PERBEDAAN EFEKTIVITAS KAPUR TOHOR (CaO) DALAM MENINGKATKAN DISSOLVED OXYGEN (DO) PADA LIMBAH CAIR RSUD DATOE BINANGKANG BOLAANG MONGONDOW

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM

PENENTUAN KUALITAS AIR

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB III METODE PENELITIAN

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

Jurnal Kimia Indonesia

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

SPO INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DENGAN SISTEM TANGKI SEPTIK MODIFIKASI

PENGARUH WAKTU OZONISASI TERHADAP PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

EFEKTIVITAS LARUTAN KAPUR DALAM MENURUNKAN KADAR FOSFAT PADA LIMBAH CAIR RSUD KOTA SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. sisa proses yang tidak dapat digunakan kembali. Sisa proses ini kemudian menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat (Sumantri, 2015). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

ANALISIS KUALITAS LIMBAH CAIR PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (IPLC) RUMAH SAKIT UMUM LIUN KENDAGE TAHUNA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

DEGRADASI LIMBAH CAIR INDUSTRI KERTAS MENGGUNAKAN OKSIDAN OZON DAN KAPUR

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

SUMMARY UJI KANDUNGAN KLORIDA PADA AIR DI PESISIR DANAU LIMBOTO MARDINA HASAN NIM

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PERBEDAAN EFEKTIVITAS KAPUR TOHOR (CaO) DALAM MENINGKATKAN DISSOLVED OXYGEN (DO) PADA LIMBAH CAIR RSUD DATOE BINANGKANG BOLAANG MONGONDOW Iman, F., Hiola, R. P., Bialangi S. 1 fitriahiman@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Bolaang Mongondow belum memiliki sistem pengolahan air limbah. Hasil pemeriksaan kualitas kimia air limbah rumah sakit tahun 2013 tidak memenuhi baku mutu air limbah rumah sakit, mengingat hasil limbah yang dibuang ke lingkungan maka diperlukan upaya pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harga terjangkau yaitu dengan penambahan kapur tohor (CaO) pada proses koagulasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efektivitas kapur tohor (CaO) dengan berbagai dosis dalam meningkatkan DO pada limbah cair RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mongondow. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian pretest dan postest. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian limbah cair RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mongondow. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji One Way Anova dan uji Duncan. Hasil analisis data diperoleh nilai p=0,000 (< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar DO pada limbah cair RSUD Datoe Binangkang sebelum dan setelah penambahan kapur tohor (CaO) dengan berbagai dosis. Peningkatan kadar DO yang efektif pada limbah cair RSUD Datoe Binangkang diperoleh pada dosis 5 mg/100 ml dengan persentase peningkatan sebesar 90,26 %, karena pada dosis ini sudah dapat meningkatkan kadar DO sesuai dengan syarat baku mutu air limbah Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada golongan III dimana kadar minimum yaitu 3 mg/l. Diharapkan kepada pihak rumah sakit dapat memperbaiki dan mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan serta mengganggu kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar rumah sakit. Kata kunci : Kadar DO, Kapur Tohor (CaO), Limbah Cair, Rumah sakit 1 Fitriah Iman, Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Dr. Hj. Rama P. Hiola, Dra, M.kes. dan Sirajuddien Bialangi, SKM. M.Kes, Dosen pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 340/MENKES/PER/III/ 2010, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Keberadaan rumah sakit selain memberikan dampak positif yaitu berupa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, juga mempunyai dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, khususnya yang berasal dari limbah. Limbah cair rumah sakit adalah seluruh buangan cair berasal dari proses seluruh kegiatan rumah sakit, yang meliputi limbah domestik cair, yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis, air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit, air limbah laboratorium dan lainnya (Asmadi, 2013). Menurut Sugiharto (1987) dalam Elda (2005) limbah cair rumah sakit pada intinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu karakteristik fisik yang dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat, karakteristik kimia yang menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap dan karakteristik biologis yang terdiri dari kandungan bakteri patogen. Dampak dari air limbah yaitu adanya gangguan terhadap kesehatan, terjadinya penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan, dan gangguan terhadap kerusakan benda. Untuk menghindarkan terjadinya gangguangangguan tersebut, air limbah yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam baku mutu air limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke lingkungan (Soemirat: 2011) Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air golongan III mempersyaratkan mutu air untuk kadar DO adalah minimal 3 mg/l. Upaya pemeliharaan kualitas air agar tetap dalam kondisi alamiahnya dan pencegahan dan penanggulangan pencemaran air dan pemeliharaan kualitas air agar kualitasnya sesuai dengan standar baku mutu air dengan mengolah limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harga terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil dan menengah adalah dengan perlakuan primer pada proses kimia dengan pengendapan cara koagulasi menggunakan bahan koagulan yaitu kapur (Asmadi, 2013). Kapur (CaO) berbentuk padat yang berwarna putih, bersifat alkali dan sedikit pahit. Kapur bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air. Karena kekuatan sifat basanya, kapur banyak digunakan sebagai flokulan pada air, pengolahan limbah, serta pengolahan tanah asam (Soeharto, 2011) Kapur dapat mengefektifkan penurunan kadar BOD, COD, dan TSS, serta meningkatkan DO karena kapur bersifat sebagai pengatur ph larutan, maka jumlah senyawa radikal OH - semakin banyak sehingga didalam limbah terdapat dua senyawa oksidator yang terjadi bersama-sama yaitu radikal OH - dan radikal O, kedua senyawa ini sangat efektif untuk mendegradasi BOD, COD, dan fosfat

kadar DO yang akibatnya akan menambah oksigen terlarut dalam air limbah (Isyuniarto: 2009). DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup dalam perairan tersebut tergantung dari kemampuan perairan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Jadi penentuan kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. (Sastrawijaya, 2009) METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest dan postest. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian limbah cair RSUD Datoe Binangkang Bolaang Mongondow. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji One Way Anova dan uji lanjutan Duncan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 1 Penambahan Kapur Tohor (mg) Peningkatan kadar DO pada limbah cair RSUD Datoe Binangkang setelah penambahan kapur tohor (CaO) Rata-rata kadar DO (mg/l) Peningkatan kadar DO (mg/l) Peningkatan kadar DO (%) 0 0,31 - - 5 3,38 3,07 90,82 10 3,86 3,53 91,96 15 4,19 3,88 92,60 20 4,58 4,25 93,23 25 4,75 4,44 93,47 Sumber : Data Primer Juli 2014 5 4 3 2 1 0 Kadar Do 4,58 4,75 4,19 3,86 3,38 0,31 0 mg 5 mg 10 mg 15 mg 20 mg 25 mg penambahan kapur dalam 100 ml air Gambar 1. Rata-rata kadar DO limbah cair RSUD Datoe Binangkang sebelum dan sesudah penambahan kapur tohor (CaO) dalam 100 ml air limbah

Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kadar DO setelah penambahan kapur tohor (CaO) dengan lima dosis yang bebeda. Hasil uji Anova One Way diketahui bahwa p < 0,05 (p = 0,000) artinya pada taraf nyata 0,05 terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar DO sebelum dan sesudah penambahan kapur tohor (CaO) dengan jumlah yang berbeda pada limbah cair. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa hampir semua rata-rata kadar DO setelah perlakuan dengan penambahan kapur tohor (CaO) sebanyak 5 mg, 10 mg, 15 mg, 20 mg, dan 25 mg dalam tiap 100 ml air limbah berbeda secara nyata, kecuali perlakuan dengan penambahan kapur tohor (CaO) sebanyak 20 mg dan 25 mg tidak berbeda secara nyata. Pembahasan Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kadar DO (Dissolved Oxygen) menyatakan bahwa rata-rata kadar DO limbah cair RSUD Datoe Binangkang sebelum penambahan kapur tohor (CaO) adalah 0,31 mg/l. Angka ini masih rendah dibandingkan dengan syarat minumum yaitu 3 mg/l sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada golongan III. Berdasarkan hasil uji One Way Anova pada taraf nyata 0,05 diperoleh nilai p < 0,05 (p = 0.000), sehingga dapat diketahui bahwa H 0 ditolak artinya ada perbedaan kadar DO pada limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang sebelum dan setelah penambahan kapur tohor (CaO) dengan berbagai dosis. Selanjutnya hasil dari uji One Way Anova dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat rata-rata perbedaan perlakuan antara sebelum dan setelah penambahan kapur tohor. Hasil uji Duncan diperoleh nilai p < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna kadar DO setelah penambahan kapur tohor dengan dosis yang berbeda yaitu 5 mg, 10 mg, 15 mg, 20 mg, dan 25 mg. Peningkatan kadar DO yang efektif pada limbah cair RSUD Datoe Binangkang diperoleh pada dosis 5 mg/100 ml dengan persentase peningkatan sebesar 90,26 %, karena pada dosis ini sudah dapat meningkatkan kadar DO sesuai dengan syarat baku mutu air limbah Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada golongan III dimana kadar minimum yaitu 3 mg/l. Hasil penelitian diketahui bahwa semakin besar penambahan kapur tohor (CaO) maka kadar DO akan semakin meningkat. Kapur bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak logam dengan adanya air sehingga ion OH akan semakin banyak. Penambahan kapur tohor kapur dapat mengurangi kandungan bahan-bahan organik. Cara kerjanya adalah kapur ditambahkan untuk merekasikan alkalikarbonat serta mengukur ph air sehingga menyebabkan pengendapan (Ulfatmi; 2010), penambahan kapur juga akan mengubah kestabilan koloid sehingga mempercepat terjadinya endapan flok, pembentukan flok inilah yang disebut dengan koagulasi. Koagulasi membantu penghilangan partikel halus atau koloid yang membutuhkan aglomerasi sebelum dapat dihilangkan secara efektif dengan pengendapan dan penyaringan. Pada penambahan dosis kapur tohor 20 mg dan 25 mg tidak terjadi peningkatan yang signifikan hal ini disebakan karena pada penambahan kapur

yang berlebihan terdapat kenaikan 1% dalam filtrat. Ini dikarenakan kapur menyebakan ph larutan naik (lebih dari 7) sehingga kestabilan flok terganggu. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Ada perbedaan kadar DO sebelum dan setelah penambahan kapur tohor (CaO) dengan berbagai dosis pada limbah cair Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang dimana kadar DO sebelum penambahan kapur tohor (CaO) adalah 0,33 mg/l dan sesudah penambahan dosis 5 mg adalah 3,38 mg/l, 10 mg adalah 3,86 mg/l, 15 mg adalah 4,19 mg/l, 20 mg adalah 4,58 mg/l, dan 25 mg adalah 4,75 mg/l. Dosis efektif untuk penambahan kapur adalah 5 mg untuk 100 ml, karena pada dosis tersebut sudah dapat meningkatkan kadar DO sesuai dengan Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 tahun 2001 Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air golongan III. Saran Kepada pihak rumah sakit diharapkan dapat segera memperbaiki dan mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan serta mengganggu kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar rumah sakit DAFTAR PUSTAKA Asmadi. 2013. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Pontianak: Gosyen Publishing. Elda, I. N. 2005. Efektivitas Kapur (CaO) dalam Menurunkan Kadar Fosfat pada Limbah Cair Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekan Baru Tahun 2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Sumatera. Isyuniarto, Widdi U., Agus P. 2007. Degradasi Limbah Cair Industri Kertas Menggunakan Oksidan Ozon dan Kapur. Jurnal. ISSN 0216-3128. Sastrawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Soemirat, J. 2011. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada University Press. Suharto, I. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: ANDI.