W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : C

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 22 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 15 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN ANGKUTAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 46 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta)

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 23 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 17 TAHUN 2006 RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH. c. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a dan b perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap.

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 46 TAHUN 2000 (46/2000) TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 25 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DAN KENDERAAN KHUSUS

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI TELUK WONDAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN USAHA ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DI JALAN DAN KURSUS MENGEMUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin Nomor 9 Tahun 1995 tentang Perizinan Angkutan Dengan Kendaraan Bermotor Umum Di Jalan dan telah dimuat dalam Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin Nomor 4 Tahun 1996 Seri B Nomor Seri 3, dipandang tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang maka perlu untuk diadakan perubahan terhadap Peraturan Daerah tersebut; b. bahwa untuk mengatur kegiatan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang angkutan penumbang dan barang baik bagi orang pribadi maupun badan yang mengajukan permohonan perizinan angkutan dengan kendaraan bermotor; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undangundang Daerah Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin Nomor 16 Tahun 1992 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 1992 Nomor 3 Seri D Nomor 2); 11. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin Nomor 10 Tahun 1996 tentang Pemberian Izin dan Retribusi Undang-Undang Gangguan (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarmasin Nomor 14 Tahun 1996 Seri B Nomor 7); 12. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 2); 13. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 8 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretaris Daerah, Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas, Badan, Kecamatan dan Kelurahan. Kota Banjarmasin sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 1 Tahun 2002 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 1); 2 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARMASIN dan WALIKOTA BANJARMASIN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TENTANG PERIZINAN USAHA ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DI JALAN DAN KURSUS MENGEMUDI..

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Banjarmasin; 2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Banjarmasin; 3. Walikota adalah Walikota Banjarmasin; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Banjarmasin adalah Badan Legislatif Kota Banjarmasin; 5. Dinas adalah Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin; 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjarmasin 7. Izin Usaha adalah izin yang diberikan oleh Walikota untuk menyelenggarakan kegiatan/ usaha; 8. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenisnya, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta badan usaha lainnya; 9. Penyelenggara adalah pelaksana kegiatan operasional sebagai usaha angkutan baik pemilik secara keseluruhan maupun secara sebagian ataupun sebagai pekerja yang diberi suatu tanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan usaha angkutan; 10. Izin Operasional Angkutan adalah izin untuk kegiatan daripada usaha angkutan yang dapat melayani pemakai atau pengguna kendaraan angkutan umum di jalan secara keseluruhan atau sebagian; 11. Perusahaan Angkutan Umum adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan atau barang dengan kendaraan umum di jalan; 12. Angkutan adalah pemindahan orang dan / atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan; 13. Angkutan orang khusus/ barang khusus adalah angkutan orang dan/atau barang yang karena sifat dan/atau bentuknya harus dimuat dengan cara khusus; 14. Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam daerah dengan mempergunakan mobil bus umum dan / atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur atau tidak dalam trayek tetap dan teratur; 15. Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas; 16. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan / atau tujuan tetap, yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan, pemukiman, dan simpul yang berbeda; 17. Izin Usaha Angkutan adalah Izin yang dikeluarkan oleh Walikota bagi pengusaha angkutan kendaraan bermotor umum baik untuk angkutan orang maupun angkutan barang yang berdomisili di dalam daerah Kota Banjarmasin;

4 18. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal; 19. Izin Trayek adalah Izin yang diberikan Walikota terhadap suatu kendaraan bermotor umum untuk melintasi jalan tertentu guna memberikan pelayanan angkutan orang dengan mobil bus umum dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal; 20. Izin Operasi Angkutan orang adalah Izin yang diberikan oleh Kepala Daerah bagi mobil penumpang umum dan / atau mobil bus umum, angkutan tidak dalam trayek yang dioperasikan untuk pengangkutan orang dalam daerah dengan pelayanan tidak dalam trayek tetap dan teratur; 21. Izin Insidentil adalah izin yang dapat diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari izin trayek yang dimiliki; 22. Izin Operasi Mobil Barang Non DA adalah izin operasi mobil barang yang dengan kode nomor kendaraan selain DA yang beroperasi / melakukan kegiatan pengangkutan barang di dalam daerah; 23. Kartu Pengawasan adalah kartu atau surat yang merupakan kutipan dari Izin Trayek dan Izin Operasi yang wajib dibawa oleh setiap mobil penumpang umum dan mobil bus umum dalam kegiatannya melayani pengangkutan orang; 24. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu; 25. Kendaraan bermotor Roda Tiga adalah Kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu dan berfungsi untuk mengangkat barang atau penumpang; 26. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran, baik langsung maupun tidak langsung; 27. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa pengangkutan bagasi; 28. Taksi adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dengan wilayah operasi terbatas dalam kawasan perkotaan; 29. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa pengangkutan bagasi (bus kecil, bus sedang, dan bus besar); 30. Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus; 31. Perusahaan Angkutan Umum adalah Perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan / atau barang dengan kendaraan bermotor umum di jalan;

5 32. Angkutan perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan yang memasuki kecamatan yang berbatasan langsung pada kabupaten atau kota lainnya baik yang melalui satu propinsi maupun lebih dari satu propinsi; 33. Kursus mengemudi adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan hukum dengan kegiatan mengajarkan seseorang atau beberapa orang agar dapat mengemudi dengan baik dan benar; 34. Badan Usaha Milik Negara selanjutnya disingkat dengan BUMN adalah usaha yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat; 35. Badan Usaha Milik Daerah atau disingkat dengan BUMD adalah usaha yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah; 36. Badan Usaha Milik Swasta atau disingkat dengan BUMS adalah usaha yang pengelolaanya dilaksanakan pihak swasta yang dijalankan oleh orang perorangan atu badan; BAB II OBJEK DAN SUBJEK Pasal 2 Objek Izin Usaha Angkutan dengan kendaraan bermotor umum di jalan dan kursus mengemudi adalah setiap pemberian izin operasional dalam penyelenggaraan angkutan. Pasal 3 Subjek Izin Usaha Angkutan dengan kendaraan bermotor di jalan adalah orang atau badan yang menyelenggarakan usaha angkutan. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4 Izin Usaha terhadap angkutan umum dimaksud sebagai upaya penataan, penertiban dan pengaturan keberadaan usaha angkutan umum di jalan. Pasal 5 Tujuan Izin Usaha sebagaiman dimaksud Pasal 2, adalah dalam rangka upaya untuk pengarahan agar keberadaan usaha angkutan umum di jalan secara positif, berdayaguna dan berhasilguna. BAB IV PERIZINAN ANGKUTAN DAN KURSUS MENGUMUDI Pasal 6 Perizinan Angkutan dalam Daerah terdiri dari : 1. Izin Usaha Angkutan ; 2. Izin Trayek Angkutan Kota ; 3. Izin Operasi Angkutan Tidak Dalam Trayek; 4. Izin Insidentil Angkutan Orang ; 5. Izin Kursus Mengemudi; 6. Izin Penyelenggaraan Mobil Derek; 7. Izin Dispensasi ;

6 Pasal 7 (1) Izin Usaha Angkutan Umum di Jalan diberikan atas nama penyelenggara atau pemilik. (2) Dalam surat izin Usaha Angkutan Umum di Jalan dimuat ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dan di taati oleh penyelenggara atau pemilik Pasal 8 (1) Pengusahaan Angkutan orang dan/atau barang dan kursus mengemudi dengan kendaraan umum dapat dilakukan oleh : a. BUMN atau BUMD b. BUMS c. Koperasi d. Perorangan Warga Negara Indonesia (2) Untuk melakukan kegiatan usaha angkutan orang / barang dan izin mengemudi sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib memiliki Izin. (3) Izin sebagaimana tersebut pada ayat (2) yang berdomisili dalam daerah diberikan oleh Walikota dan berlaku selama perusahaan angkutan umum dan kursus mengemudi yang bersangkutan aktif melaksanakan kegiatan serta setiap tahun diadakan her registrasi. (4) Izin Usaha Angkutan sebagaimana tersebut pada ayat (3) dipergunakan untuk mengusahakan: a. Angkutan orang dalam trayek; b. Angkutan orang tidak dalam trayek; c. Angkutan barang; d. Angkutan sewa (Rental Car). (5) Izin Usaha Angkutan dapat diubah / pengalihan pemilikan oleh Walikota atas usulan Kepala Dinas atau instansi terkait yang membidangi. Pasal 9 (1) Izin Operasional. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi dan Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi wajib mendapat surat Rekomendasi dari Walikota. (2) Pemberian Rekomendasi terhadap Angkutan Antar Kota Antar Propinsi dan Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi berlaku untuk 5 (lima) tahun dan wajib melakukan herrestrasi setiap tahunnya. Pasal 10 (1) Angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek terdiri dari : a. Angkutan Kota b. Angkutan Perbatasan c. Angkutan Khusus d. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi e. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (2) Untuk melakukan kegiatan angkutan dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memiliki Izin Trayek. (3) Izin Trayek sebagaimana tersebut pada ayat (2) ini diberikan oleh Walikota dan berlaku selama masa 5 (lima) tahun dan setiap tahunnya diadakan her registrasi.

7 Pasal 11 (1) Angkutan orang kendaraan bermotor roda 3 (tiga) atau sejenisnya wajib memiliki izin dan diberikan kartu pengawasan. (2) Untuk pengoperasional angkutan bermotor pada ayat (1) diberikan dalam bentuk surat perizinan dan kartu pengawasan. (3) Setiap orang atau badan diwajibkan membayar izin operasional. (4) Setiap orang atau badan yang tidak memiliki izin operasional akan diambil tindakan penertiban oleh petugas yang ditunjuk. Pasal 12 (1) Untuk melakukan kegiatan angkutan tidak dalam trayek wajib memiliki Izin Operasi. (2) Izin Operasi sebagaimana tersebut pada ayat (1) diberikan oleh Walikota dan berlaku selama masa 5 (lima) tahun dan setiap tahunnya diadakan her registrasi. Pasal 13 Setiap kendaraan Angkutan Barang Kendaraan Non DA beroperasi dalam daerah diwajibkan untuk mendapatkan izin pengoperasiannya. Pasal 14 (1) Izin Insidentil diberikan kepada Perusahaan/Perorangan dan atau angkutan yang telah mendapatkan Izin Trayek untuk menggunakan kendaraannya menyimpang dari Izin Trayek yang dimilikinya. (2) Izin Insidentil sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatas diberikan oleh Kepala Dinas setelah dipertimbangkan secara matang dan selektif dan berlaku untuk 1 (satu) kali perjalanan pulang pergi,satu hari/dua hari dan atau selambat-lambatnya untuk masa 14 (empat belas) hari dan tidak dapat diperpanjang. (3) Izin Insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk kepentingan : a. menambah kekurangan angkutan pada keadaan tertentu seperti liburan sekolah, hari raya, keagamaan, atau tahun baru; b. keadaan darurat tertentu seperti bencana alam, membawa orang sakit, mengangkut jenazah; c. pengerahan massa seperti kampanye pemilu, rombongan; Pasal 15 (1) Izin Dispensasi diberikan kepada perusahaan angkutan mobil barang untuk menyelenggarakan angkutan orang dengan mobil penumpang umum, mobil bus umum dan / atau menggunakan mobil barang dalam daerah. (2) Izin Dispensasi sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatas diberikan oleh Kepala Dinas setelah dipertimbangkan secara matang dan selektif dan berlaku selama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang kembali. (3) Izin Dispensasi diberikan setelah memenuhi aspek keselamatan, kenyamanan, dan persyaratan pengangkutan orang demi pengusahaan angkutan.

8 Pasal 16 (1) Izin Angkutan Barang adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan angkutan dengan mobil umum dan atau tidak umum merupakan barang yang menonjol melebihi 1000 mm harus diberikan tanda yang dapat memantulkan cahaya dengan tanda dapat dilihat dengan jelas yang diizinkan dan/atau jumlah kombinasi diizinkan dengan jumlah berat yang di izinkan. (2) Izin Angkutan Barang sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatas diberikan oleh Kepala Dinas setelah dipertimbangkan secara matang dan selektif dan berlaku untuk masa waktu 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang. Pasal 17 (1) Izin Angkutan Barang Khusus adalah Izin yang diberikan untuk penyelenggaraan angkutan bahan berbahaya, angkutan barang khusus, angkutan peti kemas, angkutan alat berat. (2) Izin Angkutan Barang Khusus sebagaimana tersebut pada ayat (1) diberikan oleh Kepala Dinas setelah memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan peruntukannya. (4) Izin Angkutan Barang Khusus berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang. (5) Setiap orang yang melakukan kegiatan membawa truck harus menggunakan kendaraan mobil khusus peti kemas dan dikawal oleh Dinas atau petugas pengatur lalu lintas lainnya. (6) Setiap orang atau Badan yang menggunakan angkutan berat / peti kemas diwajibkan menggunakan isyarat lampu kuning atau tanda dan melakukan penambahan lampu lampu isyarat serta bak tertutup maka harus ada penambahan tanda / isyarat. Pasal 18 Setiap izin operasi yang diberikan terhadap kendaraan bermotor umum yang dioperasikan untuk pengangkutan orang tidak dalam trayek, dikenakan retribusi izin. Pasal 19 (1) Untuk menerbitkan Izin Insidentil, Izin Dispensasi, Izin Angkutan Barang, Izin Angkutan Khusus, Izin Angkutan Barang Nomor Lokasi Kendaraan Non DA dikenakan retribusi izin. (2) Setiap penerbitan surat izin sebagaimana tersebut pada ayat (1) dikenakan pula biaya leges sesuai dengan Peraturan Daerah yang mengatur tentang leges. Pasal 20 Setiap Izin Usaha Angkutan, Izin Trayek, dan Izin Operasi yang beroperasi di dalam daerah dapat dirubah dan / atau dipindahtangankan kepemilikannya dan wajib melaporkan kepada Walikota. BAB V TATA CARA PERIZINAN Pasal 21 (1) Penyelenggaraan kursus pengemudi kendaraan bermotor, bertujuan mendidik dan melatih calon pengemudi yang memiliki pengetahuan di bidang lalu lintas angkutan jalan, trampil, berdisiplin, bertanggungjawab dan bertingkah laku serta bersikap yang baik dalam berlalu lintas.

9 (2) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan usaha angkutan umum di jalan dan kursus mengemudi dalam Daerah wajib mendapat izin Walikota. Pasal 22 Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud Pasal 20, penyelenggara harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota. Pasal 23 (1) Jangka waktu berlakunya izin usaha Angkutan di Jalan dan kursus mengemudi ditetapkan selama usaha tersebut masih berjalan dan tidak terputus waktu pelaksanaan. (2) Dalam hal pemindahan hak pengelolaan atau penyelenggaraan Usaha Angkutan Umum di Jalan dan Kursus Mengemudi wajib melaporkan kepada Walikota. (3) Untuk pengendalian dan pengawasan izin operasional usaha angkutan umum di jalan dan Kursus Mengemudi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, pengelola atau penyelenggara wajib melakukan her registrasi setiap 1 (satu) tahun sekali terhitung sejak tanggal Surat Izin Operasional ditetapkan. Pasal 24 (1) Persyaratan untuk memperoleh izin usaha angkutan meliputi : a. Kartu Tanda Penduduk/ Tanda Pengenal Lainnya b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; c. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan atau tanda identitas dari bagi pemohon perorangan ; d. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; e. Memiliki izin trayek ; f. Memiliki izin operasi ; g. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan dan pemeliharaan kendaraan. (2) Persyaratan untuk memperoleh izin kursus mengemudi ; a. Kartu Tanda Penduduk/ Tanda Pengenal Lainnya b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; c. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan atau tanda identitas dari bagi pemohon perorangan ; d. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; f. Surat Izin Tempat Usaha (SITU). (3) Pemberian izin sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) diajukan kepada Walikota. (4) Izin Trayek dan Izin Operasi dapat diubah, diperbaharui, dan pengalihan kepemilikan, atau perpanjangan masa berlakunya untuk 5 (lima) tahun berikutnya atas usul Kepala Dinas setelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1). Pasal 25 (1) Pemberian atau penolakan terhadap izin angkutan dan kursus mengemudi diberikan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. (2) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Walikota tidak memberikan jawaban atas permohonan izin yang diajukan oleh pemohon, maka pemohon tersebut dianggap ditolak. (3) Penolakan atas permohonan usaha angkutan dan kursus mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan penolakan. (4) Izin usaha angkutan dan kursus mengemudi berlaku selama menjalankan usaha.

10 Pasal 26 Orang pribadi atau badan yang memiliki izin usaha angkutan dan izin kursus mengemudi diwajibkan ; a. memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perizinannya; b. melakukan kegiatan usaha angkutan paling lambat 6 (enam) bulan sejak diterbitkan izin usaha ; c. melakukan daftar ulang setiap 1 (satu) tahun sekali; d. melaporkan apabila terjadi perubahan kepemilikan usaha dan pemiliknya. BAB VI PEREMAJAAN, PENGGANTIAN DAN PENGHAPUSAN KENDARAAN Pasal 27 (1) Untuk keseimbangan dan peningkatan pelayanan, kelayakan usaha dan menghindarkan kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kondisi kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, Pemerintah Daerah dapat melaksanakan peremajaan kendaraan. (2) Peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan ; a. atas permintaan pemilik kendaraan; b. kebijakan Pemerintah Kota dalam upaya pembatasan usia pemakai kendaraan diatas 10 tahun. Pasal 28 Peremajaan kendaran dilakukan dengan memperhatikan : a. jumlah armada, jenis dan proto type kendaraan dan warna dasar kendaraan pengganti harus sama dengan kendaraan yang diremajakan; b. nomor kendaran yang baru atau pengganti harus menggunakan nomor yang diremajakan; c. peremajaan dilaksanakan setelah dilakukan penghapusan atau pemusnahan kendaraan lama apabila kondisinya sudah tidak memenuhi persyaratan laik jalan, perubahan bentuk dan status kendaraan penumpang kepada kendaraan barang dan penghapusan dokumen atau surat-surat kendaraan. Pasal 29 (1) Atas permintaan pemilik kendaraan Pemerintah Kota dapat melakukan penggantian kendaraan umum; (2) Penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila : a. kendaraan mengalami kecelakaan sehingga tidak memungkinkan lagi dioperasikan dan atau kendaraan hilang; b. terjadi pengalihan trayek, sepanjang lokasi yang ditetapkan tidak terlampaui c. penggantian kendaran oleh kendaraan yang lebih baik dari kendaraan semula (3) Tanda nomor, jenis dan protype serta jumlah kendaraan pengganti disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan jasa angkutan; Pasal 30 Atas pertimbangan keselamatan, Pemerintah Kota dapat menetapkan penghapusan kendaraan, bagi kendaraan yang beroperasi dijalan yang sudah tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

11 BAB VII PERAN MASYARAKAT Pasal 31 (1) Masyarakat berhak mengetahui dan memberi masukan mengenai penyelenggaraan Perizinan Angkutan Dengan Kendaraan Bermotor dijalan dan Kursus Mengemudi. (2) Kewajiban Pemerintah Kota untuk memenuhi hal masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pemberian informasi kepada masyarakat melalui media massa dan/atau lembaga swadaya masyarakat; b. memperhatikan dan menindaklanjuti masukan dari masyarakat. BAB VIII KARTU PENGAWAS Pasal 32 (1) Setiap perusahaan angkutan yang telah mendapatkan keputusan Izin Trayek atau Izin Operasi Angkutan Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 diberikan Kartu Pengawasan yang merupakan turunan izin trayek / atau izin operasi untuk setiap kendaraan bermotor yang dioperasikannya. (2) Kartu Pengawasan sebagaimana tersebut pada ayat (1) diatas diberikan oleh Kepala Dinas dan berlaku untuk masa 1 (satu) tahun setelah memenuhi kewajiban membayar retribusi pada daerah. BAB IX P E M B I N A A N Pasal 33 Dalam Penyelenggaraan Usaha Angkutan dan Kursus mengemudi berkewajiban untuk : a. bertanggung jawab atas segala kewajiban yang berhubungan dengan usaha angkutan dan kursus mengemudi ; b. memelihara hubungan kerja dan menjaga nama baik usaha angkutan dan kursus mengemudi ; c. membuat dan memasang kartu pengawas pada setiap karyawan yang melakukan operasional ; d. menyediakan fasilitas kenyamanan bagi penumpang dan siswa kursus bagi peserta kursus mengemudi ; e. menciptakan suasana kekeluargaan dan melindungi keselamatan bagi penumpang dan barang ; Pasal 34 Penyelenggara usaha angkutan dan kursus mengemudi dilarang : a. Menggunakan fasilitas angkutan umum dan sarana kursus mengemudi sebagai fasilitas untuk melakukan kejahatan. b. Menggunakan angkutan tanpa izin. c. Menambah armada angkutan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Walikota.

12 BAB X SANKSI ADMINISTRASI Pasal 35 Izin Angkutan dan Kursus Mengemudi dapat dicabut dan tidak berlaku apabila penyelenggara : a. Tidak melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan izin yang diberikan. b. Tidak memenuhi ketentuan dalam perizinan usaha angkutan dan kursus mengemudi. c. Melakukan pemindah tanganan hak kepemilikan izin usaha tanpa melaporkan kepada Walikota. d. Tidak melakukan daftar ulang (her registrasi). e. Melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 33 dan 34. BAB XI PENGAWASAN Pasal 36 (1) Pengawasan terhadap usaha angkutan dan kursus mengemudi dilaksanakan oleh Walikota melalui Dinas. (2) Sebagai upaya pembinaan, setiap pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara diberikan teguran dan peringatan tertulis. (3) Apabila teguran dan atau peringatan tertulis sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini tidak diindahkan, Walikota berwenang mengambil tindakan sanksi berupa pencabutan Izin Usaha serta dilakukan penyegelan. BAB XII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 34 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah: a. Menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelangggaran agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas. b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana tersebut. c. Menerima keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang pelanggaran tersebut. d. Menerima bukti-bukti, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana tersebut. e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Pelanggaran. g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruang atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e. h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana tersebut. i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. Menghentikan penyidikan.

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. 13 BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 37 (1) Barang siapa dengan sengaja tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota. Pasal 39 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Perizinan Angkutan Dengan Kendaraan Bermotor di Jalan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 40 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Banjarmasin. Ditetapkan di Banjarmasin pada tanggal 7 Desember 2007 WALIKOTA BANJARMASIN, H. A. YUDHI WAHYUNI Diundangkan di Banjarmasin pada tanggal SEKRETARIS DAERAH KOTA BANJARMASIN, H. DIDIT WAHYUNIE LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2007 NOMOR