PENGARUH TERAPI HYPNOSIS TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU DESA KARANG KECAMATAN BAKI SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Penelitian. Peningkatan populasi lanjut usia yang lebih banyak akan terjadi di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENGGUNAAN MASKER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA PENGAMPLASAN KAYU DI DESA RENGGING PECANGAAN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI HYPNOSIS TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU DESA KARANG KECAMATAN BAKI SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Oleh : ANITA J 210 060 071 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun, dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. (Menkokesra, 2008) Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang serius karena secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya, sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam penangananya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia menjadi rentang terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial dan penyakit infeksi meningkat (Nugroho, 2004 ). Negara Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Berdasarkan proyeksi Biro Statistik (BPS) pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia akan sama dengan jumlah balita yaitu 8,5 % dari jumlah penduduk atau 1

2 sekitar 19 juta jiwa. Secara umum tingkat kesehatan masyarakat Indonesia terkait erat dengan meningakatnya Usia Harapan Hidup (UHH). Pada tahun 2004 UHH penduduk Indonesia adalah 66,2 tahun, kemudian meningkat menjadi 69,4 tahun pada tahun 2006. di perkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia mencapai 29 juta jiwa atau 11 % dari total populasi. (Supas, 2005) Propinsi Jawa Tengah sebagai salah satu propinsi besar dengan jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2009 mencapai 9,77 Angka tersebut jauh di atas jumlah lansia Nasional yang hanya 7,88 pada tahun 2009 usia harapan hidup mencapai 70 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional. Namun kondisi tersebut terdampak pada berbagai persoalan yang akan dihadapi seperti masalah sandang, pangan, papan, kesehatan, ekomoni dan lainya (Depkes, 2009). Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut akan mangalami penurunan. Lansia lebih rentan terkena berbagai macam penyakit karena semakin bertambahnya umur maka akan mengalami penurunan fungsi organ. Penurunan kondisi fisik inilah yang berpengaruh pada kondisi mental dan psikososial pada lansia. Masalah mental yang sering dialami oleh lansia lebih banyak dipengaruhi karena faktor kesepian, ketergantungan, dan kurang percaya diri sehingga menyebabkan lansia mengalami depresi, kecemasan, dan stress. Hal inilah yang memicu bagi sebagian besar lansia mengalami gangguan pola tidur. Menurut Rafknowlege (2004), suatu penelitian menemukan bahwa setelah

3 usia 65 tahun, 13% pria dan 36% wanita dilaporkan perlu waktu lebih dari 30 menit untuk bisa jatuh tertidur. Masalah pada usia lanjut salah satunya adalah perubahan psikis, perubahan psikis pada usia lanjut yaitu masalah tidur. Waktu Normal orang tidur pada orang dewasa adalah 7-8 jam, namun bagi orang tua /lansia orang yang berusia 60 tahun sering terjadi gangguan tidur. Gangguan tidur atau insomnia pada kelompok usia lajut cukup tinggi. (Prayitno, 2002). Gangguan dalam pola tidur normal pada lansia mempunyai konsekuensi kesehatan yang penting, terutama mood dan fungsi kognitif. Masalah tidur dapat mengganggu pekerjaan, kehidupan berkeluarga dan masyarakat. Secara fungsional, perubahan tersebut mempunyai pengaruh pada kehidupan sehari- hari usia lanjut. Gangguan tidur pada malam hari (insomnia) akan menyebabkan rasa mengantuk sepanjang hari esoknya. Mengantuk merupakan faktor resiko untuk terjadinya kecelakaan, jatuh, penurunan stamina, dan secara ekonomi mengurangi produktivitas seseorang. Pada usia lanjut, gangguan tidur di malam hari akan mengakibatkan banyak hal yaitu ketidakbahagiaan, dicekam kesepian dan yang terpenting, mengakibatkan penyakit-penyakit degenerative yang sudah diderita mengalami eksaserbasi akut, perburukan, dan menjadi tidak terkontrol (Sudoyo, 2007). Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, sementara itu jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi maka akan membawa dampak pada kesehatan. Sebagian besar orang mengatasi masalah tidur

4 (insomnia) adalah dengan obat tidur. Cara ini dianggap paling efektif untuk mengatasi insomnia. Namun jika terlalu sering dikonsumsi, obat tidur akan menyebabkan ketergantungan. Itulah yang terjadi pada sebagian besar orang sehingga pada akhirnya mereka akan berasumsi bahwa tidak akan bisa tidur jika tidak minum obat tidur. Masalah gangguan tidur / insomia pada lansia tentunya perlu segera diatasi. Salah satu cara atau metode untuk mengatasi insomia adalah penggunan terapi hypnosis. Hypnosis merupakan metode penyembuhan mental dengan menggunakan hipnotis. Metode ini digunakan untuk pemberian sugesti positif terhadap klien. Hypnosis terus mengalami perkembangan dan menjadi salah satu bentuk psikoterapi dalam dunia psikiatri dan nonpsikiatrik (Kahija La YF, 2007). Hasil observasi dan survey yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dengan warga di posyandu desa Karang, kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo. Peneliti memperoleh data 80 jiwa yang mengikuti posyandu anak- anak dan posyandu lansia dalam 3 Rt sedang orang yang berusia 45-80 tahun berjumlah 50 jiwa dan yang mengalami insomnia adalah 30 orang. Gangguan insomnia tersebut ada yang disebabkan oleh kecemasan. Sikap usia lanjut dalam menghadapi insomnia berbeda- beda. Berdasarkan uraian diatas kejadian insomnia dapat dilakukan dengan pelaksanaan terapi hynosis. Hal ini penulis sebagai bahan dalam studi penelitan tentang Pengaruh Terapi Hypnosis Trhadap Kejadian Insomnia Pada Lansia di posyandu desa Karang kecamatan Baki Sukoharjo.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka, rumusan penelitian sebagai berikut Apakah ada pengaruh hypnosis terhadap insomnia pada lansia di posyandu Desa Karang, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh hypnosis terhadap kejadian insomnia pada lansia di Posyandu desa Daleman Baki, Sukoharjo. 2. Tujuan khusus. a. Untuk mengetahui insomnia pada lansia sebelum dilakukan pemberian teknik terapi hynosis di posyandu desa Karang Kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo. b. Untuk mengetahui ismonia pada lansia sesudah dilakukan pemberian teknik terapi hypnosis di posyandu desa Karang, Kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo. c. Untuk mengetahui pengaruh terapi hypnosis terhadap kejadian insomnia pada lansia di Posyandu desa Daleman Baki, Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Peneliti ini dapat diharapkan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya. Menambah literature dan penelitian bagi dunia keperawatan.

6 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Untuk melatih kemampuan penelitian di bidang keperawatan b. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat menambah khasana pengetahuan tentang terapi hypnosis untuk mengatasi insomnia pada lanjut usia. c. Bagi Keluarga dan Masyarakat Dapat mengetahui dan memahami bahwa orang usia lanjut lebih resiko insomnia sebagai akibat proses ketuan maupun factor resiko lain, serta dapat memahami bahwa terapi hypnosis yang digunakan pada lansia dalam mengatasi isomnia. d. Bagi Usia Lanjut Dapat mengetahui bahwa gangguan tidur terutama insomnia merupakan bagian alami dari proses menua tidak selalu merupakan bagian dari patologis, sehingga mereka dapat mengetahui dan memilih hypnosis yang tepat. E. Keasilan Penelitian Beberapa penelitian yang mirip dengan penelitain yang dilakuakan penelitan: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Murti, D.S (2005) Kecenderungan Strategi Koping Yang Digunakan Usia Lanjut Dalam Mengatasi Insomnia di Dusun Kerjo II Wilayah Kerja Puskesmas Ponjong I Gunung Kidul. Dengan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

7 pengambilan data dengan cara menggunalan kuesioner skala srategi koping dan wawancara. Hasil penelitannya bahwa usia lanjut yang mengalami insomnia lebih banyak menggunakan Problem Focused Coping (PFC). Laki- laki lebih banyak menggunakan Problem Focused Coping (PFC) dan perempuan lebih banyak menggunakan Emition Focused Coping (EFC). Usia lanjut yang hidup berpasangan lebih banyak menggunakan PFC sedang yang hidup tanpa pasangan lebih banyak EFC. Usia lanjut yang berpendidikan rendah cenderung PFC dan usia lanjut yang berpendidikan lebih tinggi cenderung EFC. Usia lanjut yang berpenghasilan rendah lebih banyak PCF dan usia lanjut yang berpenghasilan lebih tinggi EFC. Usia lanjut tanpa keluhan fisik cenderung PFC sedang usia lanjut dengan keluhan fisik cenderung EFC. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2009) meneliti tentang Hubungan Tingkat Activity of Daily Livining (ADL) Dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan jenis Deskripsi korelasi dengan rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Hasilnya dari analisis penelitian meninjukan semakin tinggi tinggat ADL, maka semakin rendah kejadian insomni pada lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo. 3. Purwanto, S & Zulaekah, S (2007) Meneliti tentang Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius Untuk Mengurangi Gangguan Insomnia. Pada penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen pretest-postest group

8 design dengan sample berjumlah 22 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan uji U Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pelatihan relaksasi religious cukup efektif untuk memperpendek waktu dari mulai merebahkan hingga tertidur dan mulai memasuki tidur. 4. Erliana, E. dkk., Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif (Progresif Muscle Relaxation) di BPSTW Ciparay Bandung. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan One Group Pretest-Postest Design dan dengan sampel sebanyak 29 orang dan diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon Match Paired Test. Hasil penelitian mengenai perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan terhadap tingkat insomnia lansia.