ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KURSUS MENJAHIT PADA BALAI LATIHAN KERJA (BLK) KECAMATAN BACUKIKI KOTA PAREPARE. Nur Ida

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

Oleh : Anggrita Kumidaninggar, Pendidikan Luar Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

Aida Vita Yahya1, Uyu Wahyudin2, Nike Kamarubiani 3 Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Secara keseluruhan penelitian ini telah mencapai tujuan umum dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap umat manusia karena

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

1 Elma Yutiani Hasanah, 2016 HUBUNGAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL AND PRACTICE DENGAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi yang dapat dibina dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Nur Fadilah,2013 MANFAAT HASIL BELAJAR BUSANA PENGANTIN SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA BUSANA PENGANTIN

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pada era globalisasi semakin tajam dan ketat dalam

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN MANIPULATING FABRIC SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA AKSESORIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia dari zaman dahulu sampai zaman

PENGGUNAAN MEDIA PETA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era persaingan global ini, trend pendidikan mengalami pergeseran

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Transkripsi:

UPAYA LKP LUCKY DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELALUI PROGRAM KURSUS MENJAHIT (Studi Kualitatif bagi kalangan perempuan di LKP Lucky desa Tanimulya kec. Ngamprah Kab. Bandung barat) Tita Sukmawati IKIP Siliwangi tita Sukmawati1977@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang Upaya Lkp lucky dalam meningkatkan keterampilan melalui program kursus menjahit merupakan salah satu program pendidikan luar sekolah yang memberikan keterampilan khusus kepada peserta didik sehingga memiliki keterampilan sebagai penunjang terciptanya lapangan pekerjaan sebagai bekal untuk mandiri.dirumuskan masalah bagaimana Masyarakat dilingkungan desa tanimulya khusunya kaum perempuan,ibu-ibu rumah tangga terutama yang tidak bekerja untuk mempunyai keahlian dalam bidang menjahit,kurangnya minat SStkpeserta kursus dilkp Lucky,kurangnya sosialisasi ke masyarakat bahwa dilingkungan desa Tanimulya ada kursus menjahit. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan rumusan masalah diatas. Penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu subjek data berasal dari peserta didik kaum perempuan,muda mudi dan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Pengumpulan data menggunakan metode observasi,wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Upaya Lkp lucky dalam meningkatkan keterampilan melalui program kursus menjahit telah berhasil dan memberdayakan kaum perempuan.hasil belajar secara teori maupun praktek dikuasai oleh peserta didik dengan baik,seperti pelajaran mulai dari mengukur dimensi badan,desain pola,pakaian,pecah pola dengan menggunakan petrum,perancangan kebutuhan bahan baku,teknik cara menggunting pada kain,teknik dan tata cara menjahit mengkombinasikan model pakaian. Kata Kunci : Upaya Lkp Lucky,Program kursus menjahit A. PENDAHULUAN Indonesia saat ini masih menghadapi masalah permasalahan ketenagakerjaan yang sangat kompleks. Jumlah pengangguran secara kumulatif terus meningkat secara tajam sejalan dengan meningkatnya jumlah lulusan pendidikan sekolah. Melalui pembangunan di bidang pendidikan pemerintah berusaha untuk mengatasi dan mengurangi masalah itu, yakni dengan jalan mengembangkan dan membina pendidikan nonformal dalam berbagai program kegiatan. Program Pendidikan nonformal bertalian dengan usaha bimbingan, pembinaan dan pengembangan warga masyarakat yang mengalami keterlantaran pendidikan dari keadaan yang kurang tahu menjadi tahu, dari kurang terampil menjadi terampil, dari kurang melihat masa depan menjadi seseorang yang memiliki sikap mental 105

pembaharuan dan pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan seseorang, karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan kecerdasan, keterampilan mengembangkan potensi diri serta mampu menghadapi segala tantangan dan hambatan di masa depan.(husein,sutarto 2017:3) Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan masyarakat, majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis. Kursus didefinisikan sebagai satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan orang yang memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu bagi warga belajar, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diberikan kepada warga belajar diberikan dalam waktu yang singkat tanpa harus berjenjang dan berkesinambungan. Kondisi objektif Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah tidak ditunjang dengan tingginya kualitas sumber daya manusia, rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingginya jumlah pengangguran yang rata-rata adalah kelompok muda produktif yang mencapai 19,9% dari jumlah 4,2 juta orang, hal ini diungkapkan oleh Kepala Bappenas (2012) Rendahnya kualitas hidup masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yakni lapangan pekerjaan yang tidak seimbang dengan jumlah pekerja,masih rendahnya jumlah wirausaha baru yaitu 0,76% dari jumlah penduduk. Lembaga kursus secara tidak langsung sangat membantu dalam peningkatan motivasi dan kemandirian seseorang dalam dunia pekerjaan ataupun mengembangkan kemampuan dalam berwirausaha. Salah satu pelatihan yang cukup diminati masyarakat adalah menjahit, pelatihan menjahit ini merupakan salah satu pelatihan keterampilan kreatif. Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang proses pengelolaanya mulai dari perencanaan, proses pembelajaran (pelaksanaan) sampai dengan evaluasi dilakukan secara baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran dan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai standar. Pencapaian tujuan pembelajaran diperlukan strategi dan metode yang tepat dalam proses pembelajaran. Lembaga kursus dan pelatihan (LKP) adalah satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi (Sujanto alex 2016:2) Pada dasarnya pembelajaran kursus menjahit lebih menekankan warga belajar dalam mengembangkan kemampuan atau potensi diri untuk dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, berani menghadapi problema kehidupan, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Miarso (2004:87 ) sebagaimana dikutip oleh sutarto (2013;46) menyatakan bahwa Program pelatihan adalah suatu usaha yang disengaja,bertujuan,dan terkendali agar orang lain belajar dan terjadi perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman 106

Lembaga pelatihan dan kursus (LP K) Lucky merupakan kursus menjahit yang ada di lingkungan desa Tanimulya Kab.Bandung Barat. Salah satu program yang ditawarkan LPK Lucky yaitu program Reguler, yang dirancang bagi yang ingin mengikuti pelajaran menjahit mulai dari mengukur dimensi badan, desain pola pakaian, pecah pola dengan menggunakan petrun, perancangan kebutuhan bahan baku, teknik cara menggunting pada kain, teknik dan tata cara menjahit mengkombinasikan model pakaian. Dengan adanya program program kursus menjahit di LKP Lucky yang telah sesuai standar sehingga dapat menarik minat peserta kursus menjahit khususnya kaum perempuan muda mudi, ibu- ibu yang tidak mempunyai kegiatan, yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian supaya menjadi terampil untuk bisa mandiri ke depannya dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena tuntunan penelitian dilapangan. B. LANDASAN TEORI 1. Konsep LKP dan lembaga Kursus Pendidikan luar sekolah atau yang biasa disebut dengan pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,penambah,atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Menurut undang-undang sisdiknas No 20 tahun mengenai Sistem penidikan Nasional pada pasal 26 ayat 3 yaitu pendidikan Non formal meliputi pendidikan kecakapan, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Jenis jenis pendidikan tersebut diatas dapat diselenggarkan melalui satuan-satuan pendidikan non formal seperti lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM) mejelis ta lim dan satuan pendidikan sejenis. Dalam pasal 26 ayat (2) diungkapkan bahwa pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta mengembangkan sikap dan kepribadian profesional. Adapun sasaran pendidikan non formal menurut Depdiknas (2006:5) mengungkapkan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri atau melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Karena itu pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yaitu mampu menyelenggarakan program pembangunan yang mampu mengembangkan keunggulan. Baik dalam hal potensi intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keahlian atau keterampilan ( Ningrum Kartika melina 2015:2) Adapun fungsi dari pendidikan non formal sendiri yaitu sebagai penambah, pengganti ataupun pelengkap dari adanya pendidikan formal yang ada dalam rangka mendukung 107

pendidikan sepanjang hayat. Program yang diselenggarakan melalui pendidikan nonformal dimaksudkan untuk dapat melayani berbagai kebutuhan masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat memperoleh kesempatan belajar dipendidikan formal (Kumidaninggar,2017:3) Pengertian Kursus menjahit merupakan salah satu program kecakapan hidup vokasional yang ada di masyarakat. Kursus adalah pelajaran tertentu sesuatu pengetahuan atau kepandaian yang di berikan dalam waktu yang singkat ( WJS. Poerwadarminta, 2002 : 543 ). Menurut Soelaiman Yoesoef ( 1986:63 ) menyatakan kursus adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang di laksanakan 18 dalam jangka waktu tertentu. Menurut Napitupula ( 1992:37 ) kursus adalah satuan Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar. Jadi, kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar yang di laksanakan dalam jangka waktu tertentu. Kursus menjahit merupakan program kursus Latihan di Lkp Lucky yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan etos kerja di bidang menjahit yang berorientasi pada hasil praktis yang di gunakan untuk memenuhi tuntutan hidup ( Nurida 2017:4) Program kursus merupakan alternatif program pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan untuk mendidik dan melatih peserta didik yang tergolong kurang beruntung agar memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten agar mampu bersaing pada era global dalam mendapatkan peluang kerja, yaitu dengan memasuki lapangan kerja maupun menciptakan lapangan kerja. Hal ini tidak terlepas dari peran 10 patokan dikmas dalam pendidikan luar sekolah. Dalam Pendidiklan Luar sekolah akan jelas sekali terlibat adanya unsur 10 patokan dikmas yang meliputi : Warga belajar, sumber belajar, pampng belajar, dana belajar, ragi belajar, kelompok belajar, Program belajar dan hasil belajar. (Ningrum Kartika Melina 2015 :2-3) Lembaga kursus dan Pelatihan (LKP) adalah satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, (permendiknas nomor 81 tahun 2013 pasal : 1 ayat 4). Adapun program pendidikan nonformal adalah layanan pendidikan yang diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat melalui pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan laian yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. (Sujanto 2016:2) Menurut Sudjana (2003: 63) Perencanaan dalam proses pembelajaran meliputi: (a) Identifikasi kebutuhan adalah penentuan perbedaan keadaan nyata dan kondisi yang di inginkan manusia; (b) Tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran; (c) Kurikulum adalah kumpulan pengalaman dan gagasan yang ditata 108

dalam bentuk kegiatan sebagai proses pembelajaran sedemikian rupa, sehingga pengalaman dan gagasan itu terjalin, disajikan dengan metode dan data yang sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan nilai-nilai yang ada; (d) Sumber belajar adalah semua sarana penyajian yang mampu menyajikan pesan, baik secara auditif maupun visual, sedangkan fungsi sumber belajar antara lain dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit dan langsung, dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas dan dapat merangsang perkembangan lebih jauh; (e) Sumber dana yaitu sumber pembiyayaan dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran; (f) Strategi pembelajaran adalah tipe pendekatan spesifek untuk menyampaikan informasi dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan pembelajaran. Pelaksanaan merupakan suatu proses yang dimulai dari implementasi awal, implementasi dan implementasi akhir. Implementasi awal mencakup persiapan-persiapan sebelum kegiatan, dilakukan implementasi merupakan aspek kegiatan teknis yang dilakukan, sedangkan implementasi akhir mencakup akhir dalam pelaksanaan kegiatan yang meliputi hasil kegiatan dan laporan (Sudjana, 2003: 63). Pelaksanaan suatu program harus disusun secara cermat sesuai dengan waktu kegiatan, jangka waktu, tempat, peserta, nara sumber, metode, materi dan penilaian sebaiknya dipersiapkan dan disusun dengan baik agar pelaksanaan dapat terarah, terencana dan belajar lancar sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dan diharapkan sebelumnya. Evaluasi adalah proses penetapan secara sistematik tentang nilai, tujuan, efektifitas atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Kamil, 2010: 54). Suatu proses kegiatan, tentu ada evaluasi yang harus dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan itu berhasil atau gagal, memberi kesempatan kepada warga belajar untuk menyumbang pemikiran dan saran serta penilaian terhadap efektifitas program yang dilaksanakan, menemukenali sejauh mana dampak kegiatan pembelajaran utamanya yang berkaitan dengan perubahan perilaku warga belajar (Sutarto, 2008: 182-183). Dalam kegiatan evaluasi tersebut, maka untuk kegiatan selanjutnya dapat mengetahui kekurangan mana yang harus diperbaiki sehingga terjadi suatu peningkatan. Faktor- faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran pendidikan nonformal Sutarto (2007: 147-148) yaitu: Faktor predisposisi yang terwujud dalam aspek pengetahuan, dan sikap yang dimiliki pendidik nonformal menjadi faktor pemicu, dan motivasi yang berpengaruh terhadap mutu proses pembelajaran pendidikan nonformal. Mutu proses pembelajaran pendidikan nonformal dapat berlangsung dimungkinkan karena kepemimpinan ketua penyelenggara, dan iklim/ suasana kerja yang kondusif. Mutu proses akan berlangsung efektif apabila mendapat dorongan dukungan pembiayaan dan dukungan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai. Mutu proses akan memberi pengaruh atau berdampak langsung terhadap hasil belajar peserta didik/ warga belajar pendidikan nonformal. Faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor pendorong baik secara bersama- sama atau sendiri- sendiri diprediksikan berpengaruh langsung terhadap hasil belajar peserta didik/ warga belajar pendidikan nonformal. (Sucipto,Sutarto 2015:3) 2. Keterampilan Menjahit Keterampilan menjahit adalah kemampuan untuk mengeluarkan kreatifitas dalam upaya mengerjakan proses menyambung kain, bulu, kulit binatang, maupun bahannahan lain yang bisa dilewati jarum jahit dan benang. Keterampilan menjahit merupakan keterampilan yang sangat banyak diminati terutama oleh kaum wanita. 109

Pengerjaan keterampampilan ini hanya membutuhkan ketelitian dan kesabaran serta keuletan dalam menggunakan benang dan jarum serta alat-alat bantu lainnya. Program pelatihan keterampilan menjahit nyatanya memberikan solusi bagi masyarakat, khususnya para perempuan yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki pengetahuan keterampilan menjahit yang dapat memberi peluang untuk membuka usaha mandiri. Keterampilan menjahit yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan keterampilan dan menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan pada gilirannya akan membantu pemerintah dalam mengembangkan sektor industri kecil dan mengurangi angka pengangguran. Lembaga yang didukung dengan tenaga pengajar yang berpengalaman dan profesional dalam bidang menjahit yang semakin menambah tingkat keprofesionalan dalam berkarya. Pelatihan menjahit dapat diartikan sebagai proses pembelajaran tentang pengetahuan dan keterampilan menjahit yang diselenggarakan dalam waktu singkat oleh suatu lembaga yang berorientasi kebutuhan masyarakat dan dunia usaha/industri. Gagne dan Briggs (1979: 3) dalam situs http://blog. Persimpangan.com/blog/2007/08/06/pengertian-pembelajaran menjelaskan bahwa Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Disisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. (Nurida 2017:4) C. METODE PENELITIAN Berdasarkan pada pokok permasalahan yang dikaji, yaitu mengenai Upaya LKP Lucky dalam Meningkatkan Keterampilan melalui program Kursus Menjahit, Maka Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini diharapkan peneliti dapat memperoleh dan menghasilkan gambaran dan objek yang diteliti secara utuh seperti yang diungkapkan oleh Bogdan dan taylor (basrowi dan suwandi, 2008;21) bahwa : metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh ). Sugiyono (2009:9) menyatakan bahwa metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti 110

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah swbagi instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pda generalisasi. Sedangkan Bungin (2010;6) menyatakan bahwa penelitian memiliki kemampuan untuk meng-upgrade, ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan menjadi lebih up- todate, canggih, aplicated, serta setiap saat aksiologis bagi masyarakat. Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampau berbagai tahapan berpikir kritis ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomenfenomena sosial, melalui pengamatan dilapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi apa yang diamati itu. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum a. Gambaran kondisi LKP Lucky Desa TaniMulya LKP Lucky merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang mendukung terselenggaranya pendidikan sepanjang hayat, karena didalamnya tidak membatasi usia pada warga belajar untuk ikut serta didalam proses pembeljaran. Sesuai dengan prinsif penyelenggaraan pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang Sitem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan sabagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.sehingga setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal yang dikelola LKP Lucky salah satunya adalah kursus menjahit. b. Sejarah berdirinya LKP Lucky Desa TaniMulya LKP Lucky merupakan salah satu lembaga yang bergerak dibidang pendidikan noformal.tepatnya berada di desa Tanimulya yang lokasinya tepat Jl.Botani II blok D.9 no. 6 Rt 9/15, bandung barat. Lkp Lucky telah mendapatkan ijin dari Dinas sosial Tenaga kerja dan Transmigrasi sejak tahun 2009.Sedangkan untuk program kursus menjahit telah mendapat Surat Izin Operasional lembaga Dinas Pendidikan pemuda dan Olah Raga dengan nomor 421/5933 disdikpora 2012. LKP Lucky juga mempunyai no INLEK Salah satu dasar didirikannya LKP Lucky adalah karena masih banyaknya warga yang belum mempunyai keterampilan, terutama kaum perempuan atau pun ibu rumah tangga para janda yang miskin, pemuda/ I yang putus sekolah, menganggur, tidak memiliki pekerjaan tetap, yang secara teknis berusia 18 sampai 45 tahun. sehingga LKP Lucky diharapkan dapat berperan serta dalam memberikan keterampilan, meningkatkan kaum perempuan serta mampu untuk kewirausahaan kedepannya. Dari kondisi tersebut, peranan LKP Lucky sangat diharapkan dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan yang mendukung peningkatan pelayanan pendidikan. Misi LKP Lucky adalah meningkatkan keterampilan warga belajar untuk melaksanakan hidup secara tepat guna dan berdaya guna melalui kecakapan pribadi,kecakapan sosial 111

dan kecakapan akademik kepada perempuan untuk meningkatkan kualitas dirinya, salah satunya adalah melalui kursus menjahit. 1. Perencanaan program pendidikan menjahit Di LKP lucky diselenggarakan dalam rangka untuk memberdayakan kaum perempuan muda mudi yang putus sekolah tetapi tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah maka bisa mengikuti kursus menjahit untuk bekal keterampilan dimasa depannya dan supaya bisa mendapat penghasilan sendiri.begitu juga dengan para ibu rumah tangga bisa mengikuti keterampilan menjahit untuk mengisi waktu luang dan bisa menambah penghasilan rumah tangga nya,yaitu dengan kewirausahaan setelah mengikuti kursus menjahit. LKP lucky berdiri tanggal 30-05-1995 alamat : komp Tanimulya Indah. Jl.Botani II blokd 9 No.6 Rt 09/15 bandung barat. Nilek nasional : 02102.1.0025. 2. Pelaksanaan Pembelajaran di LKP LUCKY dibagi menjadi 2 kelas,yaitu kelas reguler dan kelas yang gratis. Kalau kelas yang reguler pesera kursus harus membayar sesuai ketentuan tetapi kalau yang gratis tidak perlu bayar,itu merupakan program bantuan dari pemerintah dinas sosial yang diutamakan adalah orang orang yang tidak mampu. Waktu pelaksanaan kursus menjahit baik reguler maupun yang gratis waktunya nya sama yaitu pertemuan seminggu 3 kali.proses pembelajaran sejak pukul 09.00-11.00 WIB.lama pembelajaran peserta kursus dari menjahit dasar ke manjahit terampil membutuhikan waktu selama bulan.tetapi kalau yang cepat/privat bisa selesai sampai 3 bulan Materi umum yang diberikan oleh LKP LUCKY yaitu cara membuat pakaian anak-anak dan pakaian dewasa. Materi pokok untuk pakaian anak anak yaitu nama nama ukuran badan,cara mengukur badan,pola dasar anak anak,pola dasar tangan,pola dasar rok anak,pola kemeja anak,pola dasar celana anak, Materi pokok untuk pakaian dewasa yaitu pola dasar blus dewasa,pola dasar rok,pola dasar kebaya,pola dasar kemeja laki laki dewasa,pola dasar tangan panjang,pola dasar celana laki laki dewasa,celana olah raga. 3. Hasil pembelajaran program kursus menjahit di Lkp lucky adalah dengan terlihatnya peserta kursus mampu mandiri dan membuka kewirausahaan sendir dengan membuat pakaian pakaian dirumah dan langsung dipasarkan sendiri.hasil produk dari warga belajar, meliputi : kemeja,rok dan gamis. Dampak program kursus menjahit di LKP lucky terhadap warga belajar maupun masyarakatnya adalah sangat bermanfaat sekali khususnya bagi kaum muda mudi dan ibu ibu rumah tangga seperti peningkatan pengetahuan,efisiensi produksi,peningkatan lingkungan hidup,keuntungan finansial.dampak dari kursus menjahit dapat dirasakan oleh warga belajar dibuktikan dengan kemandirian warga belajar dengan membuka usaha sendiri dari menjahit sendiri sampai dengan pemasaran nya juga.dan itu akan menambah penghasilan. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program kursus menjahit di LKP lucky : 112

Faktor pendorong yaitu : a. Tersedianya instrukur yang berpengalaman b. Situasi yang kondusif dan menyenangkan c. Adanya motivasi dari dalam diri warga belajar d. Adanya dukungan dari berbagai pihak terkait Faktor penghambat, yaitu : a. Sarana dan prasaran yang kurang lengkap b. Usia warga belajar berbeda c. Pengetahuan warga belajar yang berbeda d. Kurangnya tenaga ahli teknisi mesin jahit Kehadiran LKP Lucky di tengah masyarakat diharapkan dapat menjadi pendorong dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat, dengan demikian masyarakat memiliki aksesibilitas yang lebih luas terhadap satuan pendidikan yang ada. Tidak hanya dalam program pendidikan formal, melainkan dalam pendidikan nonformal, sehingga pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh, sesuai dengan potensi ekologi masyarakat itu sendiri (Mulyono, 2018). E. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Perencanaan program kursus menjahit di LKP lucky adalah karena melihat lingkungan sekitar masih banyak masyarakat yang putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi dan masih rendahnya SDM masyarakat disekitar lembaga dan diselengarakan dalam rangka memberdayakan masyarakat agar memiliki kemampuan mengembangkan potensi dirinya khususnya dibidang menjahit yang tidak memerlukan biaya yang tidak besar dan ada program gratis dari dinas sosial. 2. Proses pelaksanaa pembelajaran menjahit dilaksanaknan selama 6 bulan dari menjahit dasar ke menjahit terampil ada juga program privat denagn waktu 3 bulan dengan pertemuan 3 kali dalam seminggu.tindak lanjut pelaksanaan program pendidikan menjahit yaitu peserta dapat melaksanakan kegiatan kewirausahaan secara berkelompok atau individu. 3. Hasil pembelajaran program kursus menjahit yaitu peningkatan pengetahuan cara menjahit yang benar dan rapi,dari menjahit pakaian anak anak dan pakaian dewasa.dari yang mengambil ukuran pola, membuat pola dan teori tentang menjahit. Hasil produk yang dibuat oleh warga belajar adalah blus, rok, gamis. Dengan hasil yang dicapai oleh warga belajar,maka warga belajar mampu mendiri dan bisa membuka kewirausahaan sendiri dan bisa memasarkannya, dan bisa menambah penghasilam untuk kesejahteraan hidupnya. E. Daftar Pustaka Husein,Sutarto 2017:3 Pembelajaran kursus menjahit di lembaga kursus dan pelatihan (LKP) Nissan Fortuna Kab Kudus. Jurnal Pembelajaran kursus menjahit Vol 2 no 1 Ida, Nur. 2017. Pengelolaan Pembelajaran Kursus Menjahit Pada balai Latihan Kerja (BLK) Kecamatan Bacukiki Kota Parepare, Jurnal Empowerment. Vol 6 No.2 113

Kamil, Mustofa. 2010. Model pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi) Bandung: Alfabeta. Kumidaninggar, Anggrita.2017.Jurnal Dampak pelaksanaan program kecakapan hidup menjahit terhadap aktivitas wirausaha warga belajar di Lembaga Kursus dan pelatihan Vol VI nomor 02 Tahun 2017. Melina Kartika Ningrum, Jurnal Evaluasi Program Kursus menjahit dalam Upaya pengembangan perempuan di LKP Modes Ariq Sidoarjo Vol 4 N0 1 Tahun 2015 Mulyono, D. 2018. The Strategy of Managers in Moving Business Learning Gorup Program in PKBM Srikandi Cimahi City. Journal of Educational Experts (JEE), Vol. 1 (1), hal. 41-50. Nurida 2017 :4 Journal empowerment Vol 6 no 2 Oktober 2017 Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitiatif dan R&D, Bandung : ALFABETA. Sudjana, D.2003. Sistem dan Manajemen Pelatihan (teori dan Aplikasi). Bandung Falah production Sujanto, Alex Jurnal Pengembangan kemitraan lembaga Kursus dan pelatihan (LKP) dengan dunia usaha dan dunia industri ( DUDI) untuk penjaminan mutu LKP INFOKAM nomor 1 Th.XII/MARET/2016 Sutarto, Joko. 2017. Pendidikan Nonformal ( Konsep Dasar, Proses pembelajaran, dan pemberdayaan Masyarakat) Semarang : UNNES Press. Undang-undang no.20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 114