BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 5. mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan. demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh manusia, terutama

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan individu ini merupakan faktor bawaan yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju kearah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses kependidikan.1 Pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaanya menghasilkan generasi yang diharapkan. Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan, proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter sesungguhnya sudah tercermin dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, yang berbunyi, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 1 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 6 1

2 Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demoktaris serta bertanggung jawab. 2 Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini, diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi. Sungguh, pendidikan di Indonesia sangat diharapkan dapat mencetak alumni pendidikan yang unggul, yakni para bangsa yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mempunyai keahlian di bidangnya, dan berkarakter.3 Hal yang paling mendasar dari sebuah proses yang bernama pendidikan adalah membangun karakter bagi para anak didik yang terlibat di dalamnya. Inilah kenapa tidak sedikit yang berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah jiwa atau ruh dari sebuah pendidikan. Tanpa pendidikan karakter di dalamnya, proses pendidikan tak lebih hanya sekedar pelatihan kecerdasan intelektual atau hanya semacam mengolah otak bagi para anak didik di sekolah. Bila hal ini terjadi, alangkah mirisnya kehidupan para anak didik dimasa mendatang, yakni akan menjadi orang-orang yang mempunyai kecerdasan secara intelektual, namun tidak terbangun karakternya secara baik.4 Pembangunan karakter semakin terasa diperlukan terutama pada saat semakin banyak tantangan dan godaan sebagaimana dampak dari kemajuan dibidang iptek. Saat ini misalnya orang akan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada di dunia ini, yang baik atau yang buruk, karena ada alat komunikasi.5 2 Akhmad Muhaimin Azzel, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta 2013, hlm. 9-10. 3 Ibid, hlm. 15-16 4 Ibid, hlm. 65 5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo Persada, Cet.2, Jakarta 1997, hlm. 154-155

3 Lebih lagi banyak perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan, misalnya tindak korupsi yang ternyata dilakukan oleh pejabat yang notabennya adalah orang-orang yang berpendidikan. Belum lagi tindak kekerasan yang akhir-akhir ini marak terjadi. Tidak sedikit dari saudara kita yang begitu tega melakukan penyerangan, anarkis bahkan membunuh, padahal kita semua mengetahui bahwa yang paling penting hidup bermasyarakat adalah saling menghargai dan menghormati. Keadaan yang memprihatinkan lagi perilaku para remaja yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai remaja yang terdidik. Misalnya, tawuran antar pelajar, tersangkut jaringan narkoba, baik sebagai pengedar maupun pemakai, atau melakukan tindakan asusila. Kenyataan itu tentu membuat prihatin, upaya perbaikan harus segera dilakukan, salah satu upayanya adalah dengan pendidikan karakter.6 Karakter tidak diragukan lagi memilki peran besar dalam kehidupan manusia. Pembinaan akhlak dimulai dari individu. Hakikat akhlak itu memang individual, meskipun ia dapat berlaku dalam konteks yang tidak individual. Karenanya, pembinaan akhlak dimulai dari sebuah gerakan individual, yang kemudian diproyeksikan menyebar ke individu-individu lainnya, lalu setelah jumlah individu yang tercerahkan secara akhlak menjadi banyak, dengan sendirinya mewarnai kehidupan masyarakat.7 Upaya dalam mewujudkan pendidikan kakarakter tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolah saja. Bahkan perlu dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, diseluruh instansi pemerintah, ormas, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan kelompok masyarakat lainnya. Juga pendidikan karakter tidak dihafal seperti materi ujian. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berperilaku jujur, tolong menolong, toleransi, malu berbuat curang, malu bersikap malas dan malu membiarkan lingkungan kotor. Karena karakter tidak terbentuk 6 Akhmad Muhaimin Azzel, Op.Cit, hlm, 12-13 Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Karakter Persepektif Islam, PT. Remaja Rosdakarya, cet. 3, Bandung, 2013, hlm 59-60 7

4 secara instan, tapi harus dilatih secara serius, terus menerus dan proporsional agar terbentuk karakter yang ideal.8 Melalui pendidikan karakter ini diharapkan dapat dilahirkan manusia yang memiliki kebebasan menentukan pilihannya, tanpa paksaan dan penuh tanggung jawab. Yaitu manusia-manusia yang merdeka, dinamis, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab, baik kepada Tuhan, manusia, masyarakat, maupun diri sendiri.9 Dalam hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan karakter yaitu membentuk setiap pribadi menjadi insan yang mempunyai nilai-nilai yang utama, terutama dinilai dari perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, bukan pada pemahamannya dan tujuan yang paling utamanya menekan anak didik untuk mempunyai karakter yang baik dan diwujudkan dalam perilaku keseharian.10 Uraian di atas memperlihatkan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah keniscayaan bagi keberlangsungan masa depan bangsa yang beradab, berbudaya, dan bermartabat. Dengan tercapainya pendidikan karakter, maka selain akan menciptakan sebuah kehidupan yang semakin tertib, aman, nyaman dan sejahtera, juga akan meningkatkan harkat dan martabat bangsa, yang pada gilirannya akan menimbulkan rasa hormat dan daya tarik bangsa-bangsa lain didunia. Untuk merespon tuntutan agenda konseptual pendidikan karakter, salah satunya adalah melalui orientasi pengkajian ulang secara kritis terhadap khasanah (tradisi) pemikiran Islam klasik. Berangkat dari asumsi ini figur Abdurrahmān Afandi Ismā il dengan kitabnya yang berjudul Al-Tarbiyah Wa Al-Adāb AlSyar iyyah nampaknya perlu diapresiasi yang menjadi kajian. Alasan yang mengemuka adalah kitab ini banyak dipublikasikan dikalangan pesantren dan menjadi menu bacaan para santri sebagai landasan berpikir dan berperilaku baik. 8 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm 9 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Rajawali Pers, Cet. 1, Jakarta, 2012, hlm. 165 Ibid, hlm. 17 V 10

5 Sehingga kitab ini bisa dijadikan pengkajian dalam dunia yang lebih luas dalam dunia akademik. Kitab Al-Tarbiyah Wa Al-Adāb Al- Syar iyyah ini karya Abdurrahmān Afandi Ismā il seorang guru besar di Kairo dikenal dengan Dr. Abdurrahman. Kitab ini mengupas pendidikan karakter dengan berbagai cara dalam mendidik anak supaya menjadi anak yang berkarakter baik, hal ini terlihat dari cara manesahati anak dalam kitab tersebut dengan bahasa kasih sayang, yaitu dengan ungkapan Yā Bunayya yang artinya hai anakku, kadangkala diiringi ucapan sifat-sifat pemujian, seperti, al-azīz (hai anakku yang mulya), an-najīb (hai anakku yang bagus) dan al-żakī (hai anakku yang pintar). Di samping itu pernyataan-pernyatannya diperkuat dengan dalil-dalil dari Al-Qur an dan Hadis. Nasehat dalam kitab ini menunjukkan perhatiannya pada generasi penerus bangsa bahwa pendidikan karakter dirasa sangat urgen dalam rangka pembinaan peserta didik supaya berperilaku baik kepada sang khāliq, sesama manusia, nusa bangsa dan lingkungan. Ini pun tercermin dalam muqaddimah kitab ini, bahwa harapannya pengarang adalah anak-anak supaya beperilaku sesuai tuntunan syara dan mempunyai akhlak terpuji.11 Berdasarkan penjelasan di atas, hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengadakan penelitian, yang penulis beri judul PENDIDIKAN KARAKTER (Telaah Kitab At-Tarbiyah Wa Al-Adāb Asy-Syar iyyah Karya Abdurrahmān Afandi Ismā il Dan Relevansinya dengan Kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013) 11 Abdurrahmān Afandi Ismā il, Al-Tarbiyah wa Al Adāb As-syar iyah, Penerbit Al Miftāh Surabaya, Tanpa Tahun, hlm.2

6 B. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dimaksudkan agar penulisan skripsi tidak menyimpang dari tujuan penulisan maka perlu adanya rumusan masalah sebagai pedoman pembahasan yang lebih lanjut dengan adanya masalah ini akan dijadikan pembuktian, sehingga dalam merumuskan pembuktiannya tidak berlarut-larut bahkan menyimpang dari penelitian. Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada masalah nilai-nilai pendidikan karakter menurut Abdurrahmān Afandi Ismā il dalam kitab AtTarbiyah Wa Al-Adāb Asy-Syar iyyah dan relevansinya dengan Kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter menurut Adurrahmān Afandi Ismā il dalam kitab At-Tarbiyah Wa Al-Adāb Asy-Syar iyyah? 2. Bagaimana relevansinya nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab AtTarbiyah Wa Al-Adāb Asy-Syar iyyah dengan Kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penting yang ingin penulis capai dalam penelitian kali ini setidaknya mencakup dua hal, yaitu umum dan khusus. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kitab At-Tarbiyah Wa Al-Adāb AsySyar iyyah. Sedangkan tujuan secara khusus tujuannya untuk : 1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter menurut Abdurrahman Afandi Isma il dalam kitab At-Tarbiyah Wa Al-Adāb Asy-Syar iyyah. 2. Mengetahui relevansinya pendidikan karakter dalam kitab At-Tarbiyah Wa Al-Adāb Asy-Syar iyyah dengan Kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013.

7 E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini meliputi manfaat praktis maupun teoritis, baik secara akademik, sosial kemasyarakatan maupun wawasan dalam dunia Islam. Adapun penjelasannya manfaat penelitiannya diatas sebagai berikut : 1) Secara Teoritis Secara praktis harapan penulis penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya, orang tua, keluarga, kerabat, dan handai tolan serta kaum muslimin pada umumnya. Baik manfaat dari segi teologis dan sosiologis dengan mengetahui pendidikan karakter dalam kitab At-Tarbiyah Wa Al-Adāb Asy-Syar iyyah. 2) Secara Praktis a. Segi akademik Harapannya penelitian penulis ini akan memberikan beberapa kontribusi di lingkungan aktivitas akademik STAIN KUDUS, diantaranya : Dapat sebagai sumber referensi yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan yang bersumber dari ilmuan muslim. b. Segi sosial kemasyarakatan. Harapan penelitian ini akan menjadi sebuah pencerahan dan wawasan baru bagi masyarakat umum yang sekarang ini sudah marak krisis moral, sehingga bisa berprilaku baik. c. Segi kontribusi dunia Islam Di dunia Islam sangatlah membutuhkan temuan-temuan baru dalam pendidikan moral atau karakter, maka diharapkan penelitian ini akan menambah dan memberikan kontribusi yang berarti dan memberikan perubahan pemikiran yang segnifikan dalam wawasan dunia keislaman, khususnya dalam bidang pendidikan karakter.