir atau membenci keadaan sendiri. Anak menjadi malu, murung, sedih, melamun, menyendiri dan berputus asa. Keadaan ini merupakan fase kritis yang menyebabkan perubahan emosi pada anak, pengertian dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk anak dapat mengerti keadaan dirinya. 3. Masalah sosial anak dengan gangguan fisik Masalah ini berkaitan erat dengan masalah psikologis anak, anak dengan gangguan yang mampu mengatasi krisis awal keadaannya, akan dapat menumbuhkan rasa penerimaan diri terhadap kenyataan yang dihadapi. Anak berusaha melaksanaka pengibatan dan program latihan dari kesembuhannya, sehingga dia dapat sembuh dengan cacat yang seminimal mungkin. Sikap positif menyebabkan anak berani berinteraksi dengan lingkungannya, dia menerima keadaan dengan jiwa besar, berusaha mandiri dengan kemampuannya dan aktif sebagai anak sesuai dengan sianya. Sikap positif ini perlu didukung oleh keluarga, saudara-saudara, teman teman dan masyarakat dilingkungan. Anak yang tidak mampu mengatasi krisis yang terjadi pada dirinya akan mengakibatkan anak lebih tertekan, menyesali diri terus menerus, dan marah pada anak yang sehat. Anak tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya, dia akan
mengurung diri, mengisolasi diri, curiga terhadap setiap orang, karena merasa akan diejek, dihina, sehingga anak merasa tidak aman dengan dirinya. Anak akan mendapat penyakit atau beban baru akibat mendapat penyakit atau beban baru akibat kecacatannya. Anak malahan akan menjadi beban yang dapat menambah beban psikis keluarganya. Dalam situasi ini bantuan bimbingan dan konseling sangat diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan mahasiswa penyandang tuna daksa adalah mereka memerlukan usaha atau strategi agar bisa diterima di komunitas tempat mereka tinggal, usaha atau strategi jitu disebut strategi presentasi diri.