BAB I PENDAHULUAN. proses transfer ilmu, pesantren menjalankan fungsinya sebagai lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. sunyi dari segala macam lukisan dan gambaran. Manakala anak-anak itu dibiasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki secara tetap, malainkan hanya beberapa saat sesuai dengan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di

BAB I PENDAHULUAN. perkelahian antar pelajar, munculnya geng-geng siswa di sekolah, adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia. Orang tua dapat menanamkan benih

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan. dan pengawasan dalam pengelolaan jum at berinfaq Dengan

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan komplek dikarenakan adanya. saling tukar menukar informasi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia dimulai. Pada tahap awal, pendidikan Islam. muslim atau mubaligh dengan masyarakat sekitar sehingga terbentuklah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum mengakhiri semuanya, penulis ingin menekankan bahwa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekstrakurikuler seperti yang ada di sekolah-sekolah umum, tapi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis reformasi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi guru adalah pekerjaan yang mulia, sebab dari gurulah segala

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tingkat menengah umum berciri khas Agama Islam yang. diselenggarakan oleh Departemen Agama. Lembaga pendidikan ini telah

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB III METODE PENELITIAN. berarti suatu cara teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. 42

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

A. IDENTITAS PROGRAM STUDI. : Pendidikan Agama Islam (PAI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, analisis data dan pengecekan keabsahan data.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

A. IDENTITAS PROGRAM STUDI. : Bimbingan Konseling Islam (BKI)

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lembaga pendidikan Islam di Indonesia salah satunya yaitu pesantren. Menurut Abbas Hakam (2013) pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah bimbingan dari seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. Tentunya semuanya itu dilakukan bukannya tanpa tujuan. Tidak hanya sebagai proses transfer ilmu, pesantren menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk membentuk para santrinya menjadi muslim yang bertakwa yang tercermin dalam perilaku sehari-hari sesuai dengan ajaran Al- Qur an dan Al-Hadits (Andi Alifah, 2003: 2). Di tengah semakin memprihatinkan kondisi moral bangsa kita saat ini, kiranya peran pesantren beserta bimbingan keagamaannya menjadi sangat dibutuhkan dan penting sebagai salah satu lembaga yang terus berupaya membangun masyarakat yang mempunyai kecerdasan spiritual. Dimana kecerdasan spiritual merupakan salah satu modal pokok dalam membangun sebuah bangsa yang kuat dan maju. 1

2 Sebagian besar pesantren menggunakan sistem asrama dalam upayanya membentuk generasi yang berakhlak mulia. Dengan menggunakan sistem ini kyai sebagai guru, pembimbing, dan pemberi teladan, dapat hidup dalam lingkungan yang sama dengan para santri. Sehingga proses belajar dan pembentukan kepribadian bagi santri tidak hanya berlangsung saat pembelajaran di kelas, namun bisa berlangsung sepanjang hari. Metode ini sangat efektif dalam membentuk karakter santri. Berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan metode pendidikan di berbagai negara, ternyata didapat kesimpulan bahwa sistem pendidikan berasrama (boarding school) adalah yang terbaik (Andi Alifah, 2003: 3). Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung merupakan salah satu dari sekian banyak pesantren yang menerapkan sistem tersebut. Sesuai dengan namanya, pesantren yang terletak di Jln. Raya Banjar KM.3, Pst. Cijantung, Kec. Cijeungjing, Kab.Ciamis, keseluruhan santrinya bertempat tinggal di asrama. Pesantren ini terdiri dari asrama putra dan asrama putri. Sedangkan yang menjadi latar penelitian ini yaitu di asrama putra. Kemudian, bagaimana jika pesantren yang salah satu peran dan fungsinya yaitu membentuk insan-insan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur, justru disana muncul kebiasaan yang bertentangan dengan agama? Kebiasaan yang dimaksud yaitu tindakan ghasab yang dilakukan oleh para santri. Ghasab merupakan tindakan mengambil atau menggunakan sesuatu yang bukan haknya tanpa seizin si pemilik. Tentu saja hal tersebut menjadi pertanyaan besar, bagaimana hal tersebut bisa terjadi dalam pesantren. Bahkan, dikarenakan

3 tindakan ini sudah sering terjadi, bisa dikatakan ghasab menjadi suatu hal yang sudah membudaya. Walaupun sebenarnya kasus seperti ini tidak hanya terjadi di lingkungan pesantren saja, pada berbagai lembaga pendidikan yang menggunakan sistem boarding school, asrama-asrama, kasus serupa juga sering kali terjadi. Yang menjadi keprihatinan lebih adalah jika melihat peran, fungsi, dan tanggung-jawab pesantren dalam upayanya melahirkan generasi muslim yang memiliki integritas keilmuan dan akhlak. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mencoba mengangkat masalah Bimbingan Keagamaan Untuk Menangani Budaya Ghasab. B. Fokus Penelitian Berkenaan dengan masalah ini, diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk bimbingan keagamaan di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung? 2. Bagaimana kontribusi bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok persoalan yang ada dalam fokus penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui bentuk bimbingan keagamaan di Pondok Pesantren Al- Qur an Cijantung

4 2. Untuk mengetahui kontribusi bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi dan menambah referensi kepustakaan tentang bimbingan keagamaan yang dilaksanakan di pondok pesantren terhadap keilmuan di bidang Bimbingan dan Konseling Islam sebagai salah satu dimensi Ilmu Dakwah. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitian ini memiliki kegunaan diantaranya: a. Bagi penulis, penelitian ini berguna dalam memberikan wacana tentang bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab; b. Bagi pihak pesantren dapat digunakan untuk bahan masukan pondok pesantren dan yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan bimbingan keagamaan; c. Bagi jurusan Bimbingan Konseling Islam, dapat memberi kontribusi bagi perkembangan serta pelaksanaan bimbingan dan konseling di semua jenis lembaga pendidikan termasuk pesantren

5 E. Landasan Pemikiran 1. Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dikaji yaitu skripsi. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Dian Listawati, skripsi yang ditulisnya pada tahun 2006 yang berjudul Proses Bimbingan Keagamaan dalam Meningkatkan Akhlak Remaja di Pondok pesantren Al-Ihsan Cibiruhilir Cileunyi Bandung. Dari hasil penelitiannya dipaparkan bahwa proses bimbingan keagamaan dalam meningkatkan akhlak remaja di Pondok Pesantren Al-Ihsan dilihat dari pelaksanaannya memiliki hasil yaitu merubah akhlak remaja menjadi lebih baik lagi dengan beberapa materi yang diberikan diantaranya Aqidah Akhlak, Al-Qur an, Hadits, Tafsir dan Tasawuf dengan menggunakan metode tanya jawab, ceramah dan percakapan pribadi. Adapun yang pernah dilakukan oleh Dede Fitroh Fathur Rahman, skripsi yang ditulisnya pada tahun 2016 yang berjudul Efektivitas Bimbingan Keagamaan dalam Menumbuhkan Jiwa Enterpreneur Santri. Dari hasil penelitiannya bermaksud mengkaji lebih lanjut mengenai bimbingan keagamaan yang berkaitan dengan kewirausahaan, terutama dalam menumbuhkan jiwa entrepreneur. Selanjutnya, dalam penelitian ini penyusun lebih menitik-beratkan pada permasalahan timbulnya perilaku yang menyimpang dalam tubuh Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung yaitu kebiasaan ghasab. Selain itu, sepengetahuan

6 penulis belum ada skripsi yang membahas tentang perilaku ghasab yang terjadi di pesantren. Jadi, penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. 2. Landasan teoritis Bimbingan berasal dari kata bahasa Inggris guidance yang artinya bantuan atau tuntunan. Stoops mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesarbesarnya. Baik bagi dirinya maupun masyarakat (Siti Chodijah, 2016: 12-13). Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada sesesorang secara langsung untuk menjadikan individu yang berakhlak baik. Menurut Aunur Rahim Faqih (2001: 61), bimbingan keagamaan islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Bimbingan keagamaan yang memiliki tujuan membantu klien agar dengan kesadaran serta kemampuannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya (Amin, 2015: 39). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya diartikan sebagai pikiran, akal budi, atau adat istiadat (Anton M. Moeliono, 1992: 131), sedangkan kata membudaya mempunyai maksud menjadi kebudayaan atau menjadi kebiasaan yang dianggap wajar; mendarah daging. Sehingga fenomena ghasab yang ada di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung bisa dikatakan sebagai sebuah fenomena

7 budaya yang telah membudaya, karena sudah menjadi kebiasaan dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar pada lingkup lingkungan tersebut. Menurut Rahmat Djatnika (1996: 48), banyak sebab yang menjadikan adat kebiasaan antara lain sebab kebiasaan yang sudah ada sejak nenek moyangnya, sehingga dia menerima sebagai sesuatu yang sudah ada kemudian melanjutkannya karena peninggalan orang tuanya; mungkin juga karena melalui tempat dia bergaul yang membawa dan memberi pengaruh kuat dalam kehidupannya sehari-hari. Ghasab dalam pemahaman yang umum dikenal sebagai suatu tindakan mengambil atau menggunakan sesuatu yang bukan haknya tanpa seizin si pemilik. Menurut Anton M. Moeliono (1992: 257) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ghasab berarti Mempergunakan milik orang lain secara tidak sah untuk kepentingan sendiri. Sedangkan menurut A. Rahman, dkk (2001: 401-402) pada kajian ilmu fikih sendiri, ada beberapa pengertian tentang ghasab yang dikemukakan oleh ulama. Pertama, menurut Mazhab Maliki, ghasab adalah mengambil harta orang lain secara paksa dan sewenang-wenang, bukan dalam arti merampok. Definisi ini membedakan antara mengambil barang dan mengambil manfaat. Menurut mereka, perbuatan sewenang-wenang itu ada empat bentuk, yaitu: 1) Mengambil harta tanpa izin mereka menyebutnya sebagai ghasab, 2) Mengambil manfaat suatu benda, bukan materinya juga dinamakan ghasab, 3) Memanfaatkan suatu benda sehingga merusak atau menghilangkannya, seperti membunuh hewan, yang bukan miliknya tidak termasuk ghasab,

8 4) Melakukan suatu perbuatan yang menyebabkan rusak atau hilangnya milik orang lain tidak termasuk ghasab, tapi disebut ta addi. Ke-dua menurut ulama Madzhab Hanafi menambahkan definisi ghasab dengan kalimat dengan terang-terangan untuk membedakannya dengan pencurian, karena pencurian dilakukan secara diam-diam atau sembunyi sembunyi. Tapi ulama Madzhab Hanafi tidak mengkategorikan dalam perbuatan ghasab jika hanya mengambil manfaat barang saja. Ke-tiga menurut ulama Mdazhab Syafi i dan Madzhab Hambali memiliki definisi yang lebih bersifat umum dibanding kedua definisi sebelumnya. Menurut mereka ghasab adalah penguasaan terhadap harta orang lain secara sewenangwenang atau secara paksa tanpa hak. Ghasab tidak hanya mengambil materi harta tetapi juga mengambil manfaat suatu benda. Dari ketiga definisi di atas, yang digunakan adalah perpaduan definisi dari ketiganya. Sehingga ghasab merupakan penguasaan terhadap harta orang lain secara sewenang-wenang atau secara paksa tanpa hak, bukan dalam pengertian merampok maupun mencuri, baik itu mengambil materi harta atau mengambil manfaat suatu benda. Kemudian, pada penelitian ini digambarkan satu kerangka konsep yang penting yang mendasari penelitian. Menurut Ahmad Sarbini (2016:15) uraian pada konseptual ini adalah pembahasan kompenen ide yang terdapat di dalam sebuah konsep yang menjadi dasar pembentukan konsep. Dalam kerangka konseptual ini

9 memudahkan untuk mengendalikan kegiatan penelitian dan meningkatkan wawasan terhadap satu fenomena yang diamati. Bimbingan Keagamaan Bentuk Bimbingan Keagamaan Pelaksaan dan Implementasi Bimbingan Keagamaan Perilaku Budaya Ghasab Santri Putra Macam-macam Budaya Ghasab Faktor Penyebab Budaya Ghasab Hasil Penelitian Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

10 F. Langkah-langkah Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung, Dsn. Citutut, RT/RW: 01/05, Desa. Dewasari, Kec. Cijeungjing, Kab.Ciamis, Jln. Raya Banjar KM.3. Adapun yang menjadi pertimbangan penelitian di tempat ini adalah sebagai berikut: a. Dilokasi tersebut tersedia data yang dibutuhkan penelitian; b. Dilokasi tersebut terdapat beberapa masalah, salah satunya budaya ghasab yang dilakukan oleh santri; c. Lokasi tersebut dipandang representatif mengungkapkan permasalahan penelitian. 2. Paradigma Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan subjektif (fenomenologis atau interpretif). Dilihat dan di teliti berdasarkan fenomena yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung yaitu mengenai bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab. 3. Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini metode yang di gunakan adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif yaitu untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa yang ada dari hasil penelitian.

11 Metode ini menggambarkan keadaan lingkungan, keadaan santri di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung, dan sekaligus untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab dan untuk mengetahui perubahan budaya ghasab dengan adanya bimbingan keagamaan di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung. Kemudian dalam hal ini juga melakukan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. 4. Jenis Data dan Sumber Data a. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan jawaban atas pertanyaan penelitian diajukan, yaitu mengenai: 1) Bentuk bimbingan keagamaan di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung; 2) Kontribusi bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung b. Sumber data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu : 1) Sumber Data Primer Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data langsung berupa wawancara dengan responden Pengurus Pesantrren, Pembimbing Santri, dan Santri Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung Ciamis.

12 2) Sumber Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini yaitu diperoleh dari sumber bahan pustaka berupa buku, jurnal, hasil penelitian orang lain yang berhubungan dan dapat menunjang kebutuhan informasi tentang masalah penelitian. 5. Penentuan Informan atau Unit Penelitian a. Informan dan Unit Analisis Informan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pengurus pesantren, dan pembimbing santri Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung. Sedangkan yang menjadi unit analisisnya beberapa orang santri putra yang pernah melakukan ghasab. b. Teknik Penetuan Informan Penentuan informan berdasarkan tugas dan fungsi informan tersebut dalam penggalian informasi yang akan dijadikan informan oleh peneliti. 6. Teknik pengumpulan data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antaralain : 1) Observasi, dimaksudkan untuk mengetahui gambaran lebih rinci mengenai bimbingan keagamaan di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung. Dalam hal ini observasi dilakukan dengan partisipasi secara langsung ke lokasi. Tujuan observasi ini mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung.

13 2) Wawancara, dilakukan secara lisan dan tulisan kepada pihak yang dianggap mempunyai hubungan dengan penelitian yaitu ditujukan kepada pengurus pesantren, pembimbing santri, dan santri putra Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung untuk mendapatkan data tentang bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab di Pondok Pesantren Al-Qur an Cijantung. 3) Dokumentasi, dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data lembaga, data pembimbing, data santri, visi dan misi, serta kode etik terkait dengan bimbingan keagamaan yang dilakukan. 7. Teknik Penentuan Keabsahan Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan bahkan dokumen (yang merupakan data tambahan). Keabsahan data ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas digunakan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar belakang penelitian. 8. Teknik Analisis Data Menurut Emzir (2012:129-133) proses analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, serta membandingkan dan menelaah untuk memperoleh kebenaran dari tiap-tiap sumber.

14 b. Reduksi Data Reduksi data menunjukan pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Pada penelitian ini reduksi data dilakukan setelah observasi dilakukan, karena dari observasi kita bisa mendapatkan gambaran (data mentah) setelah itu barulah pemokusan penyederhanaan data dilakukan dengan memfokuskan pada rumusan masalah dan tujuan yang akan di capai penelitian. c. Dikategorisasi Pada tahap ini, data yang sudah di fokuskan disusun dalam satuan-satuan data yang dihasilkan dalam proses pengumpulan data untuk mengkategorisasikan. Pada penelitian ini data yang sudah di kategorisasikan adalah faktor penyebab, kegiatan yang dilakukan, metode yang digunakan, dan hasil bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab di Pondok Pesantren Cijantung. d. Pengambilan Kesimpulan Langkah terakhir dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari awal pengumpulan data, menentukan keabsahan data mulai mmemutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan dan pola-pola, penjelasan. Pada penelitian ini kesimpulan yang akan diambil adalah ruang lingkup tentang bimbingan keagamaan untuk menangani budaya ghasab di Pondok Pesantren Cijantung.

15