BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan (Parawiyati, 1996). Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkimkan earning power, dan untuk memperdiksi laba di masa yang akan mendatang. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap earnings management juga sering dilakukan oleh manajemen. Penyusunan earnings dilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi dalam perusahaan, kondisi tersebut diprediksi oleh Dechow ( 1995) dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri. Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusabaan. Pemisahan kepemilikan ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik. Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan ini akan disebut dengan konflik keagenan. 1
2 Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. J ika hal ini terjadi akan mengakibatkan rendahnya kualitas I aha Subramanyam (1996) dalam Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan perusahaan. Laba yang diukur atas dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja perusahan dibandingkan arus kas operasi karena akrual mengurangi masalah waktu dan mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam jangka pendek (Dechow, 1994). Dalam prosesnya, dasar akrual memungkinkan adanya perilaku manajer dalam melakukan rekayasa laba atau earnings management guna menaikk:an atau menurunkan angka akrua1 dalam laporan laba rugi. Praktik seperti ini dapat memberikan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan (Boediono, 2005). Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Schipper dan Vincent, 2003). Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Sia11agan dan Machfoedz, 2006). Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari
3 harga pasar sahamnya. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan infonnasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk rnernbentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat rnenjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005). Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptirnalkan nilai perusahaan. Sernakin tinggi nilai perusahaan menggarnbarkan sernakin sejahtera pula pemiliknya. Dengan rnelihat tujuan utama perusahaan yaitu rneningkatkan nilai perusahaan rnaka penerapan corporate governance merupakan salah satu elernen kunci dalam rneningkatkan efesiensi ekonornis, yang rneliputi serangkaian hubungan antara rnanajernen perusahaan, dewan kornisaris, para pernegang saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga rnernberikan suatu struk.tur yang mernfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni et al., 2004). Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat rnengontrol biaya keagenan yaitu dengan rnenerapkan tata kolola perusahaan yang baik (good corporate governance). Kaen (2003) menyatakan corporate governance pada dasarnya rnenyangkut masalah siapa (who) yang seharusnya rnengendalikan jalannya kegiatan korporasi dan rnengapa (why) harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya kegiatan korporasi. Yang dirnaksud dengan siapa adalah para pemegang
4 saham, sedangkan "mengapa" adalah karena adanya hubungan antara pemegang saham dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah keagenan tersebut adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Bernhart dan Rosenstein 1998 menyatakan beberapa mekanisme (mekanisme corporate governance) seperti mekanisme internal, seperti struktur dewan komisaris serta mekanisme eksternal seperti pasar untuk kontrol perusahaan diharapkan dapat mengatasi masalah keagenan tersebut. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Kemampuan dewan komisaris untuk mengawasi merupakan fungsi yang posifif dari porsi dan independensi dari dewan komisaris eksternal. Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit ekstemal, dan mengamati sistem pengendalian internal juga diharapakan dapat mengurangi sifat oppurtinistic manajemen yang melakukan manajemen Iaba. Warfield et al. (1995) menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan secara negatif dengan manajemen sebagai proksi kualitas laba. Chtourou et al. (2001) menemukan bahwa earning management secara signifikan berhubungan dengan beberapa praktik governance oleh dewan komisaris dan komite audit. Klein (2002) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit independent melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen.
5 Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Berdasarkan teori keagenan, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Iatar belakang di atas, maka perlu dirumuskan pennasalahan agar pembahasan penelitian ini lebih jelas dan terarah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah mekanisme corporate governance mempengaruhi kuliatas laba? 2. Apakah mekanisme corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan? 3. Apakah kualitas laba mempengarui nilai perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan pennasahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji secara empiris mekanisme corporate governance mempengaruhi kualitas laba. 2. Untuk menguji secara empiris mekanisme corporate governance mempengaruhi nilai perusahaan. 3. Untuk menguji secara empiris kualitas laba mempengaruhi nilai perusahaan.
6 1.4 Kontribusi Penelitian Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: 1. Kontribusi Praktis Memberi informasi yang akurat mengenai corporate governance dan diharap dapat memberi masukan pada perusahaan agar dapat melakukan evaluasi pada kinerja perusahaan. 2. Kontribusi Teoretis Sebagai bahan untuk menambah perbendaharaaan perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap materi yang sama sehingga penelitian ini dapat disempumak:an bagi penelitian lebih lanjut serta juga bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan yang dimiliki. 1.5 Ruang Lingkup Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesimpangsiuran dan terbatas serta fokus pada permasalahan yang akan diteliti serta menghindari pembahasan yang lebih luas maka ruang lingkup penelitian mencakup faktor kualitas laba (KL), nilai Perusahaan (NP) sebagai variabel dependen, dan kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan institusional (KI), komisaris independen (DK), serta komite audit (KA) sebagai variabel independen.