BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. bertajuk Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes, 2006), yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyejahterakan para stakeholder dan shareholder, yang lainnya yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB I PENDAHULUAN. kepada stakeholders dan bondholders, yang secara langsung memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggal 19 Oktober Pada saat itu pengaruh financial perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesimpulan bahwa sistem corporate governance yang buruk dalam. menimpa negara-negara ASEAN. Praktik-praktik corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini isu mengenai good corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Pasar modal perusahaan real estate and property di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. yang berpartisipasi dalam pengelolaan dan kinerja perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme good corporate governance. komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kemudian mencuat dan memunculkan agency theory. dan kemakmuran para pemegang saham atau stakeholder. Nilai perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN GRESIK, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kondisi perekonomian negara Indonesia saat ini telah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) (Wicaksono, 2014:1).

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertamakali diperkenalkan oleh Cadbury Committee, Inggris pada tahun 1922 dalam laporannya yang bertajuk Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes, 2006), yang mendefenisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Beberapa pengertian Good corporate governance lainnya yakni Malaysian Finance Committee on Corporate Governance (1999) menyimpulkan Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusanurusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate governance menurut keputusan menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh suatu organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan

akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. adalah Menurut FCGI (2001) pengertian Good Corporate Governance seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Good corporate governance juga dijelaskan oleh IICG (Indonesian institute of Corporate Governance) sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate Governance menurut Moeljono (2005) merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai nilai tambah (value added) bagi semua stakeholder. Ada 2 hal yang ditekankan pada konsep ini yaitu : 1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi yang benar (akurat) dan tepat pada waktunya 2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Menurut Organization for Corporation and Development (OECD) (2004) mendefenisikan Good Corporate Governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan. Corporate Governance mengatur pembagian tugas dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap

kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan semua anggota stakeholder non pemegang saham. Dari beberapa defenisi yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengawasi dan mengendalikan perusahaan dalam mewujudkan tujuan untuk meningkatkan laba antara shareholder dan stakeholder dan menjaga hubungan baik diantara pemegang saham serta dapat menjalankan perusahaan sesuai dengan prosedur perusahaan dan etika perusahaan. 2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Good Corporate Governance memiliki tujuan untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dalam mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan dalam memberikan tanggung jawab kepada shareholder dan stakeholder. Untuk mencapai tujuan tersebut Good Corporate Governance memiliki beberapa prinsip yang harus dilaksanakan menurut Zarkasyi (2008 : 36) : 1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundangundangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan penegakkan hukum secara konsisten (consistent law enforcement). 2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman pasar pelaksanaan usaha. 3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan control social secara obyektif dan bertanggung jawab.

Dalam undang-undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip good corporate governance harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Transparency (keterbukaan informasi) Keterbukaan yang diwajibkan oleh undang-undang seperti misalnya mengemukakan pendirian PT dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun surat kabar. Serta keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan manajemen keterbukaan, informasi kepemilikan perseroan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada shareholders maupun stakeholder. 2. Accountability (dapat dipertanggungjawabkan) Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. 3. Responsibility (pertanggungjawaban) Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku disini berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. 4. Fairness (kewajaran) Kewajaran bisa di defenisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness diharapkan membuat seluruh asset perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Berdasarkan dari prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Good Corporate Governance adalah sistem yang dijalankan sesuai pada prinsip-prinsipnya, untuk memaksimalkan

kinerja perusahaan dan untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan kerja sama yang baik antara shareholder dan stakeholder. 2.1.3 Tujuan dan Manfaat Diterapkannya Good Corporate Governance Faktor penting dalam pengambilan keputusan di sebuah perusahaan dapat ditentukan dari seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsipprinsip dasar GCG. Good Corporate governance dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Dapat mengurangi biaya modal dan meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang (Kamal, 2008). Menurut Sutojo (2005 : 5) corporate Governance memiliki lima macam tujuan utama, yaitu: 1) Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham 2) Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non-pemengang saham 3) Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham 4) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan, dan 5) Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan. Secara konkret, penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terutama dalam perusahaan menurut Alhamdi (2012 : 13) memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing. 2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.

3. Memberi kepuasan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan. 4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri stakeholder terhadap perusahaan. 5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum. Selain daripada tujuan-tujuan tersebut, corporate Governance juga memiliki beberapa manfaat seperti yang dirumuskan oleh FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) (2001) adalah: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik sehingga pencapaian efisiensi operasional perusahaan tercapai dan meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga meningkatkan Corporate Value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia sehingga membantu perusahaan untuk mengembangkan dana memperluas usahanya, dan 4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena akan meningkatkan shareholders value dan deviden. Menurut Hery (dalam Tadikapury, 2011) ada lima manfaat yang dapat diperoleh perusahaan yang menerapkan good corporate governance yaitu: 1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya perusahaan kearah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut membantu terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional. 2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal ini menarik modal investor dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor dan kreditur domestic maupun internasional. 3. Membantu pengelolaan perusahan dalam memastikan/menjamin bahwa perusahaan telah taat pada ketentuan, hukum, dan peraturan-peraturan. 4. Membangun manajemen dan corporate Board dalam pemantauan penggunaan asset perusahaan. 5. Mengurangi korupsi.

2.1.4 Ukuran Dewan Komisaris Mizruchi (1983) menjelaskan bahwa dewan merupakan pusat dari pengendalian dalam perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab utama dalam tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan secara jangka panjang. Dewan komisaris merupakan organ penting dalam pengimplementasian good corporate governance di suatu perusahaan yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Dalam ukuran dewan komisaris ini dapat diketahui melalui komposisi dari seluruh dewan komisaris yang ada dalam perusahaan tersebut. Ukuran dewan komisaris yang tepat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain: 1. Ukuran dewan direksi 2. Industri dan jenis keahlian yang dibutuhkan 3. Overall risk yang dihadapi 4. Komite yang ada. Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif. 2.1.5 Dewan Direksi Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik

di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar (M.Yusrizal, 2011). Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, direksi merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan anggaran dasar. Dapat disimpulkan bahwa dewan direksi berperan dan bertanggung jawab dalam memastikan perusahaan telah menjalankan ketentuan dalam anggaran dasar dan perundang-undangan yang berlaku. 2.1.6 Komite Audit Komite audit merupakan organ tambahan yang diperlukan dalam melaksanakan Good Corporate Governance, yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk membantu komisaris melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan suatu perusahaan serta memastikan bahwa operasional perusahaan berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan di dalam perusahaan. Tugas dan tanggung jawab komite audit juga akan menentukan kinerja dan keberhasilan di dalam suatu perusahaan. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2002) mengenai komite audit adalah Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.

Tujuan komite audit sebenarnya sudah ada dalam definisi komite audit itu sendiri yang tujuannya untuk membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggungjawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Menurut Jati (2009) Komite audit merupakan sebuah komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor serta anggota independen. Komite audit ditugaskan untuk memberikan pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal, serta memastikan manajemen tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala dan dapat mengontrol kelemahan, ketidak sesuaian dengan kebijakan, hukum dan regulasi. 2.1.7 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator yang digunakan investor dalam menilai aset maupun kinerja suatu perusahaan. Jika perusahaan mempunyai total aktiva dan total penjualan yang lebih besar, maka akan menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan dan perusahaan mempunyai prospek baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Perusahaan yang besar akan menjaga kepercayaan investor agar tetap menginvestasikan dananya (Rizkiana, 2009). Ukuran suatu perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan keuangannya. Perusahaan besar pada dasarnya memiliki modal finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja, tetapi disisi lain, perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar (Darmawati, 2004). Ukuran perusahaan menurut ferry dan jones (dalam sujianto, 2001) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan

dan rata-rata total aktiva. Sedangkan ukuran perusahaan menurut Yusuf dan Soraya (2004 : 7) adalah ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan, ditunjukkan oleh natural logaritma dari total aktiva. Besar kecilnya suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi (Ariyanto, 2002). Defenisi lain yang juga menyimpulkan ukuran perusahaan adalah rata rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham, 2001). 2.1.8 Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan menurut penelitian Jap (dalam Pratiwi, 2006 : 20) bisa diarahkan dengan unsur-unsur probabilitas seperti pertumbuhan, porsi pasar dan peningkatan penjualan. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir,1995). Menurut Vincent Gaspersz (dalam Widodo, 2011), tujuan dari pengukuran kinerja adalah untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data

tersebut dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut. Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence). Pengertian lainnya mengenai kinerja perusahaan adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika (Rivai, 2004 : 16). adalah : Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2003 : 31) 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang di ukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutang termasuk membayar kembali pokok hutang tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang telah dilakukan oleh Isnanta (2008) berjudul Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemlikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan rentang waktu 2003-2006. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Corporate Governance yang diproksikan kedalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Harianja (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah komisaris independen, komite audit dan kualitas audit. Variabel dependennya adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA. Sampel penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen, komite audit dan kualitas audit berpengaruh secara serempak terhadap kinerja perusahaan. Komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh secara

parsial terhadap kinerja perusahaan, namun kualitas audit berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan. Bukhori (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan dimana Corporate Governance diproksikan kedalam ukuran dewan direksi, dan ukuran dewan komisaris, variabel dependennya adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan CFROA. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 dan metode pengambilan sampel menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara mekanisme internal corporate governance dan Ukuran Perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Aufar (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Implementasi Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel penelitian ini terdiri dari good corporate governance yang diproksikan ke dalam kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit sebagai variabel independen, dan kinerja perusahaan dengan tiga indikator (ROA, NPM dan ROE) sebagai variabel dependen. Sampel penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Hasil penelitian ini adalah ketiga variabel independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara parsial dan serempak.

Muntiah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012. Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris proporsi dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan ROE. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 dengan metode purposive sampling dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Governance yang diproksikan kedalam Kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit memberikan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial, dan ukuran dewan komisaris memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraiakan di atas dapat dilihat pada tabel 2.2.1 berikut. No Nama Peneliti Terdahulu 1 Rudi Isnanta, 2008 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Variabel Independen : Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, Komite Audit, Struktur Audit, dan Struktur Kepemilikan. Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja

2 Pareme Yunita Harianja (2012) Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen: Manajemen Laba dan kinerja Keuangan Variabel Independen: Komisaris Independen, Komite Audit dan Kualitas Audit Variabel Dependen: Kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA perusahaan. Menunjukkan bahwa Komisaris Independen, Komite Audit dan Kualitas Audit berpengaruh secara serempak terhadap kinerja perusahaan. Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap 3 Iqbal Bukhori (2012) 4 Teuku Qaedi Aufar (2011) 5 Siti Muntiah (2014) Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Pengaruh Implementasi Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Variabel Independen: Ukuran Dewan Direksi, Ukuran Dewan Komisaris, dan Ukuran Perusahaan. Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan yang diukur dengan CFROA. Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris dan Komite Audit Variabel Depeden: Kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA, NPM dan ROE Variabel Independen : Kepemilikan Institusional, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara mekanisme internal corporate governance dan Ukuran Perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, dan Komite Audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara parsial dan serempak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate

Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012 Kepemilikan manajerial, Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit. Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan yang diukur dengan ROE Governance yang diproksikan kedalam Kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis (Ariani Agnita : 2011). Berdasarkan konsep teori dan tinjauan penelitian yang diuraikan diatas maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Good Corporate Governance Ukuran Dewan Komisaris Dewan Direksi KINERJA PERUSAHAAN Komite Audit Ukuran Perusahaan Kerangka Konseptual Sumber : Penulis, 2014 Good Corporate Governance memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Good Corporate Governance dalam penelitian ini diproksikan kedalam ukuran dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit. Ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini berarti jumlah seluruh anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Dewan komisaris dikatakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena apabila dewan komisaris melaksanakan tugasnya dengan baik akan dapat meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka pengawasan yang mereka lakukan akan semakin efektif dan kinerja akan semakin baik. Dewan direksi juga memiliki peranan penting yang memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Dewan direksi diukur dengan jumlah seluruh anggota dewan

direksi dalam perusahaan selama periode 2008-2012. Dewan direksi akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan secara jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu Komite audit juga merupakan organ pendukung di dalam suatu perusahaan yang di bentuk oleh dewan komisaris untuk bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Peranan komite audit yang berjalan dengan baik dapat memberikan pengaruh kinerja perusahaan dan membuat citra perusahaan baik di mata para investor sehingga meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar asset total yang dimiliki perusahaan. Total asset yang dimiliki perusahaan menggambarkan permodalan, serta hak dan kewajiban yang dimilikinya. Semakin besar ukuran perusahaan, dapat dipastikan semakin besar juga dana yang dikelola dan semakin kompleks pula pengelolaannya. Ukuran perusahaan didalam penelitian ini diukur dengan menggunakan logaritma total asset perusahaan. Kinerja merupakan gambaran dari tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan suatu kegiatan operasional. Penilaian kinerja disini adalah suatu metode dan proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan (Bukhori, 2012). Kinerja perusahaan diukur dengan ROA.

2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena, dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah atau akan terjadi (Erlina, 2011 : 42). Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini adalah Ukuran dewan komisaris, dewan direksi, komite audit dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap kinerja perusahaan (ROA).