BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia untuk mengembangkan potensi diri dan memajukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (UU Sisdiknas, 2003). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 bab IV pasal 19 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Konsep pembelajaran tematik terutama berfokus pada anak sebagai pelajar dan proses-proses yang berkaitan dengan perkembangan berfikir serta pemahaman peserta didik (Majid, 2014: 4). Paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) bukan berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran tematik dalam proses pembelajaran lebih memberikan kebebasan siswa untuk berpendapat dan guru mampu menjadi pendamping untuk siswanya. Tetapi proses pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa belum dapat terealisasikan dengan semestinya dan proses belajar mengajar yang dilakukan guru masih berpusat pada guru saja. Siswa kurang 1
2 dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar sehingga siswa tidak mampu memahami konsep dan makna yang tersirat dalam tema pembelajaran. Pembelajaran tematik berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak artinya menolak drill sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional maka pembelajaran tematik lebih menekankan keterlibatan siswa secara aktif baik kognitif maupun skill dalam proses pembelajarannya (Karli, 2010: 45). Masalah tersebut ditemukan peneliti ketika melaksanakan magang 2 di SDN Punten 2 Batu tahun 2015. Selama pembelajaran tematik, peneliti melakukan pengamatan di kelas 3 SDN Punten 2 Batu. Pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menggali informasi, siswa kesulitan dalam menyimpulkan materi, sistem pembelajaran yang diterapkan di kelas secara individual menyebabkan siswa jenuh dengan aktivitasnya sehingga kelas menjadi gaduh dan tidak kondusif. Permasalahan tersebut menjadi pertanyaan bagi peneliti mengapa hal tersebut bisa terjadi sehingga peneliti tertarik untuk meninjau lebih lanjut dan mengkajinya. Mengacu pada latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti melakukan penelitian di SD Muhammadiyah 4 Malang dan menjadikan siswa kelas IV-B sebagai subjek penelitian. Alasan dijadikannya siswa kelas IV-B SD Muhammadiyah 4 Malang sebagai subjek penelitian karena memiliki kendala yang sama dalam pelaksanaan proses pembelajaran tematik. Siswa mengalami kesulitan dalam menggali informasi, siswa kesulitan dalam menyimpulkan materi. Informasi tersebut diperoleh dari hasil wawancara singkat dengan guru kelas yang bersangkutan.
3 Salah satu model pembelajaran yang dinilai akomodatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggali informasi dan dapat menciptakan kegiatan belajar aktif siswa adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sebagaimana yang dikutip oleh penelitian Mustikasari (2014) dan Jasman (2013) yang telah melakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Penelitian yang dilakukan oleh Mustikasari (2014), menyatakan bahwa penerapan model Student Team Achievement Division di SDN 02 Loning dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan siswa, dan performansi guru dalam pembelajaran. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Jasman (2013), menjelaskan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya materi perjuangan melawan penjajah dan pergerakan nasional Indonesia. Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaannya yaitu pada kedua penelitian tersebut diterapkan dalam kurikulum KTSP sedangkan pada penelitian ini akan menerapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013 (tematik). Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012: 202). Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsepkonsep pelajaran yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir
4 kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 213) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions), siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Mengacu pada latar belakang dan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Tematik di Kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang. B. Rumusan masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang? 2. Apa saja hambatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang? 3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk : 1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang.
5 2. Mendeskripsikan hambatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang. 3. Mendeskripsikan upaya mengatasi hambatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik di kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Tematik di Kelas IV SD Muhammadiyah 4 Malang, diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis: secara teori dengan adanya penelitian ini maka dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat penelitian secara praktis: a. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan atau pengetahuan peneliti tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik di kelas IV sebagai bekal menjadi calon guru Sekolah Dasar. b. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran tematik sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Muhammadiyah 4 Malang.
6 c. Bagi Dinas/Instansi Terkait Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi dinas pendidikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dapat dijadikan masukan dalam menyusun model pembelajaran tematik yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. E. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas penulis memberikan batasan ruang lingkup dari penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas IV-B SD Muhammadiyah 4 Malang. F. Definisi Istilah Menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian maka diberikan penjelasan terkait istilah-istilah yang digunakan, diantaranya sebagai berikut: 1. Model pembelajaran merupakan pola pilihan para guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. 2. Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012: 202).
7 3. STAD mengacu kepada belajar kelompok, siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah (Suprihatiningrum, 2012: 202-203). 4. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema tertentu dengan menghubungkan berbagai bidang studi yang berkaitan.