BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi ekonomi dan kemajuan teknologi telah mendorong kompetisi yang semakin tajam di lingkungan bisnis. Setiap entitas bisnis dipacu untuk selalu melakukan inovasi agar tetap eksis dalam persaingan. Keadaan ini menuntut para pimpinan atau manajemen perusahaan untuk dapat mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara lebih efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya selain itu badan usaha dituntut pula memiliki nilai tambah bagi badan usahanya, ( R. Ait dan Risa, 2013). Auditor internal merupakan bagian dari perusahaan yang dibentuk dengan tujuan untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawab dengan memberikan analisis, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit (Amrizal, 2004). Auditor internal memiliki tugas meneliti dan mengevaluasi bekerjanya sistem akuntansi disamping menilai seberapa jauh kebijakan dan program kerja manajemen dijalankan memiki peran yang penting dalam perusahaan. Auditor sebagai salah satu profesi yang menunjang terwujudnya Good Corporate Governance (GCG) saat ini telah menjadi komponen utama dalam mewujudkan pengelolaan perusahaan secara sehat. Bahkan untuk pengendalian korporasi yang lebih luas, pertanggungjawaban bagi publik ditampilkan dengan kewajiban pembentukan Auditor Internal dan Dewan Audit (Hasnati, 2004). 1
2 Berdasarkan kondisi tersebut perlu kiranya perusahaan meningkatkan kesadaran untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG), pentingnya penerapan Good Corporate Governance (GCG) di beberapa negara sudah mulai meluas pada tahun 1980, dan di Indonesia Good Governance mulai dikenal secara lebih dalam pada tahun 1990 sebagai wacana penting yang muncul dalam berbagai pembahasan, diskusi, penelitian, dan seminar, baik di lingkungan pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat termasuk di lingkungan akademisi. Sejak terjadinya krisis moneter dan krisis keprcayaan yang mengakibatkan perubahan dramatis pada tahun 1998, Indonesia telah memulai berbagai inisiatif yang dirancang untuk mempromosikan Good Governance, akuntabilitas dan partisipasi yang lebih luas. Perancangan ini sebagai awal yang penting dalam menyebarluaskan gagasan yang mengarah pada perbaikan governance dan demokrasi di Indonesia. Good Governance dipandang sebagai paradigma baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam sistem administrasi publik (Sedarmayanti, 2012). Indonesia memberikan respon dengan membentuk suatu komite pada tahun 1990 yang tugasnya merekomendasikan pedoman umum Good Corporate Governance (GCG) yang pertama, yaitu Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG). Pembentukan komite ini berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999. Pada bulan November tahun 2004, berdasarkan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.ENKON/11/2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-
3 Komite Korporasi. Dalam pembentukan komite ini menghasilkan pedoman umum Good Corporate Governance (GCG) tahun 2006. Good Corporte Governance (GCG) pada dasarnya merupakan sistem (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Good Corporate Governance (GCG) dimasukan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahankesalahan yang signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat dierbaiki dengan segera (Wahyudin, 2008). Di Indonesia, badan usaha yang dimiliki pemerintah terbagi menjadi dua badan usaha yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah organisasi yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk membentuk dan mengelola berbagai kegiatan pemerintah di daerah. Kinerja perusahaan daerah masih dirasakan kurang baik, hal tersebut disebabkan karena masih adanya inefisiensi, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan adanya kelemahan-kelemahan dalam manajemen. Sedangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaku ekonomi dengan tujuan yang dimilikinya dimana dalam menghadapi persaingan global yang semakin pesat diharapkan mampu menaikan efisiensinya sehingga menjadi unit usaha yang sehat. Kinerja pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4 sendiri sudah cukup baik, dengan menjadi penghasil laba terbesar dimana dapat mendukung percepatan pembangunan di Indonesia (Faridz, 2013). BUMN harus peka terhadap setiap perkembangan yang terjadi dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan dunia usaha, sehingga profesionalisme BUMN disegala bidang terus meningkat, baik dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan maupun dalam bidang pengendalian dan pengawasan. Disamping itu BUMN bukan lagi anak emas perusahaan sehingga manajemen dituntut untuk lebih mandiri dan profesional dalam menjalankan tugasnya (Trimanto dan Lena, 2010). Didalam praktiknya penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN bukanlah hal mudah untuk dilakukan walaupun ada beberapa BUMN yang sudah mulai memperkenalkan Good Corporate Governance (GCG) tetapi belum menerapkannya secara menyeluruh. Penerapan Good Corporate Governance (GCG) didalam praktiknya merupakan hal yang mendesak, hal ini dikarenakan sistem pengelolaan yang tidak profesional. Beberapa kasus di perusahaan BUMN diantaranya pada kasus Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat, Berdasarkan pengamatan Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) diketahui bahwa Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat saat ini mengalami permasalahan pemeriksaan internal perusahaan dimana kasus korupsi dana operasional penyaluran beras miskin di BULOG Divisi Regional Jawa Barat pada tahun 2008-2010 dengan nilai kerugian sebesar Rp. 5 milliar (Lodaya, 2013). Menurut Kejaksaan Republik Indonesia (2011). Badan Urusan Logistik (BULOG) Divre Jawa Barat memerintahkan tim pemeriksa kerugian untuk melakukan audit/stock
5 opname terhadap stok beras di Gudang Bulog Baru. Hasil pemeriksaan yang membandingkan antara stok menurut administrasi gudang dengan stok beras yang ada diketahui terjadi selisih kekurangan fisik beras, dimana menurut stok administrasi persediaan gudang seharusnya sebanyak 25,740 kolli dengan berat bruto 1,290,115 kg dan netto 1,287,026 kg, sedangkan fisik hasil stock opname beras yang ada hanya 11,165 kolli dengan berat bruto 559,574 kg dan netto 558,325 kg, sehingga terdapat selisih kurang sebanyak 14,575 kolli dengan berat bruto 730,541 kg dan netto 728,701 kg. Dari kasus Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat dapat diketahui bahwa pihak Internal Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat telah melakukan kelalaian, yaitu berupa ketidak sesuaian jumlah stock persediaan beras yang ada di gudang dengan jumlah stock persediaan beras yang sudah dilakukan pemeriksaan oleh tim pemeriksa kerugian yang diperintahkan oleh Kejaksaan Republik Indonesia dengan cara melakukan audit/stock opname terhadap stock beras di Gudang BULOG. Dari pemeriksaan tersebut ternyata telah diketahui terjadinya selisih kekurangan fisik beras antara jumlah stock beras menurut administrasi persediaan gudang dengan dengan jumlah stock beras yang telah diaudit oleh tim pemeriksa kerugian. Terjadinya perbedaan jumlah stock beras tersebut termasuk kekakaian yang melanggar prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), yaitu prinsip transparansi dan prinsip akuntabilitas, dimana pihak administrasi persediaan gudang perusahaan tersebut tidak terbuka dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai stock persediaan beras yang ada di gudang
6 tersebut, dan tidak adanya kejelasan fungsi dari pihak administrasi persediaan gudang sehingga kegiatan didalam pergudangan tersebut tidak berjalan dengan efektif dan efisien. Sesuai dengan tuntutan nasional dan tantang global mewujudkan Good governance diperluan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi jabatan dan penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk meciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi diperlukan peningkatan mutu profesionalisme, sikap pengabdian dan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan negara,semangat kesatuan dan persatuan, dan pengembangan wawasan pegwai negeri sipil, salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan jabatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha pembinaan secara menyeluruh yang mengacu pada kompetensi jabatan (Sedarmayanti, 2012). Berdasarkan fenomena permasalahan yang telah diuraikan, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG), untuk mengetahui pengaruh independensi auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) dan juga untuk mengetahui pengaruh kompetensi, dan independensi auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG). Dari kedua fenomena terebut dapat juga dilihat bahwa peran auditor internal untuk menciptakan sebuah mekanisme check and balance yang ideal belum terwujud, karena salah satu tanggungjawab komite audit dibidang laporan keuangan ialah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen
7 telah meberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang. Peran auditor internal yang independen sangat penting dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan atau organisasi. Menurut Standar Profesi Audit Internal (2004), auditor internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi, memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas, secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepala unit-unit yang tepat di dalam organisasi, dan secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan informasi diantara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal serta manajemen. Audit internal yang independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya peruahaan dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik-praktik dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Menurut keputusan menteri BUMN Nomor: Kep/117/M-MBU/2002, GCG memiliki lima prinsip yaitu: 1. Transparasi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi meteriil dan relevan mengenai perusahaan.
8 2. Kemandirian yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan, pengaruh dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku. 3. Akuntabilitas yaitu kejelasan dari fungsi perusahaan tersebut sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. 4. Pertanggungjawaban kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hakhak stakeholder yangg timbul berasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Auditor internal dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai agar dapat menjalankan fungsinya secara efektif. fungsi audit internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya (SPAP,2004:16). Auditor internal juga harus dibekali dengan pengetahuan tertentu. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman maupun pendidikan. Selain pendidikan formal yang telah dimiliki, auditor internal harus mengikuti pendidikan tertentu sesuai dengan bidang yang menjadi tugasnya (Tugiman,2006:48). Sedangkan profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor. Profesional adalah tuntutan tanggung jawab dari seorang profesional yang menentukan mutu dan kualitas dalam menjalankan suatu
9 pekerjaan (Rosnidah, 2011:457). dengan profesional yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. gambaran tentang profesional seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Hendro wahyudi (2006) tercermin dalam lima hal yaitu: pengabdian dalam profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. Audit internal telah memasuki paradigma baru dimana kini auditor tidak lagi berfungsi sebagai watchdog, tetapi lebih sebagai mitra. Sejalan dengan hal itu, pendekatan audit berbasis pengendalian yang bersifat pasif dan reaktif berubah menjadi pendekatan audit berbasis risiko yang bersifat aktif dan antisipatif. Dalam audit berbasis risiko auditor harus mengevaluasi efektivitas proses, manajemen proses, pengendalian intern, dan public governance sebagai bentuk aktivitas assurance dan konsultasi untuk dapat memberikan nilai tambah dan memperbaiki kegiatan organisasi, Felisia (2010). Hasil dari pelaksanaan audit internal ini tidak hanya berupa rekomendasi untuk perbaikan sistem dan metode, tetapi juga meliputi tindakan-tindakan perbaikan yang memperkecil dan meniadakan kelemahan-kelemahan, kegagalankegagalan, dan inefisiensi dari berbagai program yang telah direncanakan oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Audit internal berpengaruh secara signifikan terhadap implementasi Good Corporate Governance (GCG) dimana yaitu semakin tinggi oeran audit internal maaka akan semakin mendukung kinerja implementasi Good Corporate Governance (GCG) (Zarkasyi, 2008:184). Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saptantinah (2010) menunjukan bahwa upaya mewujudkan Good Corporate Governance (GCG)
10 merupakan hal yang tidak mudah dilaksanakan, terdapat beberpa kendala dalam hal ini terutama dalam hal transparasi dan akuntabilitas yang belum sepenuhnya dipenuhi oleh beberpa perusahaan di Indonesia. Untuk dapat mewujudkan hal ini maka perlu ada pembenahan dalam perusahaan tersebut, yaitu dengan menguatkan kontrol dalam perusahaa tersebut dengan cara menegakan Sistem Pengendalian Internal dalam perusahaan tersebut, sehingga penyimpangan-penyimpangan dapat diminimumkan. Penelitian mengenai Good Corporate Governance (GCG) merupakan fenomena yang menarik ditengah perbincangan mengenai peran auditor internal. Sejauh mana pentingnya komite audit dalam mencapai tujuan Good Corporate Governance (GCG) yang merupakan hal yang menarik untuk dibahas dan diteliti. berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Auditor Internal dengan judul: PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PROFESIONALISME AUDITOR INTERNAL TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) (Studi Kasus pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang penulis identifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah independensi auditor internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat.
11 2. Apakah kompetensi auditor internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat. 3. Apakah profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisis Regional Jawa Barat. 4. Bagaimana pengaruh independensi, kompetensi, dan profesionalisme auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menggali atau mencari data dan informasi yang berhubungan dengan pengaruh independensi, kompetensi, dan profesionalisme auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini secara terperinci adalah untuk mengetahui: 1. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh independensi auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Regional Jawa Barat. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh kompetensi auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat.
12 3. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh profesionalisme auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh independensi, kompetensi, dan profesionalisme auditor internal terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan ssebagai berikut: a. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sistem Corporate Governance yang baik, memahami fungsi Independensi, Kompetensi, dan Profesionalisme Auditor Internal terhadap Penerapan Good Corporate Governance (GCG), dan juga sebagai alat ukur kemampuan teori yang didapat dari perkuliahan maupun dari literatur yang ada dalam penerapannya dengan masalah yang dihadapi perusahaan. b. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas manajemen akan perlunya sistem Good Corporate Governance dan sebagai alat pertimbangan, jika perlu dapat dipakai untuk memberikan masukan-masukan atau sumbangan pikiran yang berguna untuk mengadakan perbaikan bagi perusahaan untuk
13 lebih meningkatkan efektivitas dalam mengelola pengendalian internal dan meningkatkan nilai perusahaan. c. Pihak Lain Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan juga referensi bagi pembaca maupun peneliti dalam melakukan penelitian dengan topik permasalahan yang sama, sehingga kekurangan dalam penulisan ini dapat dilengkapi. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya. Penelitian dilakukan di Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Jawa Barat sebagai tempat pengumpulan data yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No. 711-A Bandung. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2015 sampai skripsi ini selesai.