PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 JULI 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%. Dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, target pertumbuhan ekonomi dikoreksi menjadi 4,5%, dan dalam NK & RAPBN-P 2009 target tersebut dikoreksi lagi menjadi 4,3%. Pada triwulan I 2009, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,4%, sedangkan dalam triwulan II pertumbuhan ekonomi mencapai 4,0%. Dengan demikian, dalam semester I 2009 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 4,2%, lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi semester I 2008 yang mencapai 6,34 %. Pertumbuhan ekonomi semester I 2009 tersebut bersumber dari konsumsi pemerintah, konsumsi masyarakat, dan investasi, yang masing-masing mencapai sebesar 18,0%, 5,4%, dan 3,0%. Sedangkan ekspor dan impor mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 17,2% dan minus 24,9%. 7 6 5 Grafik 1 Pertumbuhan Ekonomi (y-0-y), Semester I 2008-2009 % 4 3 2 6,25 6,42 6,34 4,4 4,0 4,2 2008 2009 1 0 QI QII Sem I 2. Inflasi Dalam UU APBN 2009, laju inflasi diperkirakan sebesar 6,2%, kemudian disesuaikan menjadi 6,0% dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi 5,0% dalam NK & RAPBN-P 2009. Dari Januari hingga Juli 2009, laju inflasi kumulatif sebesar 0,66% (y-t-d), inflasi Juli 2009 terhadap Juli 2008 sebesar 2,71% (y-o-y), dan inflasi pada bulan Juli 2009 sebesar 0,45% (m-t-m). Bila dibandingkan dengan Juli 2008, laju inflasi tersebut lebih rendah, masing-masing mencapai 1,37% (m-t-m) dan 11,9% (y-o-y), dan 8,85% (y-t-d). 1
Menurunnya tekanan inflasi ini disebabkan oleh turunnya harga minyak dunia, turunnya harga BBM bersubsidi (solar dan premium), cukup tersedianya pasokan bahan makanan, dan lancarnya distribusi barang dan jasa. 14,0% Grafik 2 Perkembangan Laju Inflasi IHK, 2008-2009 2,5% 12,0% % 8,0% 6,0% 4,0% 1,37% 11.90% 2.71% 0.45% 2,0% 1,5% 1,0% 0,5% 2,0% % % -0,5% Inflasi (y-o-y) Inflasi (m-t-m) 3. Nilai Tukar Rupiah Dalam UU APBN 2009, asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan sebesar Rp9.400/US$, yang kemudian disesuaikan dalam Dokumen Stimulus menjadi Rp11.000/US$, dan dikoreksi menjadi Rp10.600/US$ dalam NK & RAPBN-P 2009. Dalam bulan Januari sampai dengan Juli tahun 2009, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai rata-rata Rp10.943,6/US$, atau melemah dibandingkan posisinya dalam Juli 2008 yang mencapai Rp9.245,6/US$. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti peningkatan kerugian lembaga keuangan dan korporasi serta polemik stimulus di Amerika Serikat, dan faktor internal, berupa kekhawatiran terhadap kecukupan cadangan devisa dan kewajiban pembayaran utang luar negeri yang membuat nilai tukar rupiah semakin tertekan. 13.000 Grafik 3 Perkembangan Nilai Tukar Terhadap Dolar AS, 2008-2009 Nilai Tukar (Rp/US$) 12.000 11.000 10.000 9.000 Jan - Juli 2008: Rp9.245,6 8.000 Jan 08 Feb Juli Aug Sep Okt Nov Des Jan 09 Feb Juli Jan - Juli 2009: Rp10.943,6 2
4. Suku bunga SBI 3 bulan Dalam UU APBN 2009 dan dalam Dokumen Stimulus serta dalam NK & RAPBN-P 2009, suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan sebesar 7,5%. Selama bulan Januari sampai dengan Juli 2009 realisasi rata-rata SBI 3 bulan mencapai 8,3%, yang berarti menurun dibandingkan realisasinya selama bulan Januari sampai dengan Juli 2008 yang mencapai rata-rata 8,4%. 12 Grafik 4 Perkembangan Suku Bunga SBI-3 Bulan, 2008-2009 11,03 SBI (%) 11 10 9 Jan -Juli 2008: 8,4% 9,00 9,57 9,73 9,84 11,50 11,08 10,39 9,29 8,68 Jan - Juli 2009: 8,3% 8 7 7,83 7,97 8,03 8,04 8,34 8,28 7,54 7,08 6 Jan 08 Feb Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan 09 Feb 5. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) Dalam UU APBN 2009, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan US$8 per barel. Dalam Dokumen Stimulus, asumsi harga minyak dikoreksi menjadi US$45 per barel, tetapi kemudian disesuaikan kembali menjadi US$61 per barel dalam NK & RAPBN-P 2009. Realisasi ICP selama bulan Januari sampai dengan Juli 2009 mencapai sebesar US$53,45 per barel, menurun dari realisasinya dalam bulan Januari sampai dengan Juli 2008 yang mencapai US$113,02/barel. 160 Grafik 5 Perkembangan Harga Minyak Indonesia (ICP), 2008-2009 140 (us$/barel) 120 100 80 60 40 20 0 109,30 103,11 92,09 94,64 132,36 134,96 124,67 Jan - Juli 2008: 113,02 115,56 99,06 70,66 49,32 68,91 64,85 57,86 50,62 46,95 41,89 43,10 38,45 Jan - Juli 2009: 53,45 Jan Peb Juli Agust Sept Okt Nop Des Jan Peb Juli 2008 2009 3
6. Lifting minyak mentah Dalam UU APBN 2009, Dokumen Stimulus 2009, dan RAPBN-P 2009, lifting minyak diasumsikan sebesar 0,960 juta barel per hari. Realisasi lifting minyak dalam semester I (Desember 2008-2009) mencapai 0,957 juta barel per hari, yang berarti lebih tinggi dibandingkan realisasi Semester I 2008 yang mencapai 0,846 juta barel per hari. Peningkatan ini dikarenakan sumur-sumur minyak baru yang mulai berproduksi ditambah hasil dari program revitalisasi sumur-sumur tua. Ribu barel/hari 1.100 SMT I 2008 : 846 ribu barel/hari 1.050 Grafik 6 Lifting, 2008-2009 1.056,27 SMT I 2009 : 956,63 ribu barel/hari 1.018,67 1.000 950 900 850 924,72 855,38 935,33 947,04 913,86 909,23 976,79 851 917,63 920,43 800 750 700 779,74 748,73 827,39 802,87 769,45 Jan Peb Juli Agust Sept Okt Nop Des Jan Peb Cat: penghitungan rata-rata lifting sem I adalah dari bulan Desember - 2008 2009 II. REALISASI APBN 1. Pendapatan Negara dan Hibah Dalam UU APBN 2009, pendapatan negara dan hibah ditetapkan sebesar Rp985,7 triliun. Target tersebut direvisi menjadi Rp848,6 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp872,6 triliun dalam RAPBN-P 2009. Sampai dengan 31 Juli 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp432,4 triliun (43,9% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 49,6% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan realisasi 31 juli 2008 yang mencapai 56,7% dari pagunya dalam APBN-P 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 7,1%. Realisasi pendapatan negara dan hibah terdiri atas realisasi penerimaan dalam negeri Rp432,1 triliun (43,9% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 49,6% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009), dan realisasi hibah Rp0,3 triliun (30,4% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 28,8% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi penerimaan dalam negeri tersebut terdiri atas realisasi penerimaan perpajakan Rp336,8 triliun (46,4% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 51,6% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009) dan realisasi PNBP Rp95,3 triliun (36,8% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 43,4% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan 31 juli 2009 terdiri dari PPh sebesar Rp186,3 triliun (55,3%), PPN sebesar Rp97,3 triliun (28,9%), PBB dan BPHTB sebesar Rp9,3 triliun (2,8%), cukai sebesar Rp31,6 triliun (9,4%), Bea masuk dan bea keluar sebesar Rp10,6 triliun (3,1%), serta pajak lainnya sebesar Rp1,7 triliun (0,5%). 4
Sementara itu, realisasi PNBP sampai dengan 31 Juli 2009 terdiri dari penerimaan SDA Rp52,8 triliun (55,4%), Laba BUMN Rp9,2 triliun (9,6%), PNBP lainnya Rp31,2 triliun (32,8%), dan BLU sebesar Rp2,1 triliun (2,2%). Grafik 7 Penerimaan Negara dan Hibah, Januari Juli 2009 8 7 6 5 4 3 Hibah 0,1 0,1 0,1 0,1 PNBP 12,3 7,2 8,0 18,4 22,7 16,8 Pajak 45,4 37,9 49,9 64,1 42,5 48,8 48,3 Total 55,3 50,2 57,1 72,1 61,0 71,6 65,1 7 6 5 4 3 () Grafik 8 Penerimaan Perpajakan, Januari - Juli 2009 Bea Keluar 0,4 0,2 (0,1) Bea Masuk 1,4 1,3 1,5 1,4 1,4 1,4 1,6 Cukai 4,4 4,6 5,8 3,3 3,5 4,7 5,3 Pajak Lainnya 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 BPHTB 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,4 PBB 0,2 0,1 0,2 0,3 0,5 3,3 2,0 PPN 14,4 11,2 13,7 13,3 13,8 14,6 16,2 PPh Migas 5,2 3,6 3,0 4,8 4,8 6,0 3,9 PPh Non Migas 19,2 16,5 24,9 40,3 17,7 17,7 18,6 Total 45,4 37,8 49,9 64,0 42,5 48,8 48,3 25,0 Grafik 9 PNBP, Januari - Juli 2009 15,0 5,0 BLU 0,2 0,7 0,2 1,0 PNBP Lainnya 3,9 3,3 2,2 4,1 6,9 5,8 5,0 Laba BUMN 0,2 0,3 3,1 5,6 SDA Non Migas 2,3 0,3 0,3 1,9 1,2 1,2 1,2 SDA Migas 3,6 8,6 4,6 1,7 9,4 12,4 4,0 Total Series6 12,3 7,2 8,0 18,4 22,7 16,8 5
2. Belanja Negara Dalam UU APBN 2009, belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.037,1 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp988,1 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp1.005,7 triliun dalam RAPBN-P 2009. Sampai dengan 31 Juli 2009, realisasi belanja negara mencapai Rp448,8 triliun, yang berarti 43,3% dari pagunya dalam APBN 2009 atau 44,6% dari pagunya dalam RAPBN-P 2009. Apabila dibandingkan dengan realisasi 31 Juli 2008 yang mencapai 44,5% dari pagunya dalam APBN-P 2008, realisasi tersebut berarti 0,1% lebih rendah. Realisasi belanja negara tersebut terdiri atas realisasi belanja pemerintah pusat Rp288,5 triliun (40,3% dari pagunya dalam APBN 2009 atau 41,4% dari pagunya dalam RAPBN-P 2009) dan transfer ke daerah Rp160,3 triliun (5% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 51,8% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi belanja pemerintah pusat didominasi antara lain oleh belanja pegawai Rp79,3 triliun (27,5%), pembayaran bunga utang Rp59,2 triliun (20,5%), subsidi Rp48,0 triliun (16,6%) dan lainnya 35,4%. Sementara itu, realisasi transfer ke daerah sebagian besar berasal dari DAU Rp124,3 triliun (77,5%) dan DBH Rp22,3 triliun (13,9%). 10 9 8 7 6 5 4 3 Grafik 10 Belanja Negara, Januari - Juli 2009 31,2 15,8 21,5 26,6 23,9 25,0 40,6 38,8 17,6 45,9 26,3 20,4 59,6 55,5 Transfer ke Daerah Belanja Pemerintah Pusat 6 Grafik 11 Belanja Pemerintah Pusat, Januari - Juli 2009 Subsidi Pembayaran Bunga Utang K/L 5 4 3 13,7 10,2 14,2 9,7 2,3 12,3 3,1 7,3 8,3 6,1 4,4 5,7 29,4 9,9 17,8 21,5 23,7 19,6 12,2 6,2 6
35,0 Grafik 12 Transfer ke Daerah, Januari - Juli 2009 3 25,0 15,0 5,0 Otsus & Peny. 3,0 0,5 1,5 0,3 DAK 4,2 2,0 0,8 0,8 0,7 DAU 31,0 15,5 15,6 15,5 15,6 15,6 15,6 DBH 0,3 0,3 4,1 4,6 0,7 8,4 3,9 Total 31,2 15,8 23,8 25,0 17,6 26,3 20,4 3. Defisit Anggaran Dengan realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp432,4 triliun, dan realisasi belanja negara mencapai Rp448,8 triliun, sampai dengan 31 Juli 2009 terdapat defisit anggaran Rp16,4 triliun (0,3 % terhadap PDB). Apabila dibandingkan dengan realisasi 31 Juli 2008 yang mencapai surplus sebesar Rp54,9 triliun (1,1 % terhadap PDB), kinerja APBN 2009 hingga 31 Juli 2009 berarti lebih baik penyerapannya. 6 Grafik 13 Surplus (defisit) Anggaran, 2008-2009 5 4 3 54,9 () () 31 Juli 2008 31 Jul 09 (16,4) 4. Pembiayaan Anggaran Dalam UU APBN 2009, pembiayaan anggaran ditetapkan sebesar Rp51,3 triliun, yang kemudian disesuaikan menjadi Rp139,5 triliun dalam Dokumen Stimulus Fiskal 2009, dan menjadi Rp133,0 triliun dalam RAPBN-P 2009. Realisasi pembiayaan hingga 31 Juli 2009 mencapai Rp48,7 triliun (94,8% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 36,6% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam periode yang sama tahun 2008, realisasi tersebut berarti lebih rendah 24,5%. Realisasi pembiayaan anggaran tersebut terdiri atas realisasi pembiayaan dalam negeri Rp73,4 triliun (120,8% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 50,7% dari 7
targetnya dalam RAPBN-P 2009) dan realisasi pembiayaan luar negeri minus Rp24,7 triliun (261,6% dari targetnya dalam APBN 2009 atau 209,8% dari targetnya dalam RAPBN-P 2009). Realisasi pembiayaan dalam negeri sebagian besar berasal dari SBN (neto) sebesar Rp72,1 triliun. Sementara itu, realisasi pembiayaan luar negeri berasal dari penarikan pinjaman luar negeri (bruto) sebesar Rp18,1 triliun; penerusan pinjaman sebesar Rp4,4 triliun dan pembayaran cicilan pokok utang LN sebesar minus Rp38,5 triliun. Dengan realisasi pembiayaan anggaran yang mencapai Rp48,7 triliun, sedangkan defisit anggaran mencapai Rp16,4 triliun, sampai dengan 31 Juli 2009 terdapat kelebihan pembiayaan anggaran Rp32,3 triliun. Pada 31 Juli 2008, terjadi kelebihan pembiayaan tersebut mencapai Rp119,4 triliun. 4 3 Grafik 14 Pembiayaan Anggaran, Januari Juli 2009 2,4 () () 31,4 17,1 14,4 8,1 8,9 3,2 (2,9) (1,9) (4,4) (3,8) (9,5) (2,3) (11,8) (3) Pembiayaan LN Pembiayaan Dalam Negeri REALISASI APBN s.d 31 Juli, 2008-2009 (dalam triliun rupiah) 2008 2009 APBN-P LKPP (Audited) Realisasi s.d 31 Juli % thd APBN-P APBN RAPBN-P Realisasi s.d 31 Juli % thd RAPBN-P A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 895,0 981,6 507,0 56,7 985,7 872,6 432,4 49,6 I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 892,0 979,3 506,4 56,8 984,8 871,6 432,1 49,6 1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 609,2 658,7 357,8 58,7 725,8 652,1 336,8 51,6 a. Pajak Dalam Negeri 580,2 622,4 335,4 57,8 697,3 632,1 326,2 51,6 b. Pajak Perdagangan Internasional 29,0 36,3 22,4 77,2 28,5 10,6 52,8 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 282,8 320,6 148,6 52,6 258,9 219,5 95,3 43,4 a. Penerimaan SDA 192,8 224,5 109,5 56,8 173,5 14 52,8 37,7 b. Bagian Laba BUMN 31,2 29,1 12,4 39,6 30,8 29,2 9,2 31,4 c. PNBP Lainnya 58,8 63,3 26,7 45,4 49,2 44,4 31,2 70,3 d. Pendapatan BLU 3,7 5,4 5,9 2,1 35,4 II.HIBAH 2,9 2,3 0,7 22,4 0,9 1,0 0,3 28,8 B. BELANJA NEGARA 989,5 985,7 452,1 45,7 1.037,1 1.005,7 448,8 44,6 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 697,1 693,4 310,2 44,5 716,4 696,1 288,5 41,4 1. Belanja K/L 29 259,7 102,0 35,2 322,3 317,0 130,4 41,2 2. Belanja Non K/L 407,0 433,7 208,2 51,1 394,1 379,1 158,1 41,7 II.TRANSFER KE DAERAH 292,4 292,4 141,9 48,5 320,7 309,6 160,3 51,8 1. Dana Perimbangan 278,4 278,7 138,6 49,8 297,0 285,3 155,0 54,3 2. Dana Otonomi Khusus dan Peny. 14,0 13,7 3,3 23,8 23,7 24,3 5,3 21,7 C. SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) (94,5) (4,1) 54,9 (51,3) (133,0) (16,4) % deficit to GDP (2,1) (0,1) (1,0) (2,5) D. PEMBIAYAAN 94,5 84,1 64,5 68,2 51,3 133,0 48,7 36,6 I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI 107,6 102,5 84,2 78,3 60,8 144,8 73,4 50,7 1. Perbankan dalam negeri (11,7) 16,2 (4,0) 34,4 16,6 56,0 1,1 1,9 2. Non-perbankan dalam negeri 119,3 86,3 88,3 74,0 44,2 88,8 72,3 81,4 II.PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) (13,1) (18,4) (19,8) 150,7 (9,4) (11,8) (24,7) 209,8 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 48,1 50,2 11,7 24,2 52,2 70,7 18,1 25,6 2. Penerusan Pinjaman (5,2) (13,0) (4,4) 33,6 3. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (61,3) (63,4) (31,4) 51,3 (61,6) (69,5) (38,5) 55,4 KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN 8 119,4 () 32,3 8