HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

MEMAHAMI STROKE. Berdasarkan Pengalamanku

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RSD Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

HALAMAN PERSETUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M DENGA KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN SEREBRAL ET CAUSA STROKE HEMORAGIK

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STATUS NUTRISI PADA PASIEN STROKE DENGAN DISFAGIA DI RUANG R-A4 RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum tentang Pengetahuan (Knowledge) penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Oleh : Neru Adi Putra G1D010066 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2014

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan atau kesarjanaan lain di perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali tertulis di acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka Purwokerto, Februari 2014 Neru Adi Putra NIM. G1D010066 iii

PERSEMBAHAN Allah SWT, tempatku berlindung, tempat ku berkeluh, tempat ku memuja,tempat ku berharap, tempat ku meminta. Orang Tuaku,Bapak Satiman (alm) dan Ibu Rumini yang tak pernah lupa member segala dukungan dan kasih sayang selama hidupku ini. Untuk adik ku tersayang Roy Dwi Kuncoro. Keluargaku adalah alasanku untuk semangat, kekuatanku untuk berhasil. Untuk Bapak Arif Setyo Upoyo dan bapak Yuli Dwi Hartanto, terimakasih atas bimbingan, doa, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk Ibu Atyanti Isworo selaku penguji terimakasih atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Ibu Lutfatul Latifah sebagai wakil komisi skripsi.terima kasih untuk semuanya... Untuk teman-temanku 2010 yang selalu memberikan keceriaan, semangat, dan dukungan selama kuliah. Untuk sahabat - sahabat terbaikku (Gembel Federation) terimakasih atas doa dan semangat untukku. Untuk teman dekat ku terima kasih untuk doa dan motivasinya. Terimakasih untuk keluarga besar FKIK Keperawatan UNSOED, dosen-dosen keperawatan, bapendik, kakak-kakak, dan adik-adik tingkatku yang telah mengisihari-hariku. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Neru Adi Putra Tempat, tanggallahir : Banyumas, 6 Juli 1990 Alamat : Desa Tinggarjaya RT 01/ RW 12. Kec. Jatilawang. Kab. Banyumas Email : neruadiputra66@gmail.com Riwayat Pendidikan : 1. SD N 2 Tinggarjaya 2. SMP N 1 Jatilawang 3. SMA N 1 Jatilawang 4. Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Tahun Angkatan 2010 v

PRAKATA Puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Spiritual dengan Tingkat Depresi pada Pasien Stroke Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ini dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak yang mempunyai andil besar dalam pelaksanaan penelitian ini, ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada: 1. Dr. Warsinah, M.Si, Apt, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu- Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman. 2. Dr. Saryono, S.Kp., M,.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman. 3. Arif Setyo Upoyo, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk bimbingan penyusunan karya tulis ilmiah ini. 4. Yuli D. Hartanto, S.Kep. Ns selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk bimbingan penyusunan karya tulis ilmiah ini. 5. Atyanti Isworo S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku dosen penguji karya tulis ilmiah ini. vi

6. Direktur RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yang telah memberikan izin penelitian. 7. Seluruh staf Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokterran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman yang telah banyak membantu dalam banyak hal yang berkaitan dengan karya tulis ini. 8. Ibunda tercinta Rumini, adik ku tersayang Roy Dwi Kuncoro, tidak ada kata yang dapat mewakili ucapan rasa terima kasih dan syukurku atas semua yang telah diberikan. 9. Terima kasih untuk Trisna Dwijayanti yang telah memberikan semangat, dukungan, dalam proses pembuatan karya tulis ini. 10. Terima kasih juga atas semua bantuan dan dukungan dari teman-teman seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan penelitian ini, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran supaya penulisan karya tulis ilmiah ini menjadi hasil yang lebih baik. Semoga penelitian ini mendapat ridho Alloh SWT dan bermanfaat bagi kita semua Purwokerto, Februari 2014 Neru Adi Putra G1D010066 vii

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Neru Adi Putra 1, Arif Setyo Upoyo 2, Yuli Dwi Hartanto 3 Latar belakang : Stroke dapat menyebabkan gangguan neuropsikiatrik negatif seperti depresi. Masalah tersebut sering muncul setelah serangan stroke yang disebut dengan Post Stroke Depresion (PSD). Kejadian PSD bervariasi antara 20% - 60%. Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap mekanisme koping. Seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi lebih mampu mengatasi masalah hidup yang mengakibatkan depresi. Tujuan : Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke. Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014. Populasi penelitian adalah pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Teknik sampling penelitian adalah Consecutive sampling. Sampel penelitian berjumlah 60 Responden. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner kecerdasan spiritual dan instrumen Hamilthon Rating Scale for Depresion. Analisis data menggunakan uji rank spearman Hasil : Analisis menunjukan p = 0.000 dan koefisien korelasi (r) adalah 0,489. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke. Kata Kunci : Kecerdasan Spiritual, Depresi, Stroke. viii

ABSTRACT THE CORRELATION BETWEEN SPIRITUAL QUOTIENT AND DEPRESSION POTENTIAL LEVEL OF STROKE PATIENTS IN RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Neru Adi Putra 1, Arif Setyo Upoyo 2, Yuli Dwi Hartanto 3 Background: Stroke can cause negative psychiatric disorder such of depression. Post stroke depression ( PSD ) is a kind of depression which happened after a stroke. The possibility of PSD occurs is between 20% up to 60%. The spiritual quotient influences the coping mechanism. A person, who has high spiritual quotient, will be more capable to solve their problems in life which are sometimes caused depression. Purpose: The aim of this research is to find out the relationship between the spiritual quotient level and a depression level on stroke patients. Method: This research used cross sectional method. The research was conducted from December 2013 to January 2014. Population this research were stroke patients in RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Sampling method research was consecutive sampling with 60 respondents. The instruments used in this research were spiritual quotient questionnaire and Hamilton Rating Scale Instrument for Depression. Non parametric rank spearman was used to analyze the data. Results: The analysis show p = 0.000 and coefficient correlation ( r ) 0,489. Conclusion: There is a significant correlation between spiritual quotient levels with the depression potential level of the stoke patients. Password: Spiritual quotient, Stroke, Depression. ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN. PERSEMBAHAN.. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PRAKATA ABSTRAK.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. i ii iii iv v vi viii x xiii xiv xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumuasan Masalah. 5 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian.. 6 E. Keaslian Penelitian. 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 9 1. Stroke... 9 x

a. Pengertian Stroke.. 9 b. Klasifikasi Stroke.. 10 c. Faktor Risiko Stroke.. 11 d. Etiologi... 12 e. Patofisiologi... 12 f. Tanda dan Gejala.. 14 g. Pemeriksaan Diagnostik 15 h. Penalataksanaan Medis. 17 i. Komplikasi 19 2. Depresi.. 21 a. Definisi Depresi. 21 b. Faktor Penyebab Depresi... 22 c. Depresi Pada Pasien Stroke... 24 d. Gambaran Klinis Depresi Post Stroke 25 e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Depresi Post Stroke 26 3. Kecerdasan Spiritual. 29 a. Definisi Kecerdasan Spiritual.... 29 b. Faktor faktor Kecerdasan Spiritual 31 c. Kriteria Orang Memiliki Kecerdasan Spiritual.. 32 d. Manfaat Kecerdasan Spiritual 33 B. Kerangka Teori. 34 C. Kerangka Konsep 35 D. Hipotesis 36 xi

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.. 37 B. Populasi dan Sampel. 37 C. Variabel Penelitian. 39 D. Definisi Oprasional... 41 E. Instrumen Penelitian 41 F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen. 43 G. Langkah - Langkah Penelitian.. 44 H. Pengolahan dan Analisa Data... 45 I. Etika Penelitian.. 48 J. Jadwal Kegiatan Penelitian. 49 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 50 B. Pembahasan. 55 C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian. 70 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.. 71 B. Saran 72 DAFTAR PUSTAKA.. LAMPIRAN xii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Definisi Operasional 41 3.2 Jenis item pertanyaan... 42 3.3 Interprestasi Uji Korelasi Spearman Rank. 47 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian. 49 4.1 Tabel Karakteristik Responden. 52 4.2 Tingkat Kecerdasan Spiritual 53 4.3 Tabel Tingkat Depresi 54 4.4 Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Tingkat Depresi 55 xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Gambaran Patofisiologi Stroke. 14 2.2 Kerangka Teori Penelitian 34 2.3 Kerangka Konsep Penelitian 35 xiv

HALAMAN LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Izin Survei Penelitian RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Dari RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lembar Persetujuan Menjadi Responden Kuesioner Penelitian Analisis Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Spiritual Lampiran 8. Lampiran 9. Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Spiritual Hasil Reabilitas Kuesioner Instrumen Kecerdasan Spiritual Lampiran 10. Karakteristik Responden Lampiran 11. Tingkat Kecerdasan Spiritual Responden Lampiran 12. Tingkat Depresi Pasien Stroke Lampiran 13. Hasil Analisis Data Penelitian Lampiran 14. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing I Lampiran 15. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing II xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu gangguan kehilangan fungsi serebral yang disebabkan terhentinya suplai darah ke otak, yang menimbulkan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal yang mengalami gangguan (Smeltzer & Bare, 2005). Penderita stroke akan mengalami beberapa kecacatan yang disebabkan kerusakan pada bagian otak. Penyakit ini terjadi pada semua kelompok umur akan tetapi akan meningkat pada usia 55 85 tahun (Morris & Schroeder, 2001). Kejadian stroke menurut American Heart Asotiation (AHA) 2013 kejadian kematian karena stroke mencapai 23% dari jumlah penderita stroke. Rata rata setiap 4 menit terjadi kematian yang diakibatkan stroke. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 adalah delapan perseribu penduduk atau 0,8 persen. Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5% atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Penderita stroke di Indonesia disebabkan iskemik sebesar 52,9%, perdarahan intraserebral (hemoragik) 38,5 %, emboli 7,2% dan perdarahan subaraknoid 1,4 % (Dinata, Safrita, & Sastri, 2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Sub Bagian Rekam Medik di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada tanggal 11 Oktober 1

2 2013, pada tahun 2012 jumlah kunjungan pasien stroke sebanyak 2560. Pada tahun 2013 periode Januari sampai dengan September jumlah kunjungan pasien stroke sebanayak 2420. Data ini menunjukan bahwa angka stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sangat tinggi. Stroke dapat menimbulkan gangguan neuropsikiatrik negatif. Gangguan ini mempengaruhi fungsi sosial, kualitas hidup dan pemulihan fungsi motorik pada penderita stroke. Kejadian gangguan neuropsikiatrik diantaranya adalah depresi, gangguan kecemasan, bingung, dan psikosis sering terjadi setelah stroke. Kejadian neuropsikiatrik yang paling dominan terjadi pada stroke adalah depresi (Altieri, et al., 2012). Post Stroke Depresion (PSD) adalah depresi yang terjadi setelah serangan stroke. Depresi pada pasien stroke diakibatkan karena ketidakberdayaan fisik yang diakibatkan oleh penurunan kemampuan motorik (Morris & Schroeder, 2001). Angka kejadian PSD bervariasi antara 20% - 60%. Huff, Ruhrmann, dan Sitzer (2001 ) mengemukakan kejadian depresi pada pasien stroke sekitar 30 40 %. Pada penelitian yang dilakukan Carole, dkk (2011), dari 2477 responden yang mengalami depresi adalah 19 % atau sekitar 478, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Altieri, dkk (2012) menunjukan angka 41% mengalami PSD. Berdasarkan survai yang dilakukan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tanggal 12-13 Oktober 2013 dengan menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale for Depresion (HRSD) didapatkan data yang menunjukan sebagian besar pasien stroke mengalami

3 depresi. Dari survai tersebut diketahui 5 dari 8 orang penderita stroke mengalami depresi dengan rincian 2 orang mengalami depresi ringan, 1 orang depresi sedang dan 2 orang mengalami depresi berat. Salah satu upaya untuk mencegah depresi adalah dengan pendekatan spiritual (Robby, 2013). Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap mekanisme koping seseorang, sehingga seseorang harus mengasah kemampuan kecerdasan spiritual guna membangun mekanisme koping yang konstroketif (Putra, 2012). Perkembangan yang baik dalam aspek spiritual dapat menjadikan seseorang lebih bisa memaknai kehidupan dan memiliki penerimaan diri terhadap kondisinya sehingga memberikan respon positif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya (Nurmaafi, 2013). Kecerdasan spiritual mempengaruhi perilaku seseorang dalam berespon. Kecerdasan spiritual dapat digunakan dalam masalah yang krisis dalam hidup seseorang. Kecerdasan spiritual merupakan dimensi untuk mendapatkan kekuatan ketika menghadapi depresi, penyakit fisik dan masalah psikis seseorang (Zohar & Marshall, 2007). Kecerdasan spiritual penting untuk bisa memaknai hidup. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan mampu menghadapi pilihan dan kenyataan hidup yang baik ataupun buruk serta menghadapi permasalahan yang ada tiba- tiba (Agustin, 2001). Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan

4 dengan yang lain (Agustin, 2001). Seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi akan mempunyai manfaat yaitu menjadikan orang lebih kreatif, mampu mengatasi masalah dalam hidup yang mengakibatkan depresi, dapat menyatukan hal hal yang besifat intrapersonal dan interpersonal. Selain itu kecerdasan spiritual juga menjadikan manusia yang apa adanya dan memberi potensi untuk terus berkembang. Kecerdasan spiritual dapat digunakan saat masalah krisis yang membuat kita merasa kehilangan keteraturan diri dan mampu menghadapi pilihan dan realitas yang ada dan untuk mencapai kematangan pribadi (Zohar & Marshall, 2007). Berdasarkan latar belakang kejadian depresi pada penderita stroke dan peran kecerdasan spiritual dalam kehidupan seseorang. Serta tingginya kejadian depresi pada penderita stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. B. Rumusan Masalah Stroke akan menimbulkan dampak berupa depresi karena ketidakberdayaan fisik yang diakibatkan oleh penurunan kemampuan motorik. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan mampu menghadapi pilihan dan kenyataan hidup yang baik ataupun buruk serta menghadapi permasalahan yang ada tiba- tiba yang mengakibatkan depresi. Dari permasalahan permasalahan di atas peneliti merumuskan masalah

5 penelitian apakah ada hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini antara lain : a. Mengetahui karakteristik umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan lama kejadian stroke responden pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. b. Mengetahui gambaran tingkat kecerdasan spiritual pada pasien stroke c. Mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien stroke d. Mengetahui tingkat hubungan kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

6 D. Manfaat penelitian pihak. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua 1. Peneliti Bagi peneliti penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh pengetahuan baru mengenai hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke. 2. Instansi Pendidikan Manfaat penelitian bagi instansi pendidikan adalah untuk mengembangkan pengetahuan dalam pembelajaran tentang stroke, serta pengaruh kecerdasan spiritual terhadap depresi yang terjadi setelah stroke. 3. Rumah sakit Manfaat penelitian bagi rumah sakit dapat dijadikan masukan dan pertimbangan rumah sakit agar memperhatikan aspek kecerdasan spiritual dalam pembuatan SOP. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan pasien untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. 4. Penelitian selanjutnya Penelitian ini dapat bermanfaat sebagi sumber referensi penelitian selanjutnya mengenai faktor faktor yang mempengaruhi depresi pada pasien stroke serta upaya untuk menangani depresi tersebut.

7 E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan tingkat spiritualitas atau depresi pada pasien stroke antara lain : 1. Wahyuni (2008) Pengaruh Layanan Konseling Dalam Menurunkan Tingkat Depresi Pasca Stroke Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan depresi pasca stroke. Penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen dengan membandingkan kelompok eksperimen dan kelompok control. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling accidental sampling. Analisis data menggunakan Independent t-test, sedangkan Paired sample t- test digunakan untuk menguji pengaruh layanan konseling dalam menurunkan depresi pada penilaian yang kedua (post test). Semua uji statistik dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% (alfa : 0,05). Hasil penelitian ini diperoleh terhitung sebesar= 11,781 dengan p (sig.) sebesar= 0,000 dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang bermakna penurunan depresi pasca stroke di RS Bethesda Yogyakarta setelah perlakuan menggunakan konseling. 2. Retnasari, Kristiyawati, dan Solechan (2012) Hubungan Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living dengan Depresi Pada Pasien Stroke Di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat ketergantungan ADL dengan depresi pada pasien stroke Di RSUD Tugurejo Semarang. Metode penelitian deskriptif

8 korelatif. Menggunakan purposiv sampling dengan jumlah 20 responden. Hasil penelitian menunjukan hubungan yang signifikan antara depresi dengan ADL pasien stroke. 3. Dwijayanto (2010) Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Hidup Orang HIV/AIDS. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan spiritual dengan motivasi hidup orang HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan incidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner yang bisa diukur dengan menggunakan skala. Analisis statistik yang digunakan adalah Korelasi Product moment. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan motivasi hidup HIV.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Stroke a. Pengertian Stroke Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000). Menurut WHO (world Health Organitation) Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat mengakibatkan kematian, disebabkan gangguan peredaran darah otak. Price & Wilson (2006) menjelaskan pengertian dari stroke adalah setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. 9

10 b. Klasifikasi Stroke Secara umum di klinis dikenal 2 jenis stroke yaitu stroke iskemik (non hemoragik) dan stroke hemoragik. Stroke non hemoragik dibagi menjadi stroke trombolik dan stroke embolik. Stroke trombolik diakibatkan karena faktor - faktor darah dimana pembuluh darah yang menyempit. Stroke embolik terjadi karena tertutupnya secara mendadak arteri otak oleh sumbatan atau benda asing yang terbawa oleh darah. Stroke hemoragik yaitu suatu gangguan peredaran darah otak yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakhnoid. Tanda yang terjadi adalah penurunan kesadaran, pernapasan cepat, nadi cepat, gejala fokal berupa hemiplegi, pupil mengecil, dan kaku kuduk (Prasetya, 2002). Klasifikasi stroke ditentukan berdasarkan atas manifestasi klinis, proses patologi pada otak dan lesinya. Klasifikasi pada stroke berdasarkan manifestasi klinisnya tebagi menjadi Transient ischemic attack (TIA), Stroke in evolution (SIE), Reversible ischemik stroke neorogikal deficit (RIND), Completed stroke. Klasifikasi stroke berdasarkan proses patologisnya dapat dibedakan menjadi infark, perdarahan intraserebral, perdarahan subarachnoid. Pembagian stroke berdasar tempat lesi serebral yaitu berada di sistem karotis dan sistem vertebra basiler (Prasetya, 2002).

11 c. Faktor Risiko Stroke Faktor risiko yang dapat menimbulkan stroke sama seperti faktor risiko yang menyebabkan penyakit jantung dan saling berhubungan satu antara keduannya. Contohnya tekanan darah tinggi yang diakibatkan kolesterol tinggi signifikan risiko untuk penyakit jantung (Goldszmidt & Caplan, 2010). Faktor risiko terjadinya stroke menurut Mansjoer (2000) adalah: 1) Yang tidak dapat diubah Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke, penyakit jantung koroner, dan fibrilasi atrium. 2) Yang dapat diubah Faktor risiko stroke yang dapat diubah diantaranya hipertensi, diabetes mellitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, dan hematokrit meningkat. Faktor risiko stroke dibagi menjadi definite, possible dan disease maker. Faktor risiko definite diantaranya merokok, konsumsi alkohol, konsumsi narkoba, umur, jenis kelamin, ras dan genetik. Faktor risiko possible diantaranya penggunaan kontrasepsi oral, diet, tipe personal lokasi geografi, iklim, cuaca, sosial ekonomi, inaktifasi fisik, obesitas, lemak yang berlebihan. Faktor risiko disease maker diantaranya hipertensi, penyakit jantung, TIA, peningkatan hematokrit, Diabetes

12 militus, Carotid Bruit, Elevated fibrinogen concentration dan sakit kepala migren. d. Etiologi Smeltzer & Bare (2002) menyatakan stroke biasanya diakibatkan dari salah satu empat kejadian diantaranya thrombosis, embolisme serebral, iskemia, hemoragi serebral. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher. Embolisme serebral merupakan bekuan darah atau material lain yang di bawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibat dari keempat kejadian tersebut mengakibatkan penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi. e. Patofisiologi Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis interna. Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak melalui empat mekanisme yaitu Penebalan

13 dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke jaringan (hemorrhage). Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan otak (Smeltzer & Bare, 2005). Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalurjalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya peristiwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran darah serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen (Smeltzer & Bare, 2005).

14 Perdarahan arteri / Oklusi Penurunan tekanan perfusi vaskularisasi distal Anoreksia Iskemi Pelebaran arteri kontra lateral Aktifitas elektrik Terhenti Metabolisme Anaerob Pompa natrium dari kalium Metabolism asam Natrium dan air masuk ke sel Asidosis lokal Edema intra sel Pompa natrium gagal Edema ekstra sel Edema dan nekrosis Perfusi jaringan serebral terganggu Sel mati secara progresif (defisit fungsi otak) f. Tanda dan Gejala Gambar 2.1 Gambaran patofisiologi stroke Sumber (Wanhari, 2008). Tanda dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau

15 kesulitan melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih (Smeltzer & Bare, 2005). g. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penyakit stroke adalah: 1) Pemeriksaan fisik dan riwayat pasien Dalam penegakan diagnosa pemeriksaan riwayat dan pemerikasaan fisik sangatlah penting. Pemeriksaan riwayat pasien dapat dilakukan pada keluarga apabila penderita stroke mengalami gangguan dalam komunikasi. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan berupa tes fungsi neurogi (Goldszmidt & Caplan, 2010). 2) Angiografi serebral Angiografi serebral merupakan tindakan non invasif dengan mnggambarkan pembuluh darah (Goldszmidt & Caplan, 2010). Angiografi serebral digunakan untuk membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan, obstrokesi arteri atau adanya titik oklusi/ rupture (Smeltzer & Bare, 2005).

16 3) Imaging Studies CT-scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah teknik yang digunakan untuk menggambarkan anatomi serebral pada penderita stroke. penggambaran daerah serebral digunakan untuk melihat gambaran prognosis stroke (Goldszmidt & Caplan, 2010). CT- scan digunakan untuk menggambarkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark. MRI dapat menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena (Smeltzer & Bare, 2005). 4) Pungsi Lumbal Pungsi lumbal digunakan untuk mengetahui adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi (Smeltzer & Bare, 2005). 5) Ultrasonografi Doppler Ultrasonografi Doppler merupakan tindakan non invasif dengan menggunakan glombang suara. Ini digunakan untuk menggambarkan visualisasi stroketur dan aliran darah dalam tubuh (Goldszmidt & Caplan, 2010). Ultrasonografi doppler digunakan

17 dalam diagnostik untuk mengidentifikasi penyakit atau gangguan pada arteriovena (Smeltzer & Bare, 2005). 6) EEG (Electroencephalography) EEG digunakan untuk mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik (Smeltzer & Bare, 2005). 7) Sinar X Sinar X digunakan untuk menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral (Smeltzer & Bare, 2005). h. Penatalaksanaan Medis Penatalaksaan medis menurut menurut meliputi diuretik, antikoagulan, dan antitrombosit (Smeltzer & Bare, 2005). Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler. Pemberian antitrombosit berupa upaya revaskularisasi. Penggunaan antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi dalam pembuluh darah. Pemberian trombolitik dapat diberikan melalui intravena maupun intraarteri. Tindakan ini digunakan pada tipe stroke non hemoragik (Yuniadi, 2010).

18 Adapun terapi yang dapat dilakukan salah satunya Therapeutic hipotermia merupakan terapi neuroprotection yang efektiv pada stroke iskemik akut. Terapi ini adalah membuat keadaan pasien dalam keaadaan suhu dibawah normal agar mengurangi metabolism tubuh terutama di otak dengan menggunakan pendingin. Terapi ini dilakukan setelah terjadinya iskemik pada serebral dengan tanda gejala kerusakan pada daerah fokal yang mengalami iskemi (Worp, Macleod, & Kollmar, 2010). Penatalaksanaan lain yang dapat dilakukan pada penderita stroke adalah dengan cara pembedahan. Tujuan dari pembedahan adalah memperbaiki aliran darah menuju ke otak. Penatalaksanaan menggunakan prosedur carotid ende rectomy, atau ulseratif erosclerotic plaque pada carotid artery yang dihilangkan (Goldszmidt & Caplan, 2010). Terapi lain yang dapat dilakukan pada rehabilitasi stroke diantaranya terapi okupasi, terapi bicara, fisioterapi dan hipnosis. Terapi okupasi dilakukan untuk mengembalikan kemandirian dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari, kemampuan fungsional (Krug & McCormack, 2009). Terapi fisik adalah terapi yang dilakukan untuk melatih kekuatan otot pasien dengan meggunakan latihan. Gangguan bicara pada pasien yan mengalami Disatria dan Afasia dapat dilakukan terapi wicara untuk memperbaiki komunikasi pasien (Goldszmidt & Caplan, 2010). Hipnosis pada penderita stroke dilakukan untuk

19 meningkatkan pergerakan, kekuatan otot pada penderita stroke. selain itu hypnosis juga mereduksi spasicity dari paretic upper limb (Diamond, Davis, Schaechter, & Howe, 2006). i. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke diantaranya : 1) Hipoksia serebral Hipoksia serebral dapat diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan (Smeltzer & Bare, 2005). 2) Penurunan aliran darah serebral Penurunan aliran darah serebral ini bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera (Smeltzer & Bare, 2005). 3) Embolisme serebral Emboli serebral terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.

20 Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki (Smeltzer & Bare, 2005). 4) Depresi Dampak lain dari stroke adalah depresi, yaitu berupa gangguan emosi pada pasien stroke yang sering terjadi (Retnasari, Kristiyawati, & Solechan, 2012). Post Stroke Depresion (PSD) adalah komplikasi yang paling sering. Kejadian ini dikarenakan lesi serebrovaskular. Masih banyak ketidakpastian mengenai mekanisme sebab-akibat dan faktor risiko. Pasien stroke dengan PSD tidak hanya memiliki tingkat kematian lebih tinggi, akan tetapi bisa terjadi kegagalan dalam program rehabilitasi. Akibat dari kegagalan program rehabilitasi akan terjadi memburuknya fungsional dan kualitas hidup pasien stroke (Yuniadi, 2010). Angka kejadian depresi pada pasien stroke bervariasi antara 20% sampai 60% dari penderita stroke (Altieri, et al., 2012).

21 2. Depresi a. Definisi Depresi Kartono (2002) mendefinisikan depresi sebagai kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Nuri (2007) mendefinisikan depresi sebagai gangguan pemikiran yang mempengaruhi perasaan, motivasi dan perilaku dalam memandang diri, lingkungan dan masa depan dengan skema kognitif negatif (pesimis). Depresi ditandai oleh kesedihan mendalam, perasaan putus asa, menarik diri dari lingkungan sosial, gangguan tidur, makan, menurunnya dorongan seksual serta hilangnya minat dan kesenangan pada aktivitas yang biasa dikerjakan. Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan.

22 Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan bersalah, dan tidak berharga menarik diri dari orang lain, kehilangan minat untuk tidur, dan hal yang tidak menyenangkan lainya (Nasir & Muhith, 2011). Dari beberapa pengertian dapat mendefinisikan depresi adalah suatu gangguan peasaaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, putus asa, Depresi biasanya disertai tanda-tanda retradasi psikomotor atau kadang kadang agitai, menarik diri dan bisa mengakibatkan ganggua vegetative seperti insomnia dan anorksia. b. Faktor Penyebab Depresi Faktor yang menyebabkan depresi menurut teori Stres Vulnerability model diantaranya Genetika dan riwayat keluarga, kerentanan psikologis, lingkungan yang menekan (stresful) dan kejadian dalam hidup (live events), dan faktor biologis. Orang dengan riwayat keluarga penderita depresi makakemungkinannya terkena depresi akan sedikit lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya. Kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berpernan dalam mendorong munculnya depresi. Orang orang yang kurang percaya diri, sering merasa cemas, terlalu bergantung pada orang lain atau terlalu mengharap pada dirisendiri, perfeksionist merupakan jenis orang yang gampang terkena depresi. faktor biologis depresi kadang muncul setelah melahirkan atau terkena infeksi virus atau infeksi

23 lainnya (Jiwo, 2012). Faktor menjadi penyebab depresi diantaranya faktor biologis dan faktor psikologis. Kedua faktor ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Nuri, 2007) 1) Faktor Biologis Secara biologis faktor yang berperan dalam depresi adalah neuroendokrin, dan biogentik amin. Abnormalias metabolit genetic amin yang sering dijimpai adalah 5 - hydroxyl indoleacetik acid (5-HIAA). Homovalinic acid (HVA), 3- Methoxcy 4- hydroxyplenyglicol (MHPG). Pada orang yang mengalami depresi terjadi gangguan metabolik biogenic amin pada darah, urin, dan cairan serebrospinal. Dari biogenic amin serotonin dan norepineprin merupakan neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi depresi. Hipotalamus merupakan pusat pengatur aksis neuroendokrin. Noreepineprin mempunyai efek inhibisi terhadap aksis HPA (aksis hipotalamus pitutari ardernal). Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa

24 norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. 2) Faktor Psikologis Peristiwa kehidupan dapat mengkibatkan stres baik akut ataupun kronik. Orang depresi karena berhadapan dengan kondisi yang memang bisa menimbulkan depresi. Berdasarkan sigmud freud menyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat mencetuskan depresi. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres lebih sering akan mengakibatkan adanya depresi. Stres akan mengakibatkan perubahan biologi otak. Perubahan tersebut mengakibatkan adanya perubahan transmitter dan sistem pemberi sinyal intraneuronal. Hal ini mengakibatkan adanya risiko terjadinya depresi pada tahap stres berikutnya. c. Depresi Pada Pasien Stroke Depresi dapat mengenai siapa saja, tetapi orang-orang dengan penyakit yang serius seperti stroke memiliki risiko lebih tinggi (Steffens, Krishnan, Crump, & Burke, 2002). Post Stroke Depresion (PSD) adalah depresi yang terjadi setelah serangan stroke (Menurut Huff, Ruhrmann, dan Sitzer 2001). Depresi pasca-stroke merupakan kelainan neuropsikologis yang paling sering dijumpai setelah suatu serangan stroke. Beratnya depresi yang terjadi mempunyai kaitan

25 dengan lokasi lesi di otak dan depresi memberi dampak negatif terhadap penyembuhan stroke (Suwantara, 2004). Depresi pada seseorang yang mengalami stroke diakibatkan mengalami iskemi yang kemudian akan mengakibatkan perubahan aksis hipotalamus pitutari adrenal aksis simpato adrenal, dan aksis tiroid yang saling mempengaruhi sistem tubuh. Proses biokimiawi berupa abnormalitas neurotransmiter secara luas akan mengakibatkan terganggunya singal neuronal (Kootker, Fasotti, Rasquin, Heugten, & Geurts, 2012). Gangguan psikiatrik dapat dialami oleh pasien stroke. Kejadian PSD bervariasi antara 20% - 60% penderita stroke. Pada penelitian yang dilakukan oleh Carole dkk dari 2477 partisipan yang mengalami depresi adalah 19 % atau sekitar 478 (White, et al., 2011). Hal ini diakibatkan karena ketidak berdayaan fisik yang diakibatkan oleh stroke. Pada penelitian yang dilakukan oleh Altieri dkk menunjukan angka PSD pada penelitian yang dilakukan pada 105 pasien 41% (43) diantaranya mengalami komplikasi PSD ini (Altieri, et al., 2012). d. Gambaran Klinis Depresi Post Stroke Tanda dan gejala pada pasien dengan depresi post stroke dapat berupa depresi ringan sampai berat. Gejala utama adalah gangguan afek (mood) yang disertai kriteria B dari episode depresi. Kriteria B

26 diantaranya adalah mood terdepresi hampir setiap hari yang di tunjukan oleh laporan subjektif atau pengamatan, hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua aktifitas, kurangnya nafsu makan dan penurnan berat badan, insomnia atau hipersomnia, agitasi atau regradasi psikomotrik, rasa letih, hilang semangat, perasaan tidak berguna dan perasaan bersalah berlebihan, kurangnya kemampuan befikir atau konsentrasi dan pikiran berulang tentang kematian, gagasan bunuh diri atau usaha bunuh diri (Nuri, 2006). e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Depresi Post Stroke Banyak hal yang dianggap menjadi faktor risiko timbulnya depresi setelah seseorang mengalami stroke. Pengukuran depresi post stroke seperti usia, jenis kelamin, setatus perkawinan, lingkungan, dukungan sosial, konseling dan keadaan penyakit. 1) Usia Pada penelitian yang dilakukan Carole (2011), menggambarkan makin tua usia pederita stroke kecenderungan mengalami depresi semakin besar. Depresi pasca stroke paling banyak dijumpai pada kelompok umur 45 64 tahun (Nuralita, 2012). Depresi sebagai dampak dari gangguan fungsional, dan tidak adanya dukungan sosial. 2) Jenis kelamin Bedasarkan jenis kelamin wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Penelitian, penderita wanita dua kali lebih

27 banyak dibandingkan pria. Penderita wanita beratnya depresi berdasarkan kerusakan hemisfer kiri, gangguan kognitif dan riwayat gangguan psikiatrik sedangkan pada pria depresi dikarenakan gangguan kemampuan melakukan memenuhi kebutuhan fungsional (Hapsari & Ardiansyah, 2006). 3) Lingkungan tempat tinggal pasca stroke Dari penelitian yang dilakukan Soertidewi (2009), didapatkan kejadian depresi pada penderita yang tinggal di rumah sakit 25%, perawatan di rumah 45%, tinggal dengan pasangan 31%, dan yang paling rendah adalah pda penderita yang tinggal sendiri sekitar 17%. 4) Stratus pernikahan Status pernikahan berpengaruh terhadap kejadian depresi pada pasien stroke (Herlina, 2003). Persentase depresi post stroke diantaranya yang paling tinggi adalah pada penderita yang bercerai 40%, berpisah 33%, kematian pasangan 28% sedangkan yang belum menikah dan masih dalam status pernikahan lebih rendah sekitar 21% dan 20% (Soertidewi, 2009). 5) Status sosial Soertidewi (2009) menjelaskan depresi terjadi lebih tinggi pada status sosial yang lebih rendah 36% dibandingkan mereka dengan tingkat sosia yang lebih tinggi 25 %.

28 6) Tingkat ketergantungan ADL Tingkat ketergantungan ADL pada pasien stroke mengakibatkan meningkatnya kejadian depresi. Pada penelitian yang dilakukan ratnasary dkk, (2012) menunjukan kejadian depresi terjadi sebanyak 60% pada depresi sedang pada variabel ADL sangat tergantung sebanyak 45%. Hasil analisis yang dilakukan menunjukan r = 0,499, ini menunjukan adanya hubungan antara ketergantungan ADL dengan depresi stroke. Semakin tinggi ketergantungan ADL semakin tinggi tingkat depresi yang dialami oleh pasien stroke (Ratnasari et al., 2012). 7) Stresor psikososial Aspek psikososial berupa penyesuaian sosial sebelum dan sesudah stroke berpengaruh terhadap terjadinya stroke. Penyesuaian sosial pada pasien yang mengalami depresi pasca stroke yaitu subyek mengalami hambatan untuk berperilaku sosial dan untuk menjalankan perannya karena beberapa faktor penghambat yaitu keterbatasan fisik pasca stroke (gerak motorik yang lambat serta penurunan kemampuan berkomunikasi), faktor psikologis subyek serta faktor lingkungan subyek. (Simanjuntak, 2010). 8) Dukungan sosial Dukungan sosial menurunkan kejadian depresi pada

29 pasien stroke. terdapat perbedaan kelompok yang mendapatkan dukungan sosial dibandingkan dengan tanpa dukungan sosial (Anggarani, 2009). 9) Layanan konseling Penelitian yang dilakukan Sri (2008) menggambarkan bahwa intervensi konseling pada pasien depresi pasca stoke, signifikan dapat menurunkan tingkat depresi pasca stroke. 10) Status pekerjaan Pada penelitian yang dilakukan Herlina (2003), pada pasien yang bekerja akan mengalami kejadian depresi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang tidak bekerja (Nuralita, 2012). 3. Kecerdasan Spiritual a. Definisi Kecerdasan Spiritual Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual dalam SQ berasal dari bahasa latin Sapientia (Sophia) dalam bahasa yunani yang berati kearifan (Zohar dan Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki

30 spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi. mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang kecerdasan spiritual menurut para ahli dalam zohar dan Marshall (2001) dan agustian (2001): 1) Sinetar (2000) Kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi, dan penghayatan ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian di dalamnya. 2) Khavari (2000) Kecerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi nonmaterial atau jiwa manusia. Manusia harus mengenali seperti adanya lalu menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi. 3) Zohar dan Marshall (2001) Kecerdasan spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti

31 alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan. 4) Agustian (2001) Kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk meberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Tuhan. Dapat disimpulkan bahwa definisi kecerdasan. Spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan seseorang dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta Tuhan dan sesama makhluk hidup karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif. b. Faktor faktor Kecerdasan Spiritual Faktor faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual diantaranya (Zohar & Marshall, 2007): 1) Sel Saraf Otak Otak menjadi jembatan kehidupan antara kehidupan lahir dan batin manusia. Hal ini dikarenakan otak manusia bersifat kompleks, fleksibel, adaptif, dan mampu mengorganisasikan diri, sehingga otak merupakan basis dari kecerdasan spiritual.

32 2) Titik Tuhan Titik Tuhan ditemukan pada lobus temporal serebrum. Lobus temporal akan meningkat bila pengalaman religious atau spiritual berlangsung. Bagian ini akan bercahaya ketika melakukan kegiatan religious yang bersifat spiritual sehingga ini yang disebut kecerdasan spiritual. c. Kriteria Orang Memiliki Kecerdasan Spiritual Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001) diantaranya kesadaran diri, spontanitas, terbimbing oleh visi dan nilai, kepedulian, merayakan keragaman, indenpendensi terhadap lingkungan, kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan, kemampuan untuk membingkai ulang, memanfaatkan kemalangan secara positif, rendah hati, rasa keterpanggilan, holism dan konektifitas. Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang diyakini dan sadar akan tujuan hidup yang paling dalam. Kepedulian yaitu sifat ikut merasakan dan empati. Merayakan keragaman, yaitu menghargai perbedaan orang lain. Indenpendensi terhadap lingkungan yaitu keanggupan dalam mempertahan kan keyakinan. Kecenderungan untuk mengajukan pertayaan mendasar mengapa untuk mengkritisi apa yang ada. Kemampuan untuk membingkai ulang yaitu berfokus pada masalah untuk mencari gambaran yang lebih luas. Memanfaatkan kemalangan secara positif yaitu mampu

33 menghadapi permasalahan kehidupan. Rasa keterpanggilan yaitu terpanggil untuk melakukan sesuatu yang lebih besar, dan berterimakasih kepeda mereka yang pernah menolong. Holism dan konektifitas yaitu kesanggupan untuk melihat pola hubungan dan keterkaitan yang lebih luas kesadaran akan keterlibatan kuat. d. Manfaat Kecerdasan Spiritual Seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi akan mempunyai manfaat diantaranya menjadikan orang lebih kreatif, mampu mengatasi masalah dalam hidup, menyatukan hal hal yang besifat intrapeonal dan interpersonal. Selain itu kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang apa adanya sekarang dan memberi potensi untuk terus berkembang. Kecerdasan spiritual dapat digunakan saat masalah krisis yang membuat kita merasa kehilangan keteraturan diri, mempunyai kemampuan beragama yang benar tanpa harus fanatik, mampu menghadapi pilihan dan realitas yang ada apapun bentuknya. Kecerdasan spiritual juga dapat digunakan untuk mencpai kematangan pribadi yang lebih utuh (Agustin,2001).

34 B. Kerangka Teori Stroke Iskemi jaringan otak Kecacatan Perubahan aksis hipotalamus, adrenal aksis simpato adrenal, dan aksis tiroid Kehilangan pemenuhan kebutuhan fungsional Gangguan neurotransmitter serotonin, epineeprin dan dopamin Stress meningkat Faktor penyebab depresi 1. Biologis 2. Psikologis Depresi Mampu mengatasi masalah hidup yang mengakibatkan depresi Faktor yang mempengaruhi depresi post stroke 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Status sosial 4. Status pernikahan 5. Lingkungan tempat tinggal pasca stroke Seseorang lebih kreatif dalam berpikir Kecerdasan Spiritual Gambar. 2.2 Kerangka Teori Penelitian

35 C. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah fokus penelitian yang akan diteliti. Kerangka konsep terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Penelitan ini dapat digambarkan dengan kerangka konsep sebagai berikut. Variabel Bebas Kecerdasan Spiritual Variabel Terikat Depresi Variabel Pengganggu Jenis kelamin Status sosial Status pekerjaan Status pernikahan Lingkungan rehabilitasi pasca stroke. Faktor biologis Faktor psikologis Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel pengganggu

36 D. Hipotesis Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari suatu penelitian. Kesimpulan sementara ini belum sempurna sehingga perlu adanya pembuktian dengan penelitian. Hipotesis penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah penelitian, maka peneliti mengambil hipotesis nol dari penelitian adalah tidak ada hubungan kecerdasan spiritual dengan depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional merupakan penelitian yang pelaksanaannya dilakukan secara sekaligus pada suatu saat. Penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke (Nursalam, 2003). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Waktu penelitian dilakukan pada Desember 2013 sampai dengan Januari 2014. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Populasi penelitian ini adalah pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 37

38 2. Sampel Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah Consecutive sampling. Consecutive sampling yaitu mengambil sampel dari semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria sampel sampai jumlah subyek terpenuhi. Teknik sampling ini merupakan teknik non probability sampling yang baik dan mudah dilakukan (Saryono, 2009). Sampel penelitian ini didasarkan pada kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini yaitu : a. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah : 1) Pasien dengan diagnosa stroke non hemoragik. 2) Bersedia menjadi responden. 3) Usia responden 40 65 tahun. 4) Responden dengan status menikah dengan pasangan masih hidup dan tinggal dalam satu rumah. b. Kriteria ekslusi penelitian ini yaitu : 1) Pasien stroke dengan gangguan komunikasi. 2) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran (GCS <15). 3) Pasien yang mempunyai riwayat gangguan jiwa. Jumlah sampel dihitung berdasarkan jumlah populai perbulan yang diketahui. Penentuan besar sampel menggunakan rumus Isaac dan Michael. Standar error yang digunakan peneliti adalah 5% karena sifat penelitian adalah sosial dan tidak membahayakan jiwa responden dalam penelitian ini. Maka penentuan sampel dapat ditentukan dengan rumus ;

39 = l... ( )+ l.. Keterangan n = jumlah sampel l 2 = harga tabel chi kuadrat untuk α = 1 N = jumlah populasi P = Q = proporsi dalam populasi = 0,5 d 2 = ketelitian (error) = 0,05 Berdasarkan rumus di atas maka dapat diketahui jumlah sampel dari penelitian ini adalah : n = 12.135.0,5.0,5 0,05 (135 1) + 12.0,5.0,5 = 57,6923 Berdasar rumus ini maka jumlah minimal responden yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 57.6923 responden dengan pembulatan menjadi sebesar 58 responden. Dalam pelaksanaan penelitian melibatkan 60 responden. C. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan ukuran yang dimiliki atau didapatkan dari suatu penelitian (Nursalam, 2003). Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel independen dan variabel dependen

40 1. Variabel independent Variabel independent (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab timbul perubahan dari variabel dependent, dapat dikatajan pula sebagai mempengaruhi variabel dependent. Variabel independent dalam penelitian ini adalah kecerdasan spiritual 2. Variabel dependent Variabel dependent (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu depresi.

41 D. Definisi Operasional Table 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian Kecerdasn spiritual Definisi Operasional kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Cara Ukur Hasil Skala Kuesioner yang diukur dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 24 item pertanyaan. Setiap item terdiri dari jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), Kurang Setuju (KS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pertanyaan favorable jawaban SS nilainya 4, S nilainya 3, KS nilainya 2, STS nilainya 1. Untuk pertanyaan unfavorable jawaban SS nilainya 1, S nilainya 2, KS nilainya 3, STS nilainya 4. 1. Tinggi = 73-96 2. Sedang = 49-72 3. Rendah = 24 48 Ordinal Depresi Gangguan kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang Questioner Hamilton Rating Scale for depression 1. Normal = 0 7 2. Ringan = 8 13 3. Sedang = 14 18 4. Berat = 19 22 5. Sangat berat = 23 50 Ordinal E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner

42 merupakan jenis pengumpulan data secara formal pada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan data kuesioner dibedakan menjadi pertanyaan terstroketur dan tidak terstroketur (Nursalam, 2003). Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu 1. Kuesioner I : Kecerdasan Spiritual Instrumen kecerdasan spiritual pasien stroke berupa kuesioner yang diadopsi dari instrumen Prihatini, (2012). Untuk mencatumkan karakteristik responden maka dicantumkan kuesioner yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Kuesioner terdiri dari 24 pertanyaan. Setiap item terdiri dari jawaban sanagat setuju (SS), setuju (S), Kurang Setuju (KS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk penilaian pertanyaan favorable Jawaban SS nilainya 4, S nilainya 3, KS nilainya 2, STS nilainya 1. Untuk penilaian pertanyaan unfavorable jawaban SS nilainya 1, S nilainya 2, KS nilainya 3, STS nilainya 4. Penafsiran hasil skor 73 96 adalah tinggi, 49 72 sedang dan 24 48 rendah. jenis pertanyaan favorable dan unfavorable dapat dilihat dalam tabel 3.2. Tabel 3.2 Jenis item pertanyaan No. Jenis Pertanyaan Nomor Item pertanyaan 1 pertanyaan favorable 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24 2 pertanyaan unfavorable 6, 8, 10, 10, 11, 12, 15 dan 18 2. Koisioner II : Depresi Instrumen depresi menggunakan kuesioner yang sudah baku yaitu Questioner hamilton Rating scale for depression. Hasil yang didapat

43 maka didapatkan pengelompokan depresi berdasarkan skor. Pembagian skor depresi antara 0 50 dengan penafsiran tidak ada depresi (normal) skor 0 7, ringan skor 8-13, sedang skor 14 18, berat skor 19-22, sangat berat skor 23-50. F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2003). Reliabilitas merupakan suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Saryono, 2011). Kuesioner yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spiritual adalah adopsi dari kuesioner yang dibuat oleh Prihatini (2012). Untuk mengukur tingkat kecerdasan spiritual pada pasien stroke. Kuesioner ini diambil dari prinsip-prinsip, faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual dan kriteria orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang dijabarkan oleh Zohar and Marshall (2007). Uji validitas dilaksanakan dengan menggunakan 30 item pertanyaan pada 25 orang pasien stroke. Hasil uji validitas didapatkan 24 ditem pertanyaan yang valid dan 6 item pertanyaan yang tidak valid (item nomor 2,7,14,18,20 dan 21). Hasil uji validitas kuesioner ini menunjukan valid, dikarenakan mempunyai nilai r product moment > r tabel = 0,396. Hasil perhitungan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach menunjukan α = 0,928. Hasil α diantara 0,80 1,00 maka menunjukan instrumen sangat reliabel. Dengan hasil ini

44 maka instrumen dapat digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan spiritual pada pasien stroke. Kuesioner yang digunakan dalam mengukur depresi menggunakan Questioner Hamilton Rating Scale for depression. kuesioner ini merupakan instrumen yang sudah baku, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen. G. Langkah langkah Penelitian 1. Tahap persiapan yaitu menyiapkan proposal penelitian serta melakukan survai pendahuluan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Persiapan ini juga disertai dengan studi literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Penyusun proposal penelitian yang terlebih dahulu dikonsultasikan kepada pembimbing I dan II. 3. Pelaksanaan ujian proposal penelitian 4. Peneliti melakukan revisi proposal penelitian sebelum pelaksanaan penelitian yang kemudian dikonsultasikan kembali kepada pembimbing I, II, dan penguji. 5. Peneliti meminta izin kepada kantor sub bagian mahasiswa jurusan keperawatan dan diteruskan ke kesbangpol kabupaten Purbalingga, diteruskan ke bappeda kabupaten purbalingga kemudian diserahkan kepada Direktur RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga untu mengadakan penelitian di wilayah yang akan menjadi objek penelitian.

45 6. Mendapatkan izin penelitian, peneliti mengumpulkan data sampel dari rekam medic RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 7. Pelaksanaan uji validitas dan reabilitas kuesioner kepada 25 pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 8. Pelaksanaan penelitian dengan meminta persetujuan untuk menjadi responden penelitian. 9. Pengumpulan data yaitu peneliti melakukan pengukuran melalui kuesioner yang ada. 10. Data yang sudah lengkap kemudian diolah dengan menggunakan komputer dan menganalisis data yang telah diolah. 11. Tahap penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian. Setelah penelitian telah dilaksanakan, kemudian disusun dalam sebuah laporan penelitian yang akan dipertanggungjawabkan kepada peneliti. 12. Pelaksanaan ujian hasil penelitian. 13. Tahap perbaikan hasil penelitian. H. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data Sebelum dilakukan analisis data, sebelumya data diolah terlebih dahulu. Kegiatan mengolah data meliputi : a. Editing Editing adalah memeriksa pernyataan yang disarankan oleh pengumpul data. Tujuan dari editing adalah mengurangi kesalahan dan

46 kekurangan yang ada dalam lembar pernyataan yang telah diselesaikan responden. b. Coding Coding adalah mengidentifikasi jawaban dari responden ke dalam kategori. Klasifikasi dilakukan dengan cara member skor pada masingmasing jawaban berupa angka kemudian dimasukan ke dalam lembar jawaban agar mempermudah diolah dengan komputer. c. Tabulasi Tabulasi data adalah kegiatan memasukan hasil data peneltian kedalam tabel sesuai dengan kriteria untuk kemudian dianalisis. 2. Analisis data a. Analisa univariat Analaisis univariat dilakukan pada data penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi, frekuensi, ukuran tendensi sentral dan grafik. Analisa univariat dilakukan terhadap variabel penelitian yaitu mengetahi karkteristik responden, kecerdasan spiritual, dan depresi pada respoden. b. Analisa bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat. Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dan depresi pada pasien stroke.

47 Variabel yang dilakukan analisis menggunakan skala data ordinal non parametric sehingga uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Spearman Rank. Rumus yang digunakan adalah : r s = ² ( ² ) Keterangan : r s = koefisien korelasi spearman di = perbedaan skor antara dua kelompok n = jumlah kelompok Bila nilai p > 0,05 atau nilai p > α, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ini menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara kecerdasan spiritual dengan depesi. Namun sebaliknya jika p < 0,05 atau p < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ini menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kecerdasan spiritual dengan depresi. Penafiran terhadap kekuatan hubungan dari nilai koefisien korelasi spearman rank dalam tabel 3.2. Tabel 3.3 Interprestasi uji korelasi spearman rank Interval korelasi < 0,20 0,20 - < 0,40 0,40 < 0,60 0,60 - < 0,80 0,80 1,00 Hubungan variabel Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Angka yang dihasilkan dari nilai korelasi menunjukan kekuatan hubungan antara dua variabel yang diuji, semakin mendekati angka 1 maka kekuatan hubungan semakin kuat dan semakin menunju angka 0

48 maka kekuatan hubungan semakin rendah. Tanda positif dan negatif menunjukan sifat korelasi. Jika negatif maka hubungan antara variabel bersifat berlawanan arah, sedangkan apabila positif maka menunjukan hubungan bersifat searah. I. Etika Penulisan Etika penelitian yang digunakan pnulis dalam penelitian ini diantaranya : 1. Informed consent Informed consent atau lembar persetujuan diberikan kepada responden. Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian yang akan dilakukan. Setelah persetujuan disetujui responden kemudian responden diminta untuk mengisi kuesioner yang disediakan. 2. Anonimity Kerahasiaan responden dapat terjaga melalui anonimity, bagi responden yang tidak bersedia untuk disebutkan idntitasnya. Dengan ini peneliti tidak akan mencantumkan identitas responden dalam lembar pengumpulan data 3. Confidentiality Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data yang disajikan atau dilaporkan sebgai hasil riset dan tidak disampikan kepada pihak lain yang tidak terkait dalam penelitian.

49 J. Jadwal Kegiatan Penelitian Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian No Kegiatan 1 Persiapan penelitian 2 Survai pendahuluan 3 Penyusunan proposal 4 Seminar proposal 5 Perbaikan proposal 6 Perijinan penelitian 7 Pelaksanaan penelitian 8 Pengumpulan data 9 Pengolahan dan analisis data 10 Penyusunan hasil Seminar hasil 11 penelitian Perbaikan hasil 12 penelitian Bulan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Penelitian ini dilkasanakan selama 1 bulan pada bulan Desember 2013. Penelitian ini menggunakan kuesioner kecerdasan spiritual dan kuesioner Hamilthon Rating Scale For depression (HRSD). Penelitian ini dilakukan pada 60 responden yang ditemui di rawat jalan RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. 1. Karakteristik responden Karakteristik responden yang diteliti pada penelitian ini diantaranya Usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan dan lama sakit pada penderita stroke. Hasil penlitian didapatkan data karakteristik responden seperti terlihat di Tabel 4.1. Usia responden pada penelitian didapatkan usia minimal 41 tahun dan usia maksimal 65 tahun. Pada penelitian ini didapatkan kejadian stroke paling banyak pada usia 61 65 tahun sejumlah 20 responden (33,3%). Pada penelitian ini kejadian stroke mulai meningkat pada rentang usia 55 60 tahun. Hal ini dapat dilihat dari kejadian pada usia tersebut mulai meningkat dengan jumlah 15 50

51 responden (25%). Dari sebagian besar responden merupakan usia tua. Pada penelitian ini didapatkan data jenis kelamin dengan persentase wanita 56,7% (34 responden) dan laki- laki 43,3% (26 responden). Data ini menunjukan bahwa kejadian stroke pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini paling banyak dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 42 responden (70%). Ini menunjukan sebagian besar penderita stroke dalam penelitian ini adalah berpendidikan SD. Sedikit responden yang ditemukan dengan tingkat pendidikan tinggi. Hal ini ditunjukan dalam penelitian ini responden dengan tingkat pendidikan SLTA sejumlah 4 responden dan yang perguruan tinggi 1 responden Hasil penelitian mengenai jenis pekerjaan responden paling tinggi adalah petani sejumlah 19 reponden (31,7%), dan yang paling rendah adalah jenis pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 2 responden 3,3%. Pada penelitian ini didapatkan data yang didapat menunjukan sebagian besar reponden memiliki pekerjaan dan sebagian kecil yang tidak bekerja. Hal ini dilihat dari data penelitian didapatkan perbandingan 13,3% tidak bekerja dan 86,7% memiliki pekerjaan. Pada penelitian didapatkan responden paling banyak dengan lama sakit kurang dari 1 bulan sejumlah 23 responden (38,3%) dan yang paling sedikit dengan lama sakit lebih dari 5 tahun sebanyak 5

52 responden (8,3%). Hal ini menunjukan semakin lama sakit semakin sedikit responden yang dapat ditemui. Tabel 4.1 Tabel karakteristik responden Karakteristik responden Frekuensi Persentase Usia 40-45 tahun 4 6,7 46-50 tahun 11 18,3 51-55 tahun 10 16,7 56-60 tahun 15 25,0 61-65 tahun 20 33,3 Jenis kelamin Laki-laki 26 43,3 Wanita 34 56,7 Pendidikan SD 42 70,0 SLTP 13 21,7 SLTA 4 6,7 Perguruan tinggi 1 1,7 Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil 2 3,3 Wiraswasta 9 15,0 Buruh 5 8,3 Petani 19 31,7 Ibu Rumah Tangga 17 28,3 Tidak Bekerja 8 13,3 Lama Sakit < 1 bulan 23 38,3 1 bulan - 1 tahun 15 25,0 1 tahun - 5 tahun 17 28,3 > 5 tahun 5 8,3 2. Tingkat kecerdasan spiritual pada pasien stroke Penelitian ini membagi tingkat kecerdasan spiritual menjadi 3 yaitu tingkat kecerdasan spiritual rendah, sedang dan tinggi. Hasil dari penelitian mengenai tingkat kecerdasan spiritual pada pasien stroke di

53 RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Tingkat kecerdasan spiritual Tingkat kecerdasan spiritual Frekuensi Persentase Rendah 8 13,3 Sedang 40 66,7 Tinggi 12 20,0 Jumlah 60 100 Tabel 4.2 menunjukan hasil penelitian mengenai kecerdasan spiritual pada responden penelitian dengan hasil tingkat kecerdasan spiritual rendah sejumlah 8 responden (13,3%), tingkat kecerdasan spiritual sedang sebanyak 40 responden (66,7%), dan tingkat kecerdasan spiritual tinggi sejumlah 12 reponden (20%). 3. Tingkat depresi pada pasien stroke Penelitian mengenai tingkat depresi pada pasien stroke menggunakan Hamilton Ratting Scale For Depresion (HRSD) dengan 17 poin pertanyaan. Hasil penelitian pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 tabel tingkat depresi Tingkat Depresi Frekuensi Persentase Normal 34 56,7 Ringan 11 18,3 Sedang 8 13,3 Berat 7 11,7 Jumlah 60 100 Dari tabel 4.3 dapat dilihat angka kejadian depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sejumlah

54 26 responden (43,3%) dengan rincian depresi ringan 11 responden (18,3%), sedang 8 (13,3%), dan berat 7 (11%). Sebanyak 34 responden (56,7%) hasilnya normal atau dapat dikatakan tidak mengalami depresi. 4. Hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke Hubungan tingkat kecerdasan spiritual dan tingkat depresi pada pasien stroke dianalisis dengan uji nonparametrik rank spearman. Dari penelitian didapatkan hasil yang ditunjukan pada tabel 4.4 Dari tabel 4.4 dapat diketahui hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi didapatkan p = 0,000. Hasil tersebut menunjukan hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke karena nilai p < α (α = 0,05). Dari hasil tersebut maka peneliti menolak Ho dan menerima Ha yaitu ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada penderita stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Kekuatan hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi dilihat koefisien korelasi (r) adalah 0,489. Nilai koefisien bernilai negative sehingga nilai dari tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi bertolak belakang. Apabila variabel satu mempunyai nilai semakin tinggi maka variabel yang lainya akan mempunyai nilai yang rendah. Hal ini dapat dikatakan semakin tinggi

55 nilai kecerdasan spiritual maka semakin rendah tingkat depresi. Begitupun sebaliknya semakin rendah nilai tingkat kecerdasan spiritual maka semakin tinggi tingkat depresi. Koefisien korelasi diantara rentang 0,4 0,6 sehingga, kekuatan hubungan antara kecerdasan spiritual dan tingkat depresi pada pasien stroke sedang. Tabel 4.4 Hubungan Kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi No. Variabel Penelitian Mean Correlation Coefficient (R) 1 Kecerdasan Spiritual 66,0333-0,489 0,000 2 Tingkat Depresi 9,5833 Sig. (2-tailed) (P) B. PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden a. Usia Usia merupakan salah satu karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini. Karakteristik usia responden pada penelitian ini dibatasi kriteria inklusi yaitu responden penderita stroke dengan usia antara 40 tahun sampai dengan 65 tahun. Pada penelitian ini didapatkan kejadian stroke paling banyak pada usia 61 65 tahun sejumlah 20 responden (33,3%). Pada penelitian ini kejadian stroke mulai meningkat pada rentang usia 55 60 tahun. Hal ini dapat dilihat dari kejadian pada usia tersebut mulai meningkat dengan jumlah 15 responden (25%). Dari hasil data penelitian maka dapat dapat dikatakan semakin bertambahnya usia semakin meningkat kejadian stroke. Hal ini

56 diperkuat berdasarkan teori bahwa usia merupakan faktor resiko terjadinya stroke. Semakin bertambah usia maka semakin tinggi seseorang beresiko terkena stroke (Mansjoer, 2000). Hal ini juga di utarakan oleh Morris & Schroeder (2001) penderita stroke terjadi pada semua kelompok usia akan tetapi akan meningkat pada usia 55 85 tahun. Peningkatan usia bisa menyebabkan peningkatan risiko stroke karena semakin banyak resiko stress oksidatif dan semakin luas proses arterosklerosis. Peningkatan resiko kejadian stroke menjadi 2 kali lebih besar pada gaya hidup seperti merokok (Goldszmidt & Caplan, 2010). b. Jenis kelamin Hasil penelitian yang dilakukan di Purbalingga didapatkan jumlah responden wanita lebih banyak dibandingkan pada laki laki. Hasil penelitian ini jumlah responden wanita sebanyak 34 responden dan laki laki 26 responden. Hasil karakteristik jenis kelamin penelitian dipengaruhi dari jumlah kejadian stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yaitu angka kejadian stroke pada wanita lebih tinggi dibandingkan kejadian stroke pada laki laki. Data kunjungan penderita stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tercatat pada tahun 2013 periode januari sampai dengan September mencapai 2420 dengan perbandingan jumlah penderita wanita mencapai 1312 kunjungan dan laki-laki 1108

57 kunjungan. Jenis kelamin berperan penting sebagai faktor risiko terjadinya stroke. Laki-laki memiliki risiko stroke lebih tinggi dibandingkan perempuan, tetapi oleh karena usia rata-rata perempuan lebih panjang maka pada suatu tingkat usia tertentu jumlah perempuan yang mengalami serangan stroke lebih banyak dari laki-laki (Suwantara, 2004). Peningkatan resiko pada wanita juga dikarenakan faktor paritas. Paritas berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler pada wanita usia paruh baya dan lanjut. Hal ini terjadi karena pada wanita paruh baya dan multiparitas mengalami peneurunan hormone estrogen. Dengan penurunan hormon estrogen menimbulkan penurunan elastisitas pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan peningkatan resiko stroke (Sujatmiko, 2011). c. Tingkat pendidikan Hasil penelitian didapatkan data tingkat pendidikan responden adalah SD sebanyak 42 responden (70%). Dari hasil data penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa kejadian stroke kebanyakan terjadi pada responden yang mempunyai pendidikan rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, (2011) angka depresi pada seseorang yang memiliki pendidikan rendah memiliki tingkat depresi lebih besar dibandingkan dengan depresi yang

58 terjadi pada seseorang yang memiliki pendidikan menengah. Teori ini juga diperkuat oleh penelitian Niti M (2007) yang menyatakan tingkat pendidikan rendah merupakan faktor resiko terjadinya depresi. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir seseorang dan tingkat pengetahuan seseorang dalam menghadapi masalah yang menimbulkan depresi (Iliffe, 2009). d. Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan pada penelitian ini didapatkan hasil sebagian besar responden bekerja sebagai petani dengan jumlah 19 reponden (31,7%). Dari data yang didapat menunjukan sebagian besar reponden memiliki pekerjaan dan sebagian kecil yang tidak bekerja. Hal ini dilihat dari data penelitian didapatkan perbandingan 13,3% tidak bekerja dan 86,7% memiliki pekerjaan. Status pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap kejadian depresi. Pada pasien yang bekerja akan mengalami kejadian depresi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang tidak bekerja (Nuralita, 2012). Status pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian depresi pasien stroke. Menurut Herlina (2003) ada perbedaan status pekerjaan dengan kejadian depresi pada pasien stroke yang signifikan. Kejadian depresi pada seseorang yang bekerja dikarenakan gangguan aktivitas hidup sehari hari dan fungsi sosial yang menurun setelah terjadinya stroke. Status pekerjaan juga dihubungkan dengan status sosial pada penderita

59 stroke. Depresi terjadi lebih tinggi pada status sosial yang lebih rendah dibandingkan mereka dengan tingkat sosial yang lebih tinggi (Ratnasary dkk, 2012). e. Lama sakit Lama sakit salah satu yang diteliti dalam penelitian ini. Hasil penelitian mengenai lama kejadian sakit dibagi menjadi 4 kategori yaitu kurang dari 1 bulan, 1 bulan sampai dengan 1 tahun, 1 tahun sampai dengan 5 tahun, dan lebih dari 5 tahun. Pada penelitian didapatkan responden dengan lama sakit kurang dari 1 bulan 23 responden (38,3%). Semakin lama waktu pasca stroke jumlah responden semakin sedikit hal ini di lihat dari lama sakit yang lebih dari 5 tahun sejumlah 5 responden (8,3%). Penurunan jumlah responden pada penelitian yang lama sakitnya lebih dari 1 tahun dikarenakan kepatuhan berobat penderita semakin berkurang seiring berjalanya pemulihan setelah rehabilitasi. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran penderita stroke mengenai pengobatan secara berkala. Lama serangan stroke akan berpengaruh terhadap kondisi depresi yang dialami oleh penderita stroke. Robinson mengatakan bahwa penderita stroke yang pada saat serangan akut tidak menunjukkan tanda-tanda depresi, pada pemeriksaan ulang yang dilakukan 6 bulan kemudian dijumpai sekitar 30%-nya memperlihatkan gejala depresi. Sementara setengah dari penderita

60 yang mengalami depresi dalam waktu 2-3 bulan setelah terjadinya serangan stroke akan tetap menunjukkan tanda-tanda depresi selama kurang lebih 1 tahun (Robinson, 2003). Lipsay dan kawan kawan mengatakan bahwa sekitar dua pertiga pasien depresi pasca stroke akan sembuh dalam waktu 7 8 bulan kemudian. Akan tetapi penelitian yang dilakukan ashio dan wade menyatakan bahwa prevalensi depresi pasca stroke hanya menurun sedikit setelah 1 2 tahun (Suwantara, 2004). Penurunan tingkat depresi pada seseorang yang mengalami stroke dapat ditelaah dengan teori kehilangan menurut Kubler- Ross. Tahapan kehilangan dibagi menjadi 5 tahap yaitu tahap menyangkal realitas yang ada. Dalam hal ini seseorang yang mengalami stroke tidak terima kalau dirinya mengalami gangguan fungsional pada tubuhnya. Pada tahap ini gejala depesi tampak terlihat sepreti frekuensi jantung cepat, gelisah, insomnia, keletihan dan berkeringat dingin. Tahap kedua yaitu tahap dimana individu kadang marah secara tiba tiba, putus asa, dan merasa bersalah. Pada tahap ketiga seseorang sudah menyadari adanya kehilangan dalam hidupnya. Sebagai penderita stroke menyadri bahwa mulai kehilangan fungsi dari tubuh dan sosialnya. Tahap keempat yaitu tahap bargaining tahap ini adalah tahap adanya rasa kehilangan yang hilang timbul pada penderita stroke. dan tahap terahir adalah tahap accepted dimana tahap penerimaan terhadaap keadaan yang

61 terjadi pada penderita stroke (Potter & Perry, 2005). 2. Tingkat Kecerdasan Spiritual Kecerdasan spiritual sebagai kemampuan internal bawaan otak dan jiwa manusia yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri, yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan (Zohar dan Marshall, 2001). Kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk meberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik, serta berprinsip hanya karena Tuhan (Agustin, 2001). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat kecerdasan spiritual sedang. Hal ini dikarenakan banyak aspek yang mempengaruhi kecerdasan spiritual responden diantaranya kemampuan menghadapi penderitaan, kemampuan menghadapi dan melampaui masa sakit yang dirasakan oleh pasien stroke. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan serta kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Penderitaan yang dialami oleh penderita stroke adalah penurunan fungsional tubuh dan fungsi social yang berdampak pada penurunan kemandirian pemenuhan activity daily living (ADL). Tingkat kecerdasan pada penelitian ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Kebanyakan responden mempunyai tingkat pendidikan

62 rendah. Tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi cara berpikir seseorang dan tingkat kecerdasan spiritual. Dengan pendidikan seseorang akan mempunyai pola pikir yang fleksibel dalam segala pengalaman hidupnya termasuk konflik dan permasalahan yang ada (Jayanto, 2010). 3. Tingkat Depresi Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan bersalah, dan tidak berharga menarik diri dari orang lain, kehilangan minat untuk tidur, dan hal yang tidak menyenangkan lainya (Nasir & Muhith, 2011). Post Stroke Depresion (PSD) adalah depresi yang terjadi setelah serangan stroke (Menurut Huff, Ruhrmann, dan Sitzer 2001). Depresi pasca-stroke merupakan kelainan neuropsikologis yang paling sering dijumpai setelah suatu serangan stroke. Beratnya depresi yang terjadi mempunyai kaitan dengan lokasi lesi di otak dan depresi memberi dampak negatif terhadap penyembuhan stroke (Suwantara, 2004). Hal yang berpengaruh terhadap depresi pada pasien stroke diantaranya usia, jenis kelamin, lingkungan tempat tinggal, status pernikahan, jenis pekerjaan, status sosial, stresor psikososial, tingkat ketergantungan ADL, stresor sosial, dukungan sosial dan layanan konseling. Dari hasil penelitian di atas menunjukan angka kejadian depresi pada responden cukup tinggi mencapai 43,3%. Hal ini juga dikemukakan oleh Huff, Ruhrmann, dan Sitzer (2001), yang

63 menyatakan bahwa kejadian depresi pada pasien stroke sekitar 30 40 %. Selain itu juga di dapatkan penelitian yang menunjukan depresi pada pasien stroke dengan perkiraan penderita 26-60 % setelah stroke (Nuri, 2007). Pada penelitian yang dilakukan oleh Altieri dkk (2012) menunjukan 41% mengalami komplikasi PSD. Kejadian depresi pada pasien stroke dikarenakan karena ketidakberdayaan fisik yang diakibatkan oleh stroke. Responden yang mengalami depresi tidak bisa menerima keadaan dirinya karena anggota tubuhnya sulit bergerak dan sulit untuk melaksanakan aktivitas sehari hari. Selain itu stroke juga dikarenakan gangguan neurotransmiter sehingga terjadi kerusakan mood pada penderita stroke (Altieri, et al., 2012). Gangguan depresi diperparah apabila kerusakan saraf pusat yang luas karena stroke (White, et al., 2011). Dalam penelitian ini 56,7 % tidak mengalami depresi atau normal. Ini menunjukan yang tidak mengalami depresi lebih banyak dari responden yang mengalami depresi. Ini dikarenakan kejadian depresi dapat berkurang karena adanya dukungan dari keluarga dan layanan konseling pada pasien stroke (Sri, 2008). Responden yang diambil dalam penelitian adalah responden dengan status menikah dan tinggal bersama pasanganya. Menurut Herlina (2003) kejadian depresi paling rendah pada seseorang yang berstatus menikah. Soertidewi (2009) menyatakan depresi stroke lebih rendah pada penderita stroke yang tinggal bersama keluarga. Keluarga dapat sebagai support system

64 dalam menghadapi masalah pada pasien stroke. layanan konseling yang diberikan pada pasien stroke dapat menurunkan risiko terjadinya depresi (Sri, 2008). Didukung dengan adanya waktu pemulihan stroke dan konseling yang dilakukan secara rutin oleh responden ini dapat menjadikan faktor yang mempengaruhi tingkat depresi pasien stroke. 4. Hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke Hasil analisis menggunakan uji nonparametric rank spearman didapatkan hasil nilai p = 0,000 dan r = - 0,489. Dari hasil tersebut dapat dilihat nilai p < α ( α = 0,05). Hal ini berarti penelitian ini menerima Ha yaitu ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dan depresi pada pasien stroke ini menandakan kecerdasan spiritual dapat mempengaruhi depresi pasien stroke. Koefisien korelasi 0,489 menunjukan hubungan yang negatif antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual maka semakin rendah tingkat depresi pada penderita stroke. Koefisien korelasi diantara rentang 0,4 0,6 sehingga, tingkat hubungan antara kecerdasan spiritual dan tingkat depresi pada pasien stroke sedang.

65 Hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan depresi pasien stroke menunjukan adanya pengaruh yang besar kecerdasan spiritual terhadap tingkat depresi. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna hidup dan nilai. Kecerdasan spiritual membuat seseorang menilai bahwa tindakanya lebih bermakna dalam dirinya (Agustin, 2001). Dengan adanya peningkatan kecerdasaan spiritual membuat pasien memaknai dan menerima kondisinya sendiri sehingga menurunkan kejadian depresi. Kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pola pikir seseorang menjadi lebih mampu mengatasi permasalahan hidup (Zohar & Marshall, 2001). Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka seseorang akan menjadi lebih mampu menghadapi permasalahan yang menyebabkan depresi, sehingga semakin tinggi kecerdasan spiritual semakin rendah kejadian depresi pada penderita stroke. Kecerdasan spiritual merupakan dimensi untuk mendapatkan kekuatan ketika menghadapi depresi, penyakit fisik dan masalah psikis seseorang (Zohar & Marshall, 2007). Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan mampu menghadapi pilihan dan kenyataan hidup yang baik ataupun buruk serta menghadapi permasalahan yang ada tiba- tiba (Agustin, 2001). Dengan menerima kenyataan hidup terkena stroke maka kejadian depresi dapat teratasi kerena penderita stroke mau menerima keadaan yag diakibatkan penyakit stroke.

66 Kecerdasan spiritual meningkatkan motivasi seseorang. Menurut Jayanto (2010) semakin tinggi kecerdasan spiritual seseorang maka semakin tinggi motivasi hidup. Kecerdasan spiritual yang tinggi mampu membuat seseorang menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna. Dengan menyadari makna hidup pasien stroke menjadi mengerti akan tujuan hidupnya, sehingga menimbulkan motivasi hidup. Dengan motivasi hidup yang tinggi pada penderita stroke maka semakin kuat untuk menghadapi sakit dan cobaan sehingga penderita stroke tidak mudah depresi. Menurut Eva (2010) kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap produktivitas seseorang. Peningkatan produktivitas dapat menurunkan tingkat ketergantungan ADL pada pasien. Ketergantungan pasien stroke merupakan faktor yang mendorong terjadinya depresi. Dengan adanya kecerdasan spiritual akan meningkatkan produktivitas sehingga tingkat ketergantungan ADL menurun. Hal tersebut dapat menrunkan depresi pada pasien stroke. Hasil penelitian hubungan kecerdasan spiritual dengan depresi pada pasien stroke kekuatan hubunganya sedang karena kejadian depresi pada pasien stroke bukan hanya dikarenakan faktor psikologis saja namun bisa juga diakibatkan faktor biologis. Kejadian neuropsikiatrik seperti depresi pada stroke dikarenakan oleh kerusakan saraf pusat. Depresi dapat diakibatkan karena gangguan

67 neurotransmiter sehingga dapat menyebabkan kerusakan mood pada penderita stroke (Altieri, et al., 2012). Selain dari faktor biologis, depresi juga dipengaruhi oleh faktor waktu rehabilitasi atau konseling yang diberikan. Penelitian ini mengambil responden yang berada pada rawat jalan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sehingga banyak responden yang telah mendapatkan konseling oleh perawat dan dokter dalam masa rehabilitasi. Layanan konseling pada pada pasien stroke dapat menurunkan terjadinya depresi (Sri, 2008). Dengan adanya konseling dan rehabilitasi medis pada responden mengakibatkan tingkat depresi yang ditimbulkan pada penderita stroke semakin menurun. Hasil penelitian yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Robby (2013) dan Nurmaafi (2013). Keduanya menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan depresi. Robby (2013) menyatakan adanya hubungan signifikan antara kecerdasan spiritual dengan depresi. Adanya hubungan signifikan kecerdasan spiritual dengan depresi pada penderita kusta dikarenakan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pola berpikir dan mampu mengatasi masalah hidup (Robby, 2013). Semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula tingkat depresi. Nilai r diantara 0,2 0,4 maka hubungan antara kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi bersifat lemah. Hal ini juga dikarenakan faktor psikososial dimana

68 stigma yang terjadi dimasyarakat masih banyak menganggap penyakit kusta tidak dapat disembuhkan dan masih gampang menular, akibatnya penyandang cacat pasca kusta dijauhi dan dikucilkan dari masyarakat atau orang - orang sekitar, oleh karena itu penyandang cacat pasca kusta masih dapat mengalami depresi meskipun mereka juga memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Hasil penelitian Nurmaafi (2013) yang ini dilakukan pada lanjut usia di Kelurahan Demangan Kecamatan Gondokesumen Yogyakarta menunjukan kecerdasan spiritual memiliki hubungan yang bermakna dengan gejala depresi. Kejadian depresi yang ditimbulkan pada lansia diakibatkan karena Bertambahnya penyakit-penyakit fisik, faktorfaktor psikososial dan proses penuaan otak (Nurmaafi, 2013). Selain itu perubahan pada lansia dapat memicu timbulnya depresi. Hubungan signifikan antara keceradasan spiritual dengan depresi dikarenakan pada lansia kecerdasan spiritual mengalami perkembangan. Perkembangan yang baik dalam aspek spiritual dapat menjadikan lansia lebih bisa memaknai kehidupan dan memiliki penerimaan diri terhadap kondisinya sehingga memberikan respon positif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sigifikan antara kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual maka semakin rendah depresi yang dialami penderita stroke.

69 Kekuatan hubungannya sedang karena depresi dipengaruhi beberapa faktor antara lain faktor biologis, faktor perkembangan dan faktor sosial. C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian Penelitian Hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan baik dalam metode dan teknik pengambilan data maupun masalah lainnya antara lain: 1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional mengggunakan kuesioner, hanya mengambil data satu kali saja, sehingga belum bisa secara langsung mengobservasi tanda tanda depresi yang dialami responden. 2. Penelitian ini mengambil data pada responden yang berada di poli rawat jalan sehingga tingkat depresi pada pasien stroke sudah mengalami penurunan saat tahap rehabilitasi. 3. Dalam penelitian ini terdapat faktor variabel pengganggu yang tidak bisa dikontrol pada penyebab depresi yaitu faktor psikologis dan biologis responden.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasie stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Karakteristik usia reponden paling banyak pada rentang usia 61 65 tahun (33,3%). Kejadian stroke pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 70%. Sebagian besar responden bekerja 86,7% dan jenis pekerjaan responden paling tinggi adalah Petani 31,7%. Lama sakit stroke sebagian besar responden kurang dari 1 bulan (38,3%). 2. Sebagian besar tingkat kecerdasan spiritual pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga adalah sedang dengan persentase 66,7%. 3. Kejadian depresi pada penderita stroke adalah 43,3%. Kejadian depresi paling banyak adalah depresi ringan (18,3%). 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 70

71 B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat depresi pada pasien stroke di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi penelitian selanjutnya Pada penelitian selanjutnya sebaiknya mengontrol faktor - faktor biologis dan fakor psikologis responden. Seperti mengontrol faktor tingkat luas lesi pada sistem saraf pusat yang diakibatkan stroke. Penelitian selanjutnya sebaiknya membandingkan depresi pada pasien stroke dengan variabel bebas yang lainnya atau biasa dengan menggunakan analisis multivasriat sehingga bisa menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian depresi. Sebaiknya mengambil responden dengan keadaan stroke yang dalam kondisi akut sehingga depresi pada pasien stroke tidak terpengaruh oleh adanya rehabilitasi dan konseling. 2. Bagi perawat Perawat sebaiknya mendorong dan mendukung para penderita stroke dengan aktivitas yang meningkatkan aspek kecerdasan spiritual agar dapat memotivasi hidup orang yang mengalami stroke antara lain dengan beribadah atau ritual sesuai dengan kepercayaanya untuk lebih mendekatkan penderita stroke pada Tuhanya.

72 3. Bagi penderita stroke Seseorang yang mengalami gangguan stroke supaya meningkatkan spiritualitas agar meningkatkan kualitas kehidupan. Sehingga para penderita stroke sadar akan makna hidup yang dimilikinya. Peningkatan spiritualitas dapat dilakukan dengan mendekatkan diri pada Tuhan, lebih bersabar, dan ikhlas menerima keadaan yang diakibatkan stroke. Mendekatkan diri pada Tuhan dilakukan dengan beribadah secara rutin sesuai dengan keyakinan. Upaya bersabar dan ikhlas dilakukan dengan berserah diri pada Tuhan agar bisa menerima keadaan diri setelah stroke. 4. Bagi Pihak Rumah Sakit Sebaiknya dukungan spiritual dilakukan sebagai program rumah sakit. Dengan SOP spiritualitas maka dapat mendorong peningkatan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKA Agustin, A. G. (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spritual (ESQ): Jakarta: Penerbit Arga. Altieri, M., Maetrini, I., Mercurio, A., Troisi, P., Sgarlata, E., Rea, V., Piero, V., Di Lenzi, G L. (2012). Depression after minor stroke: prevalence and predictors. European Journal of Neurology, 517 521. Anggarani, P. D. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Strategi Koping pada Penderita Pasca Stroke. Surakarta: Univerversitas Muhammadiyah Surakarta. Diamond, S. G., Davis, O. C., Schaechter, J. D., & Howe, R. D. (2006). Hypnosis For Rehabilitation After Stroke: Six Case Studies. British Society of Experimental & Clinical Hypnosis, 173-180. Dinata, C. A., Safrita, Y., & Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010-31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 57-61. Dwijayanto, Franciskus Seto. (2010). Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Hidup Orang HIV/AIDS. Semarang: Universitas Katolik Soegijaprana Semarang. Ganong, W. F. (2002). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi, 20, 624-6. Jakarta : EGC. Goldszmidt, A. J., & Caplan, L. R. (2010). Stroke Essentials 2010. Jones & Bartlett Publishers. Handayani, D. Y., & Dewi, D. e. (2009). Analisis kualitas hidup penderita dan keluarga pasca serangan stroke ( dengan gejala sisa). Psycho idea, 35-44. Hapsari, V., & Ardiansyah, M. (2006). Tingkat Kejadian Depresi Pada Penderita Stroke Di RS Pku Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Herlina, T. (2003). Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Beberapa Karakteristik Pada Pasien Pasca Stroke Di IRNA Iii RSU dr. Sayidiman Kabupaten Magetan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Huff, W., Ruhrmann, S., & Sitzer, M. (2001). Post-stroke depression: diagnosis and therapy. NCBI. Iliffe S, K. K. (2009). The relationship between pain intensity and severity and depression in older people: exploratory study. BMC Fam Pract. Jiwo, T. (2012). Depresi: Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan Teman Dekat. Purworejo: Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa. Kartono, K. (2002). Patologi Sosial 3 Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Kootker, J. A., Fasotti, L., Rasquin, S. M., Heugten, C. M., & Geurts, A. C. (2012). The effectiveness of an augmented cognitive behavioural intervention for post-stroke depression with or without anxiety (PSDA): the Restore4Stroke-PSDA trial. BMC Neurology, 12-51. Kristitiyanti, S. P., Ratnasari, P., & Solechan, A. (2011). Hubungan antara tingkat ketergantungn Activity Daily Living Dengan Depresi Pada paien Stroke Di RSUD Tugurejo Semarang. Semarang: Stikes Telogorejo. Krug, G., & McCormack, G. (2009). Occupational Therapy: Evidence-Based Interventions for Stroke. School of Health Professions, 145-149. Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2000). Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. Morris, D., & Schroeder, E. (2001). Stroke Epidemiologi. Faundation for Education and Research in Neurogikal Emergencis Retrieved 13 Juni, 2013, from http ; // ferne.er.uic.edu/pdf/strokeepi0501.pdf Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Niti M, N. T. (2007). Depression and chronic medical illnesses in Asian older adult: the role of subjective health and functional status. Int J Geriatr Psychiatry, 1087. Nuralita, N. S. (2012). Gambaran Simtom Depresif Pada Pasien Pasca Stroke Dengan Menggunakan Skala Penilaian Beck Depression Inventory (BDI). Medan: Universitas Sumatra Utara. Nuri, E. S. (2007). Depresi Pada Penderita Stroke. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Nurmaafi, D. (2013). Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Gejala Depresi Lanjut Usia Di Kelurahan Demangan Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Nursalam, S. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter, P., & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Prasetya, Y. (2002). faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian stroke non hemoragik. Univeritas Diponegoro, semrang. Price, S.A & Wilson. L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Prihatini, E. (2012). Hubngan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Post Masektomi Di RSUD Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Universitas Jendral Soedirman, Purwokwrto. Putra, D. A. (2012). Pengaruh Tingkat Kecerdasan Spiritual Terhadap Mekanisme Koping Pada Lansia Di Desa Turen Kecamatan Turan Kabupaten Malang Tahun 2011. Malang: Universitas Brawijaya. Putranto, D. A., & Nyumirah, S. (2012). Pengaruh Pemberian Motivasi Spiritual Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pasien Hemodialisa di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 1. Retnasari, P., Kristiyawati, S. P., & Solechan, A. (2012). Hubungan Tingkat Ketergantungan Activity Daily Living Dengan Depresi Pada Pasien Stroke Di RSUD Tugurejo Semarang. Semarang: STIKES Telogorejo. Robby, D. R. (2013). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Depresi Pada Penyandang Cacat Pasca Kusta Di Liposos Donorojo Binaan Yastimakin Bangsri Jepara. Journal of Social and Industrial Psychology, 50-55. Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Simanjuntak, N. M. (2010). Studi Kasus Penyesuaian Sosial pada Pasien yang mengalami Depresi Pasca Stroke. Malang: Universitas Negeri Malang. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2005). Keperawatan Medikal Bedah: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Soertidewi, L. (2009). Buku Acuan Modul Neurovaskular: Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi). Steffens, D., Krishnan, R., Crump, C., & Burke, G. (2002). Cerebrovascular disease and evolution of depressive symptoms in the cardiovascular health study. Sroke, 1838-44. Sujatmiko, S. S. (2011). Multiparitas Sebagai Resiko Stroke Iskemik pada Pasien Rumah Sakit dr. Karyadi Semarang. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Suwantara, J. R. (2004). Depresi pasca-stroke : epidemiologi, rehabilitasi dan psikoterapi. J Kedokter Trisakti, 150-156. Wahyuni, S. (2008). Pengaruh layanan konseling dalam menurunkan tingkat depresi pasca stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Pusat UGM. (c.1 (4485-H-2008)). Wanhari, M. (2008, september 10). Asuhan Keperawatan Stroke. Retrieved Juli 19, 2013, from askepsolok: http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/stroke.html White, C. L., McClure, L. A., Wallace, P. M., Braimah, J., Liskay, A., Roldan, A. Benavente, O. (2011). The Correlates and Course of Depression in Patients with Lacunar Stroke: Results from the Secondary Prevention of Small Subcortical Strokes (SPS3) Study. 354-360. Worp, H. B., Macleod, M. R., & Kollmar, R. (2010). Therapeutic Hypothermia For Acute Ischemic Stroke: Ready to Start Large Randomized Trails. Jurnal of Cerebral Blood FLow and Metabolism, 1-15. Yuniadi, Y. (2010). Intervensi pada Stroke Non-Hemoragik. Jurnal Kardiologi Indonesia, 31, 153. Zohar, D., & Marshall, I. (2007). SQ Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan Pustaka.

LAMPIRAN

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden Kepada Yth, Bapak/Ibu Responden Di Purbalingga LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto angkatan 2010 Nama : Neru Adi Putra NIM : G1D010066 Akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Tingkat Spiritualitas dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Sehubungan dengan hal tersebut maka saya mohon ketersediaan bapak/ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden. Penelitian ini dilakukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.data yang diterima oleh peneliti akan dijamin kerahasiaannya. Informasi saudara berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan pendidikan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maskud lain. Demikian permohonan dari saya. Atas perhatian dan kesediaan sodara menjadi responden saya ucapkan terima kasih. Purwokerto,.Desember 2013 Neru Adi Putra

Lampiran 5. Lembar persetujuan menjadi responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Setelah mendapat penjelasan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Tingkat Spiritualitas dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Stroke Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Saya paham mengenai tujuan dari penelitian, cara pengisian kuesioner, kerahasiaan data dan penelitian bermanfaat bagi ilmu penetahuan dibidang keperawatan oleh karena itu saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Menyatakan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Neru Adi Putra mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto angkatan 2010. Demikian lembar persetujuan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Purwokerto,...Desember 2013 Responden (..)

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Kode : A. Identitas (Diisi peneliti) 1. Umur : tahun 2. Jenis kelamin : L / P * 3. Pendidikan : SD / SMP/ SLTA/ perguruan tinggi * 4. Status pernikahan : kawin / belum kawin / pernah kawin * 5. Pekerjaan : PNS/ Wiraswasta/ Buruh/ Petani/ Ibu Rumah Tangga/ Tidak bekerja* 6. Lama sakit :* a. < 1 bulan b. 1 bulan - 1 tahun c. 1 tahun - 5 tahun d. > 5 tahun Nb : * Lingkari salah satu

B. Kuesioner Kecerdasan Spiritual Petunjuk pengisian : Pilihlah jawaban dari empat pilihan jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan pribadi anda. Beri tanda conteng ( ) pada salah satu pilihan jawaban sebagai berikut. SS S KS STS : Jika anda sangat setuju dengan pernyatan tersebut. : Jika anda setuju dengan pernyatan tersebut. : Jika anda kurang setuju dengan pernyatan tersebut. : Jika sangat tidak setuju dengan pernyatan tersebut. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban saja. Jawaban pernyataan ini berdasarkan kenyataan yang ada dalam pribadi anda. No. Pernyataan Pernyataan jawaban SS S KS STS 1 Stroke menyadarkan saya akan makna hidup 2 Menurut saya penderitaan adalah kekuatan menuju pengenalan diri 3 Saya mudah beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru 4 Saya merasa semua masalah ada solusinya 5 Saya menerima diri saya apa adanya 6 Saya tidak bisa menerima nasib terkena stroke 7 Saya tahu apa yang bisa saya lakukan setelah terkena stroke 8 Saya putus asa jika menghadapi kegagalan 9 Saya sabar menghadapi cobaan 10 Stroke, membuat saya merasa tidak lagi memiliki makna hidup 11 Stroke menghancurkan harapan saya 12 Saya merasa hidup ini tidak ada artinya lagi 13 Saya bertekad untuk mengisi hidup ini dengan

sesuatu yang bermanfaat 14 Saya tidak puas jika permasalahan belum tuntas 15 Menderita stroke adalah kutukan/karma 16 Saya yakin Tuhan memeberikan cobaan tidak diluar batas kemampuan manusia 17 Agama mempengaruhi kehidupan saya 18 Menurut saya dengan kekayaan materi akan hidup bahagia tanpa agama 19 Tuhan memberikan banyak kenikmatan / rizki untuk saya 20 Saya yakin doa atau ibadah dapat mengobati penyakit fisik saya 21 Saya merasa tenang setelah berdoa kepada Tuhan 22 Apapun yang saya dapat saya ucapkan syukur terhadap Tuhan 23 Rasa syukur saya pada Tuhan saya buktikan dengan rajin menjalankan ibadah 24 Saya rajin melaksanakan ibadah

C. Hamilton Rating Scale for depression Petunjuk : Pilihlah satu jawaban dari pernyataan ini yang paling sesuai dengan kondisi anda dengan melingkari nomor yang telah disediakan di depan jawaban! 1. Apakah anda sering sedih? 0. Tidak pernah 1. Ya, saya merasakan ketika ditanya 2. Ya, saya dapat merasakan sedih secara spontan 3. Tanpa saya harus katakan, ekspresi suara, dan semua tingkah laku saya sudah menyatakan perasaan tersebut. Saya cenderung mudah menangis atau marah 4. Saya selalu merasakan perasaan ini dengan jelas melalui kata-kata dan saya sering mengekspresikanya dengan cara menangis, marah dan lainya 2. Apakah anda selalu merasa bersalah terhadap orang lain? 0. Tidak pernah 1. Ya, saya sering menjadi penyebab dari masalah atau penderitaan orang. 2. Rasa bersalah sering timbul berulang ulang dalam diri saya dan saya serig mengingat ksesalahan masa lalu 3. Saya merasa bersalah telah membuat orang lain sengsara, rasa ini menyiksa saya dan saya rasa inikah hukuman bagi saya 4. Saya sering dikejar kejar, dituduh bahkan sepertinya saya akan dipenjara. Entah itu nyata atau hanya dalam pikiran saya.

3. Apakah tercetus dalam diri anda keinginan bunuh diri? 0. Sama sekali tidak 1. Saya hanya merasa bahwa hidup ini tidak ada gunanya 2. Saya selalu berharap lebih baik saya mati saja 3. Saya sering punya ide untuk mati atau bunuh diri 4. Saya pernah benar benar mencoba bunuh diri 4. Apakah anda pernah mengalami kesulitan tidur? 0. Tidak 1. Kadang kadang setelah lebih dari ½ jam merebahkan badan, saya baru dapat tidur 2. Setiap malam saya selalu sulit tidur 5. Apakah anda sering bangun tengah malam secara tiba-tiba? 0. Tidak 1. Ya, saya sering gelisah dan bangun malam malam 2. Saya hampir tidak tidur sepanjng malam 6. Apakah anda sering ada keluhan bangun sangat awal? 0. Tidak saya wajar. Tidak ada keluhan masalah bangun pagi 1. Ya, sering bangun pada waktu fajar tetapi tidur lagi 2. apabila saya bangun fajar, maka saya tidak dapat tidur lagi

7. Bagaimana dengan kebiasaan kerja dan kegiatan anda? 0. Baik baik saja 1. Kadang saya merasa tidak mampu, letih dan lemah terutama dalam melakukan aktivitas kerja dan hobi saya 2. Saya tidak mempunyai gairah untuk melakukan aktivitas baik bekerja maupun hobi 3. Saya merasa produktivitas saya baik ditempat kerja maupun di rumah berkurang 4. Saya saat ini tidak dapat beraktifitas karena sakit yang dialami 8. Apakah anda termasuk pribadi yang lincah, energik dan pintar bicara? 0. Saya cukup bagus dalam berbicara berpikir dan berprilaku. 1. Saya memiliki masalah dalam berbicara 2. Saya lamban atau terlalu cepat dalam bicara 3. Saya tidak mudah diajak bicara dan berinteraksi 4. Saya tidak dapat berbicara dan melakukan apapun 9. Apakah anda sering merasa gelisah? 0. Tidak 1. Sering memainkan tangan, rambut dan benda untuk mengurangi gelisah 2. Saya sering meremas tangan, mengigit kuku, menjambak rambut sendiri atau mengigit bibir

10. Apakah anda sering mengalami mulut kering, berdebar debar, sakit kepala, mual dan berkeringat dan sering buang air kecil? 0. Tidak 1. Mulut kering, gangguan pencernaan 2. Saya sering diare dan kram 3. Saya sering sakit kepala dan berdebar-debar 4. Saya sering merasakan nafas cepat, kringat dingin dan berkali-kali buang air kecil 11. Apakah anda sering merasa terancam, takut atau cemas 0. Tidak 1. Kadang kadang 2. Saya sering cemas dan takut 3. Hampir setiap hari 4. Saya merasa takut saat ditanya 12. Apakah anda mengalami gangguan system pencernaan? 0. Tidak 1. Saya sering malas makan, tapi tidak harus disuruh oleh orang lain 2. Saya disuruh orang untuk makan dan perlu pencahar untuk buang air besar 13. Apakah anda sering mengalami sakit kepala, punggung pegal dan mudah lelah 0. Tidak 1. Ya. Punggung, kepala, dan otot saya sering sakit. Saya juga merasa lemas 2. Jelas sekali gejalanya

14. Apakah ada gangguan dalam sikklus seksual 0. Tidak 1. Menstruasi tidak teratur (wanita), mengalami ejakulasi dini (pria) 2. Mengalami menstruasi hamper tidak berhenti atau tidak sama sekali. Mengalami disfungsi seksual atau impotensi 15. Apakah anda sering merasa didalam tubuh anda ada penyakit dan kelainan 0. Tidak 1. Saya sering dapat merasakan tetapi jarang mengeluhkannya 2. Saya sering merasa takut akan kesehatan saya 3. Saya sering merasa sakit dan minta tolong orang lain 4. Saya sering merasa sakit, tetapi dokter menyatakan saya sehat 16. Apakah berat badan anda berkurang 0. Tidak 1. Mungkin iya karena sering sakit 2. Jarang berkurang 17. Apakah anda sadar akan kondisi kejiwaan anda 0. Ya saya tau saya sehat atau depresi 1. Saya tau saya depresi, saya perlu istirahat dan tidak berfikir terlalu berat 2. Sepertinya saya sehat sehat saja, tetapi kata teman dan keluarga menganggap saya depresi

Lampiran 7. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Spiritual Correlations Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N item_1.583 **.002 25 item_2.130.536 25 item_3.554 **.004 25 item_4.405 *.045 25 item_5.575 **.003 25 item_6.675 **.000 25 item_7.240.248 25 item_8.416 *.039 25 item_9.812 **.000 25 item_10.458 *.021 25 item_11.652 **.000 25 item_12.645 **.001 25 item_13.605 **.001 25 item_14.321.118 25 item_15.717 **.000 25

item_16.701 **.000 25 item_17.437 *.029 25 item_18.271.190 25 item_19.618 **.001 25 item_20.316.124 25 item_21.332.105 25 item_22.512 **.009 25 item_23.590 **.002 25 itemi_24.651 **.000 25 item_25.688 **.000 25 item_26.642 **.001 25 item_27.741 **.000 25 item_28.687 **.000 25 item_29.782 **.000 25 item_30.646 **.000 25 jumlah 1 25 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2- tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2- tailed).

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Spiritual Hasil uji validitas No. item r hitung r tabel keterangan 1 0.583 0.396 item valid 2 0.13 0.396 item tidak valid 3 0.554 0.396 item valid 4 0.405 0.396 item valid 5 0.575 0.396 item valid 6 0.675 0.396 item valid 7 0.24 0.396 item tidak valid 8 0.416 0.396 item valid 9 0.812 0.396 item valid 10 0.458 0.396 item valid 11 0.652 0.396 item valid 12 0.645 0.396 item valid 13 0.605 0.396 item valid 14 0.321 0.396 item tidak valid 15 0.717 0.396 item valid 16 0.701 0.396 item valid 17 0.437 0.396 item valid 18 0.271 0.396 item tidak valid 19 0.618 0.396 item valid 20 0.316 0.396 item tidak valid 21 0.332 0.396 item tidak valid 22 0.512 0.396 item valid 23 0.59 0.396 item valid 24 0.651 0.396 item valid 25 0.688 0.396 item valid 26 0.642 0.396 item valid 27 0.741 0.396 item valid 28 0.687 0.396 item valid 29 0.782 0.396 item valid 30 0.646 0.396 item valid

Lampiran 9. Hasil Reabilitas Instrumen Kecerdasan Spiritual Case Processing Summary N % Valid 25 100.0 Excluded a 0.0 Total 25 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.928 24 Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items 68.280 156.710 12.5184 24

Lampiran 10. Karakteristik Responden Karakteristik Responden penelitian NO. RESPO NDEN UMUR JENIS KELAMIN PENDIDI KAN PEKERJAAN Lama Sakit Lama sakit 1 P01 55 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 2 bulan 1 bulan - 1 tahun 2 P02 64 Perempuan SD Petani 1 bulan < 1 bulan 3 P03 46 Laki-laki SLTA Wiraswasta 5 bulan 1 bulan - 1 tahun 4 P04 65 Laki-laki SD Tidak bekerja 1 bulan < 1 bulan 5 P05 50 Laki-laki SD Wiraswasta 6 tahun > 5 tahun 6 P06 59 Laki-laki SD Petani 1 bulan < 1 bulan 7 P07 41 Laki-laki SMP Buruh 3 tahun 1 tahun - 5 tahun 8 P08 63 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 9 P09 65 Laki-laki SD Petani 1 bulan < 1 bulan 10 P10 65 Laki-laki SD Petani 7 bulan 1 bulan - 1 tahun 11 P11 57 Perempuan SMP Ibu Rumah Tangga 5 tahun > 5 tahun 12 P12 54 Laki-laki SLTA PNS 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 13 P13 56 Perempuan SD Petani 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 14 P14 63 Laki-laki SD Petani 1 bulan < 1 bulan 15 P15 65 Perempuan SD Tidak bekerja 2 bulan < 1 bulan 16 P16 60 Perempuan SD Tidak bekerja 3 bulan < 1 bulan 17 P17 65 Perempuan SD Tidak bekerja 4 bulan < 1 bulan 18 P18 61 Perempuan SD Petani 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 19 P19 54 Perempuan SMP Ibu Rumah Tangga 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 20 P20 65 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 1 bulan < 1 bulan 21 P21 51 Laki-laki SD Petani 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 22 P22 55 Perempuan SD Petani 5 bulan 1 bulan - 1 tahun 23 P23 56 Perempuan SD Tidak bekerja 3 tahun 1 tahun - 5 tahun 24 P24 56 Laki-laki SD Buruh 4 bulan 1 bulan - 1 tahun 25 P25 59 Perempuan SLTA Ibu Rumah Tangga 3 bulan 1 bulan - 1 tahun 26 P26 50 Laki-laki SD Buruh 6 tahun > 5 tahun 27 P27 61 Laki-laki SMP Wiraswasta 5 bulan 1 bulan - 1 tahun 28 P28 45 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 29 P29 51 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 8 bulan 1 bulan - 1 tahun

30 P30 51 Perempuan SD Petani 1 bulan < 1 bulan 31 P31 58 Perempuan SD Tidak bekerja 4 tahun 1 tahun - 5 tahun 32 P32 61 Laki-laki SMP Wiraswasta 6 tahun > 5 tahun 33 P33 64 Perempuan SMP Ibu Rumah Tangga 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 34 P34 50 Perempuan SD Petani 1 bulan < 1 bulan 35 P35 65 Laki-laki SD Petani 1 bulan < 1 bulan 36 P36 63 Laki-laki SD Tidak bekerja 1 bulan < 1 bulan 37 P37 47 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 4 bulan 1 bulan - 1 tahun 38 P38 65 Perempuan SD Tidak bekerja 1 bulan < 1 bulan 39 P39 54 Perempuan SMP Wiraswasta 1 bulan < 1 bulan 40 P40 55 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 7 bulan 1 tahun - 5 tahun 41 P41 58 Laki-laki SMP Petani 1 bulan < 1 bulan 42 P42 65 Laki-laki SD Petani 1 bulan < 1 bulan 43 P43 58 Laki-laki SD Petani 1 bulan < 1 bulan 44 P44 47 Laki-laki SMP Wiraswasta 5 bulan 1 bulan - 1 tahun 45 P45 50 Laki-laki SMP Buruh 3 bulan 1 bulan - 1 tahun 46 P46 65 Perempuan SD Tidak bekerja 1 bulan < 1 bulan 47 P47 44 Laki-laki SMP Wiraswasta 1 bulan < 1 bulan 48 P48 49 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 5 tahun 1 tahun - 5 tahun 49 P49 57 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 6 bulan 1 bulan - 1 tahun 50 P50 65 Laki-laki SD Petani 2 tahun 1 tahun - 5 tahun 51 P51 46 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 8 bulan 1 bulan - 1 tahun 52 P52 44 Laki-laki SMP Buruh 6 bulan 1 bulan - 1 tahun 53 P53 65 Perempuan SD Petani 4 tahun 1 tahun - 5 tahun 54 P54 60 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga 3 tahun 1 tahun - 5 tahun 55 P55 56 Laki-laki S2 PNS 7 bulan 1 bulan - 1 tahun 56 P56 47 Perempuan SMP Wiraswasta 1 bulan < 1 bulan 57 P57 50 Laki-laki SLTA Wiraswasta 1 bulan < 1 bulan 58 P58 56 perempuan SD ibu rumah Tangga 5 tahun > 5 tahun 59 P59 53 perempuan SD Petani 1 bulan < 1 Bulan 60 P60 57 perempuan SD ibu rumah Tangga 3 tahun 1-5 tahun

Lampiran 11. Tingkat Kecerdasan Spiritual Responden Tingkat Kecerdasan Spiritual Responden No. Kode responden Pertanyan Kecerdasan Spiritual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 P01 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 67 Sedang 2 P02 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 69 Sedang 3 P03 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 65 Sedang 4 P04 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 60 Sedang 5 P05 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 64 Sedang 6 P06 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 66 Sedang 7 P07 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 65 Sedang 8 P08 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 63 Sedang 9 P09 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 72 Sedang 10 P10 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 1 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 1 46 Rendah 11 P11 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 75 Tinggi 12 P12 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 71 Sedang 13 P13 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 69 Sedang 14 P14 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 66 Sedang 15 P15 2 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 76 Tinggi 16 P16 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 70 Sedang 17 P17 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 70 Sedang 18 P18 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 73 Tinggi 19 P19 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 Sedang 20 P20 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 67 Sedang Jumlah Kategori

21 P21 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 69 Sedang 22 P22 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 2 2 68 Sedang 23 P23 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70 Sedang 24 P24 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 64 Sedang 25 P25 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 Sedang 26 P26 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 64 Sedang 27 P27 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 69 Sedang 28 P28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 Sedang 29 P29 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 63 Sedang 30 P30 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 Sedang 31 P31 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 62 Sedang 32 P32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 72 Sedang 33 P33 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 71 Sedang 34 P34 3 3 2 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 65 Sedang 35 P35 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 71 Sedang 36 P36 3 3 3 2 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 74 Tinggi 37 P37 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 68 Sedang 38 P38 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 68 Sedang 39 P39 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 59 Sedang 40 P40 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 58 Sedang 41 P41 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 61 Sedang 42 P42 2 2 1 2 2 1 1 3 3 3 1 1 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 1 48 Rendah 43 P43 3 3 2 1 1 1 2 3 3 1 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 47 Rendah 44 P44 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 78 Tinggi 45 P45 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 Sedang

46 P46 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 78 Tinggi 47 P47 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 77 Tinggi 48 P48 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 47 Rendah 49 P49 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 82 Tinggi 50 P50 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 47 Rendah 51 P51 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 82 Tinggi 52 P52 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 73 Tinggi 53 P53 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 62 Sedang 54 P54 2 2 2 3 2 2 1 2 1 1 2 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 48 Rendah 55 P55 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 73 Tinggi 56 P56 3 2 3 2 2 2 1 3 2 3 2 1 1 2 1 2 2 3 2 3 1 1 1 2 47 Rendah 57 P57 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 77 Tinggi 58 P58 3 2 3 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 1 2 48 Rendah 59 P59 3 3 4 2 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 74 Tinggi 60 P60 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 66 Sedang

Lampiran 12. Tingkat Depresi Pasien Stroke Tingkat Depresi Pasien Stroke No. Kode responden Pertannyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jumlah Keterangan 1 P01 2 2 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Normal 2 P02 1 0 0 2 1 2 4 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 13 Ringan 3 P03 0 0 0 1 1 1 1 3 1 3 1 0 1 0 0 0 0 13 Ringan 4 P04 1 1 0 1 1 1 4 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 12 Ringan 5 P05 2 2 0 0 1 1 4 1 1 4 0 1 1 0 1 1 0 20 Berat 6 P06 0 0 0 1 0 0 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Normal 7 P07 2 2 0 1 1 2 4 1 1 4 0 0 1 0 0 1 2 22 Berat 8 P08 1 0 0 2 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 2 0 0 10 Ringan 9 P09 0 2 0 2 2 1 4 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 16 Sedang 10 P10 0 0 0 0 1 1 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Normal 11 P11 2 2 0 1 1 2 3 0 0 3 0 0 1 0 1 0 0 16 Sedang 12 P12 0 2 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Normal 13 P13 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 4 Normal 14 P14 1 0 0 0 0 0 4 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7 Normal 15 P15 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Normal 16 P16 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 Normal 17 P17 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 Normal 18 P18 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 4 Normal 19 P19 2 2 0 1 1 1 1 0 1 4 1 1 1 0 0 1 0 17 Sedang 20 P20 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 Normal 21 P21 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Normal 22 P22 0 0 0 2 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 7 Normal 23 P23 2 0 0 0 0 0 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Normal 24 P24 2 2 0 1 1 2 3 1 1 3 0 0 1 0 1 0 0 18 Sedang 25 P25 0 1 0 1 1 1 2 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 12 Ringan 26 P26 0 2 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7 Normal 27 P27 2 0 0 2 1 1 3 2 1 3 1 1 1 0 1 1 0 20 Berat 28 P28 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 Normal 29 P29 3 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6 Normal 30 P30 3 1 0 0 1 1 4 4 1 0 0 1 1 0 1 1 1 20 Berat 31 P31 3 2 0 1 1 1 4 4 1 0 1 1 0 0 1 0 0 20 Berat 32 P32 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Normal

33 P33 0 2 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Normal 34 P34 3 3 0 0 0 0 4 0 1 4 1 0 1 0 0 1 0 18 Sedang 35 P35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 Normal 36 P36 1 1 0 0 1 1 1 1 0 3 0 0 1 0 0 0 0 10 Ringan 37 P37 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Normal 38 P38 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 Normal 39 P39 2 2 0 2 1 1 4 1 0 3 0 0 1 0 2 0 0 19 Berat 40 P40 2 2 0 1 2 1 4 1 1 3 1 0 0 0 2 0 0 20 Berat 41 P41 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 7 Normal 42 P42 3 3 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 13 Ringan 43 P43 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 2 0 0 0 10 Ringan 44 P44 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 Normal 45 P45 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 2 1 1 13 Ringan 46 P46 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 7 Normal 47 P47 0 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Normal 48 P48 2 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 0 0 0 1 1 0 18 Sedang 49 P49 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6 Normal 50 P50 3 2 1 2 1 1 2 2 0 0 0 1 1 0 1 1 0 18 Sedang 51 P51 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Normal 52 P52 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 6 Normal 53 P53 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Normal 54 P54 2 2 0 1 1 1 0 0 1 3 0 0 0 1 1 0 0 13 Ringan 55 P55 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Normal 56 P56 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 1 0 2 0 0 7 Normal 57 P57 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Normal 58 P58 2 2 0 1 1 1 3 0 1 4 0 0 1 0 1 0 1 18 sedang 59 P59 0 2 0 1 1 2 4 0 0 3 0 0 0 0 0 1 0 14 sedang 60 P60 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 7 normal

Lampiran 13. Hasil Analisis Data Penelitian Hasil Analisis Data Statistics Kecerdasan_spirit ual Tingkat_depresi umur_asli N Valid 60 60 60 Missing 0 0 0 Std..57833 1.07040 6.86916 Deviation Variance.334 1.146 47.185 Percentiles 25 2.0000 1.0000 50.2500 Frequency Table 50 2.0000 1.0000 56.5000 75 2.0000 2.7500 63.0000 Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 40-45 tahun 4 6.7 6.7 6.7 46-50 tahun 11 18.3 18.3 25.0 51-55 tahun 10 16.7 16.7 41.7 56-60 tahun 15 25.0 25.0 66.7 61-65 tahun 20 33.3 33.3 100.0 Total 60 100.0 100.0 Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 26 43.3 43.3 43.3 wanita 34 56.7 56.7 100.0 Total 60 100.0 100.0 Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SD 42 70.0 70.0 70.0 SLTP 13 21.7 21.7 91.7 SLTA 4 6.7 6.7 98.3 Perguruan tinggi 1 1.7 1.7 100.0 Total 60 100.0 100.0 Pekerjaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Pegawai Negri Sipil 2 3.3 3.3 3.3 Wiraswasta 9 15.0 15.0 18.3 Buruh 5 8.3 8.3 26.7 Petani 19 31.7 31.7 58.3 Inbu Rumah Tangga 17 28.3 28.3 86.7 Tidak Bekerja 8 13.3 13.3 100.0 Total 60 100.0 100.0 lama_sakit Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid < 1 bulan 23 38.3 38.3 38.3 1 bulan - 1 tahun 15 25.0 25.0 63.3 1 tahun - 5 tahun 17 28.3 28.3 91.7 > 5 tahun 5 8.3 8.3 100.0 Total 60 100.0 100.0

Kecerdasan_spiritual Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Rendah 8 13.3 13.3 13.3 Sedang 40 66.7 66.7 80.0 Tinggi 12 20.0 20.0 100.0 Total 60 100.0 100.0 Tingkat_depresi Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Normal 34 56.7 56.7 56.7 Ringan 11 18.3 18.3 75.0 Sedang 8 13.3 13.3 88.3 Berat 7 11.7 11.7 100.0 Total 60 100.0 100.0 Spearman's rho Kecerdasan_spiritua l Tingkat_depresi Nonparametric Correlations Correlation Coefficient Kecerdasan_spir itual 1.000 -.489 Sig. (2-tailed)..000 N 60 60 Correlation Coefficient Tingkat_de presi -.489 1.000 Sig. (2-tailed).000. N 60 60