BAB II LANDASAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Latar Belakang Subjek (Subjek I) kegiatan yang mellibatkan fungsi tubuh bagian bawah.

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa sekarang ini pendidikan memegang peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULULUAN. di masyarakat terhambat. Seseorang dikatakan mengalami ketunadaksaan apabila

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

KONSEP DIRI DAN RELIGIUSITAS PADA TUNA DAKSA SEBAB KECELAKAAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kecacatan dalam fisik menetap. Menurut Assjari, istilah tuna daksa

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB IV KESIMPULAN. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Strategi Presentasi Diri Menurut Gilovich Dkk (2006) Presentasi diri merupakan suatu upaya untuk mengungkapkan siapa diri kita sebenarnya dan suatu upaya agar orang lain mempercayai diri kita. (Dalam Indah;4). Sementara itu Baumister dan Bushman (2011) mengemukakan bahwa presentasi diri adalah beberapa perilaku yang mencoba untuk menyampaikan beberapa gambaran dari diri atau beberapa gambaran informasi mengenai diri kita kepada orang lain. Beberapa perilaku tersebut berniat (bahkan tanpa disadari) untuk membuat suatu kesan tertentu. Presentasi diri meliputi cakupan luas dari tingkah laku mulai dari pernyataan yang jelas mengenai diri. Penyampaian kesan yang diinginkan kepada orang lain melalui presentasi diri secara efektif merupakan komponen kunci untuk kesuksesan dan kenyamanan interaksi sosial (Dalam Indah;4). Menurut Baumeister dan Bushman (2011), dua alasan utama dalam presentasi diri adalah untuk memperoleh penghargaan dari pihak lain yaitu jika pihak yang dihadapi mempunyai kekuasaan untuk memberikan penghargaan yang diinginkan individu, maka individu berusaha mendapatkan penghargaan dengan membuat pihak tersebut memikirkan hal-hal yang positif mengenai individu. Dan sebagai alat untuk pemenuhan diri ( self fulfillment). Pada umumnya orang terdorong untuk menjadi diri ideal mereka, bersamaan dengan dorongan menjadi seseorang yang ideal,

mereka juga terdorong untuk meyakinkan pihak lain bahwa apa yang mereka tampilkan sesuai dengan diri idealnya (Dalam Indah;4). Ada dua kategori strategi utama yang biasa digunakan orang untuk mendongkrak citra dirinya yaitu : self enhancement, upaya untuk menambah daya tarik diri pada orang lain meliputi penampilan fisik, gaya busana, charisma diridan penggunaan berbagai atribut, selanjutnya other enhancement strategi untuk menimbulkan mood dan reaksi positif orang yang dituju. Dalam proses presentasi diri individu akan melakukan suatu proses dimana dia akan mengontrol perilaku mereka sesuai dengan situasi dimana perilaku itu dihadirkan serta memproyeksikan pada orang lain suatu kesan yang diinginkannya. Oleh karena itu presentasi diri sering disebut sebagai pengelolaan kesan atau manajemen impresi. Presentasi diri dilakukan dengan tujuan antara lain agar orang lain menyukai kita, ingin mempengaruhi orang lain, ingin memperbaiki posisi, atau memelihara status (Dayakisni dan Hudaniah, 2012). B. Strategi Presentasi Diri Strategi presentasi diri adalah suatu upaya pembentukan kesan tertentu yang secara sadar dan disengaja dibentuk oleh orang lain untuk mencapai suatu tujuan tersembunyi. Dalam Sarlito W Sarwono (2012;61). Menurut Jones dan Pittman (1982), lima strategi pre sentasi diri yang memiliki tujuan yang berbeda adalah sebagai berikut :

1. Ingratiation tujuan dari strategi ini adalah supaya dipersepsi sebagai orang yang menyenangkan atau menarik. Taktik yang umum meliputi memuji orang lain, menjadi pendengar yang baik, ramah, melakukan hal hal yang menguntungkan orang lain dan menyesuaikan diri dan conform dalam sikap dan perilakunya. Menurut jones (dalam Wrightsman, 1987). Dalam menggunakan taktik ini agar ingratiatory mampu mempertahankan kredibilitasnya sehingga pujiannya dianggap tulus, maka dia tidak boleh memuji hal hal yang tidak dimiliki seseorang yang menjadi targetnya, sebab jika hal ini dilakukan akan menjadi boomerang bagi dirinya karena pujian itu dianggap sebagai hinaan 2. Intimidation Strategi ini digunakan untuk menimbulkan rasa takut dan cara memperoleh kekuasaan dengan meyakinkan pada seseorang bahwa ia adalah orang yang berbahaya, jadi berbeda dengan ingratiation yang ingin disukai, maka mereka justru ingin ditakuti. Hal ini justru lebih sering digunakan dalam situasi meloloskan diri adalah tidak mudah. 3. Self Promotion Ketika tujuan seseorang adalah supaya dilihat kompeten atau ahli pada tugas tertentu, strategi promosi diri biasanya dilakukan. Orang yang melakukan strategi ini akan menggambarkan kekuatan kekuatan dan berusaha untuk memberi kesan dengan prestasi mereka.

Melebih lebihkan kemampuan diri dapat beresiko mereka dianggap sombong, dan tidak dapat dipercaya, menyadari permasalahan ini cara yang digunakan adalah tidak langsung sehingga memungkinkan orang lain sampai pada kesimpulan bahwa dia kompeten. 4. Exemplication Orang yang menggunakan startegi ini berupaya untuk memproyeksikan penghargaannya pada kejujuran dan moralitas, biasanya nereka mempresentasikan diri mereka sebagai orang yang jujur, disiplin dan baik hati atau dermawan.kadang kadang penampilan yang ditunjukan memang keadaan yang sebenarnya, namun pengguna strategi ini serng memanipulasi dan tidak tulus hati dalam melakukannya. 5. Supplication Strategi ini dengan cara memperlihatkan kelemahan atau ketergantungan untuk mendapatkan pertolongan untuk mendapatkan simpati, ini merupakan alternative strategi terakhir, jika seseorang tidak memuliki sumber sumber yang dapat digunakan dalam melakukan strategi yang tersebut diatas, biasanya yang dilakukan adalah mengkritik pada diri sendiri, walaupun self-critizers cenderung menerima dukungan dari orang lain, namun mereka akan dipersepsi sebagai individu yang kurang berfungsi.

C. Mahasiswa Penyandang Tuna Daksa 1. Mahasiswa Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang perguruan tinggi yang memiliki serangkaian hak dan kewajiban sebagai sivititas akademika. Mahasiswa sebagai calon intelektual berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan dan mengembangkan bakat serta minat sesuai kemampuannya. Mahasiswa juga berperan aktif dalam menjaga etika dan mentaati norma pendidikan tinggi untuk menjamin terlaksananya tridharma dan pengembangan budaya akademik. Sedangkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bab VI bagian ke empat pasal 19 mengemukakan bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa atau murid yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Mahasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia 18-21 tahun (Monks, 2002). Menurut Papalia (2007), usia ini berada dalam tahap perkembangan dari remaja atau adolescence menuju dewasa muda atau young adulthood. Pada usia ini, perkembangan individu ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh dari lingkungan, serta

sudah mulai membuat keputusan terhadap pemilihan pekerjaan atau karirnya. 2. Tuna daksa Suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fumgsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (Soemantri, 2012:121). Tuna daksa sering juga diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri (Soemantri, 2012:121) Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat tubuh (tuna daksa) adalah individu yang lahir dengan cacat fisik bawaan, kehilangan anggota badan, kelainan motorik karena kerusakan syaraf dan kekurangan yang menetap pada alat gerak sehingga untuk berhasilnya pendidikan mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus. (Robert A, Baron, 2003;69) Dalam Mangunsong (2011;25) secara umum klasifik asi atau kategori gangguan dapat dibagi atas: 1. Anak tuna daksa yang tergolong bagian D (SLB D) ialah anak yang menderita gangguan karena polio atau lainnya, sehingga

mengalami ketidak normalan dalam fungsi tulang, otot-otot atau kerjasama fungsi otot-otot, tetapi mereka berkemampuan normal. 2. Anak tuna daksa yang tergolong bagian D1 (SLB D1) ialah anak yang mengalami gangguan semenjak lahir atau celebral palsy, sehingga mengalami hambatan jasmani karena tidak berfungsinya tulang, otot sendi dan syaraf-syaraf, kemampuan intelegensi mereka dibawah normal atau terbelakang a. Aspek Aspek Perkembangan Yang Terpengaruhi Masalah masalah yang berkaitan dengan anak tuna daksa menyangkut masalah biologis (fisiologis tubuh), masalah psikologis dan masalah sosial. 1. Masalah Biologis Sangatlah sukar untuk membahas masalah perubahan fisiologis tubuh dengan berbagai jenis gangguan, etiologi, daerah tubuh yang terserang dan lama dari gangguan. Sebelumnya telah dibahas secara garis besar gangguan yang diakibatkan oleh berbagai hambatan fisik dengan cerebra palcy sebagai pusat pembahasan. Akibat dari kerusakan system saraf, baik susunan syaraf pusat maupun sumsum tulang belakang, dapat menimbulkan berbagai gangguan fungsi fisiologis tubuh, seperti : a. Gangguan reflek. b. Gangguan perasaan kulit.

c. Gangguan fungsi sensoris d. Gangguan pengaturan sikap dan gerak (motoric) e. Gangguan fungsi metabolism dan system endokrin f. Gangguan fungsi gastrointestinal g. Gangguan fungsi sirkulasi darah System syaraf dalam mengatur fungsi fungsi tubuh ini bekerja dengan mekanisme yang rumit, karena bekerjanya satu system organ dipengaruhi juga oleh organ yang lain. Gangguan yang diakibatkan cacat fisik akan menimbulkan gangguan fungsi fungsi dalam fisiologis dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan psiko-sosial. 2. Masalah psikologis Setiap anak ganggan fisik akan merasakan beban dan problema bagi dirinya untuk menyesuaikan diri dengan keadaannya yang baru atau dengan gangguan keadaan keadaan yang dapat menjadi stressor adalah : Gangguan fisik itu sendiri dapat dilihat dan Nampak dari luar. Anak akan melihat keadaan tubuhnya tidak normal, seperti anak yang lain. Bagaimana anak mampu mengadakan adaptasi terhadap hambatannya, merupakan problema yang menimbulkan stress tersendiri. Dengan keadaan ini anak dapat menunjukkan, reaksi emosi yang berbeda beda, rekasi yang menunjukkan dapat berupa berdiam diri karena depresi,

menyalahkan diri sendiri atau kecewa dan khawatir atau membenci keadaan sendiri. Anak menjadi malu, murung, sedih, melamun, menyendiri dan berputus asa. Keadaan ini merupakan fase kritis yang menyebabkan perubahan emosi pada anak, pengertian dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk anak dapat mengerti keadaan dirinya. 3. Masalah sosial anak dengan gangguan fisik Masalah ini berkaitan erat dengan masalah psikologis anak, anak dengan gangguan yang mampu mengatasi krisis awal keadaannya, akan dapat menumbuhkan rasa penerimaan diri terhadap kenyataan yang dihadapi. Anak berusaha melaksanaka pengibatan dan program latihan dari kesembuhannya, sehingga dia dapat sembuh dengan cacat yang seminimal mungkin. Sikap positif menyebabkan anak berani berinteraksi dengan lingkungannya, dia menerima keadaan dengan jiwa besar, berusaha mandiri dengan kemampuannya dan aktif sebagai anak sesuai dengan sianya. Sikap positif ini perlu didukung oleh keluarga, saudara-saudara, teman teman dan masyarakat dilingkungan. Anak yang tidak mampu mengatasi krisis yang terjadi pada dirinya akan mengakibatkan anak lebih tertekan, menyesali diri terus menerus, dan marah pada anak yang sehat. Anak tidak mau berinteraksi dengan lingkungannya, dia akan

mengurung diri, mengisolasi diri, curiga terhadap setiap orang, karena merasa akan diejek, dihina, sehingga anak merasa tidak aman dengan dirinya. Anak akan mendapat penyakit atau beban baru akibat mendapat penyakit atau beban baru akibat kecacatannya. Anak malahan akan menjadi beban yang dapat menambah beban psikis keluarganya. Dalam situasi ini bantuan bimbingan dan konseling sangat diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan mahasiswa penyandang tuna daksa adalah mereka memerlukan usaha atau strategi agar bisa diterima di komunitas tempat mereka tinggal, usaha atau strategi jitu disebut strategi presentasi diri.