BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda)

#### Selamat Mengerjakan ####

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan berdasarkan jenis kelamin yang sangat luas di semua Negara (Anker,

BAB II LANDASAN TEORI. Work-Family Conflict (WFC) adalah salah satu dari bentuk interrole

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan jaman, saat ini banyak wanita yang mengenyam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan pengetahuan kepada anak didik (Maksum, 2016). pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan permintaan pasar. Apabila permintaan pasar mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DAN DUKUNGAN SOSIAL PASANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWATI DI RUMAH SAKIT ABDUL RIVAI-BERAU

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa secara kuantitas, pekerja wanita merupakan faktor tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V FAKTOR PEMICU KONFLIK PEKERJAAN-KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah tenaga kerja hampir terjadi di seluruh kota kota besar di

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Sementara itu pada saat ini banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi menjadi fenomena yang sangat penting dalam dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam mengelola urusan keluarga. Sedangkan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi saat ini semakin mendorong wanita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan ekonomi dan politik, perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB II LANDASAN TEORI

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja Yang Menyusui. Rizky Wijayanti

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB IX PENUTUP. 9.1 Kesimpulan. Dari hasil analisa yang telah dilakukan sebelumnya maka berikut ini. kesimpulan dari penelitian ini :

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

Puji Hastuti F

BAB II LANDASAN TEORI. Area dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai suatu area

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. wanita yang ikut dalam aktifitas bekerja. Wanita sudah mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan keluarga yang sejahtera, pastilah menjadi impian setiap orang.

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah unit sosial terkecil di masyarakat. Peran keluarga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkat, pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mampu menarik dan

BAB I PENDAHULUAN. wanita dari masyarakat dan pengusaha pun semakin tinggi. Di Amerika Serikat,

BAB II PEMBAHASAN A. STRES. yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kehidupan masyarakatnya dan menyebabkan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. individu yang belajar di Perguruan Tinggi. Setelah menyelesaikan studinya di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat menginjak masa dewasa, individu telah menyelesaikan masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa point penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen bila ditinjau sebagai suatu proses merupakan suatu rangkaian tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. area, seperti di area pekerjaan dan keluarga. Demikian juga dengan para pegawai

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAN. Manusia sebagai seorang individu memiliki kepentingan-kepentingan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era modern ini kedudukan wanita dan pria bukanlah sesuatu yang

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

2016 HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) A KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan lama. Karena salah satu sumber daya yang sangat penting yang. dimiliki oleh perusahaan adalah sumber daya manusia.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling

BAB II LANDASAN TEORI. A. Stres Kerja. adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi individu yang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini kegiatan ekonomi di dalam negeri tidaklah menentu, dengan mulai

BAB I PENDAHULUAN. daya saing dalam dunia usaha. Hal ini merupakan suatu proses kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan keprihatinan tentang kesejahteraan psikologis perempuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN SOLOPOS NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menemukan makna hidupnya. Sedangkan berkeluarga adalah ikatan perkawinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB II LANDASAN TEORI. (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sampel 165 pekerja perempuan di perusahaan berteknologi tinggi Science-Based

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu mampu menjalankan segala aktivitas kehidupan dengan baik. Kesehatan juga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang menarik di banyak negara, termasuk negara-negara

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Peran Ganda 1. Pengertian konflik peran ganda Ada berbagai definisi yang diungkapkan oleh para ahli tentang konflik. Diantaranya yang diungkapkan Putman &Pool (dalam Wahyu, 2007) konflik didefinisikan sebagai interaksi antara individu, kelompok atau organisasi yang membuat tujuan atau arti berlawanan, dan merasa bahwa orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka. Sedangkan konflik secara umum bisa diartikan sebagai kondisi dimana terjadi ketidak cocokan antara nilai dan tujuan yang ingin dicapai, baik nilai atau tujuan yang ada di dalam sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain (Wijono, 2010). Konflik juga dapat terjadi pada saat munculnya dua kebutuhan atau secara bersamaan. Hal tersebut tersebut terjadi karena dorongan dan kebutuhan tidak selalu muncul satu persatu (Irwanto, 1988). Lebih lanjut Robins (1996) menyatakan bahwa konflik adalah suatu proses adanya pertentangan atau oposisi dari suatu pemikiran yang dirasa akan membawa pengaruh negatif. Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa konflik adalah suatu kondisi pertentangan yang terjadi pada diri seseorang dikarenakan 7

8 harus memilih antara dua kebutuhan atau lebih pada saat yang bersamaan. Istilah peran ganda adalah dua peran atau lebih yang dijalankan dalam waktu yang bersamaan, dalam hal ini peran yang dimaksud adalah peran seseorang perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu bagi anakanaknya, dan peran sebagai perempuan yang memiliki karir di luar rumah. Peran ganda ini dijalani bersamaan dengan peran tradisional kaum perempuan sebagai istri dan ibu dalam keluarga, seperti menjadi mitra suami dalam membina rumah tangga, menyediakan kebutuhan keluarga, serta mengasuh dan mendidik anak (Wolfman dalam Wahyu,2007). Anoraga (1992) menyebutkan bahwa konflik peran ganda merupakan suatu konflik atau pertentangan antara kepentingan pekerjaan dan kepentingan keluarga,dimana seringkali individu akan mengalami tekanan berkaitan dengan kedua kepentingan tersebut. Selanjutnya Anoraga menyebutkan bahwa konflik peran ganda dapat dikatakan sebagai work-family conflict atau konflik pekerjaan-keluarga. Berdasarkan uraian yang ada di atas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik peran ganda adalah suatu kondisi atau keadaan dimana telah terjadi pertentangan pada wanita karir dikarenakan harus memilih antara memenuhi peran sebagai ibu rumah tangga atau peran polisi wanita pada waktu yang sama.

9 2. Aspek-Aspek Konflik Peran Ganda Pada Wanita Menurut Kopelman dan Burnley (dalam Suryadi, 2004) terdapat enam aspek dalam konflik peran ganda. Keenam aspek tersebut yaitu : a. Aspek pengasuhan anak, orang tua khususnya seorang wanita yang mengalami konflik peran ganda mencemaskan kesehatan anak, perhatian terhadap anak, kondisi emosi anak, dan pendidikan anak. b. Bantuan untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, wanita yang mengalami konflik peran ganda membutuhkan bantuan dalam hal mengurus rumah tangga (baik dari pihak suami, pembantu rumah tangga, ataupun bantuan pihak lain). c. Komunikasi dan interaksi dengan keluarga, melalui komunikasi semua anggota keluarga dapat mengutarakan kebutuhan, keinginan, dan keluhan dengan sesama anggota keluarga. Wanita yang mengalami konflik peran ganda amat dipengaruhi oleh sistem komunikasi yang diterapkan dalam keluarganya. d. Waktu untuk keluarga, ketika wanita mengalami konflik peran ganda seringnya merasakan kekurangan waktu dengan suami, anakanak, bahkan untuk dirinya sendiri. e. Penentuan prioritas, apabila seorang wanita yang mengalami konflik peran ganda sering mengalami pertentangan prioritas pekerjaan dan prioritas keluarga, sehingga hal tersebut menimbulkan konflik. f. Tekanan karier dan keluarga, terdapat tuntutan pekerjaan dalam setiap individu bekerja tidak terkecuali wanita yang bekerja.

10 Tuntutan tersebut tentunya menghadirkan tekanan dalam pekerjaan. Disamping itu juga terdapat tuntutan keluarga, dimana keluarga akan menuntut kehadiran wanita karir tersebut untuk menjalankan perannya dalam keluarga sebagai istri dan ibu. Menurut Frone, (2000) terdapat aspek yang mempengaruhi konflik peran ganda pada wanita, yaitu : a. Tekanan sebagai orang tua, dimana tekanan sebagai orang tua merupakan beban kerja bagi orang tua dalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa berupa beban pekerjaan rumah tangga karena anak tidak dapat membantu, dan adanya kenakalan remaja. b. Tekanan dalam perkawinan, tekanan perkawinan merupakan beban sebagai istri di dalam keluarga. Beban yang ditanggung bisa merupakan pekerjaan rumah tangga dikarenakan suami tidak bisa dan tidak dapat membantu, tidak adanya dukungan suami, tingkat kepuasan perkawinan, dan pengambilan keputusan suami yang dilakukan secara sepihak. c. Kurangnya keterlibatan sebagai istri, keterlibatan sebagai istri dapat berupa kesediaan istri untuk menemani suami dan sewaktu dibutuhkan oleh suami. d. Kurangnya keterlibatan sebagai orang tua, dapat berupa kesediaan orang tua untuk menemani anak dan sewaktu dibutuhkan oleh anak. e. Campur tangan pekerjaan, campur tangan pekerjaan dapat berupa persoalan-persoalan pekerjaan yang mengganggu hubungan di dalam

11 keluarga. Sehingga hal tersebut menyebabkan waktu untuk hubungan keluarga menjadi tersita. 3. Bentuk-Bentuk Konflik Peran Ganda Yang, Chen, Choi, dan Zhou (dalam Wirakristama,2011) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis work-family-conflict, yaitu : a. Time-based conflict atau konflik peran ganda yang didasari oleh pembagian waktu. Waktu yang digunakan untuk menjalankan salah satu peran (baik itu pekerjaan atau keluarga) akan mengurangi waktu untuk peran yang lain. b. Strain-based conflict atau konflik peran ganda yang didasari oleh tekanan yang berasal dari salah satu peran, dimana tekanan yang datang dari salah satu peran akan sangat mempengaruhi kinerja individu untuk menjalani peran yang lain. c. Behavior-based conflict atau konflik peran ganda yang didasari oleh perilaku terhadap kedua peran yang dijalani. Hal ini berhubungan dengan ketidaksesuaian antara perilaku yang diinginkan oleh kedua peran dengan perilaku individu tersebut ketika menjalani kedua peran tersebut.

12 4. Sumber-Sumber Konflik Peran Ganda Pada Wanita Greenhaus dan Beautell (dalam Almasitoh, 2012) menyebutkan bahwa terdapat empat sumber konflik peran ganda pada wanita, yaitu : a. Permintaan waktu akan peran yang tercampur pengambilan bagian dalam peran yang lain. b. Stres yang dimulai dalam satu peran yang terjatuh dalam peran yang lain dikurangi dari kualitas hidup dalam peran itu. c. Kecemasan dan ketegangan yang disebabkan oleh ketegangan dari satu peran dapat mempersulit peran yang lain. d. Perilaku yang efektif dan tepat pada suatu peran, tetapi tidak efektif dan tepat ketika dipindahkan ke peran yang lain. Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan beban pekerjaan yang berlebihan dan waktu pekerjaan. Dimana seorang pekerja dihadapkan kepada beban kerja melebihi apa yang ditugaskannya dan deadline atau waktu pekerjaan yang diburu-buru. Sedangkan tuntutan atau tekanan dalam peran keluarga meliputi tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga dan keluarga.faktor pemicu konflik peran ganda (work-family conflict) pada wanita dapat bersumber dari tekanan pekerjaan atau tekanan yang berasal dari keluarga.tekanan tersebut saling berhubungan positif dengan konflik pada urusan keluargapekerjaan (Irwanto, 1998). Menurut Frone(2000) tekanan pekerjaan meliputi beban pekerjaan, kurangnya pemberian otonomi dan terjadinya keracunan peran dalam

13 lingkungan pekerjaan. Sedangkan tekanan yang berasal dari keluarga menggambarkan peran individu sebagai orang tua khususnya wanita sebagai seorang ibu yang juga berperan sebagai seorang istri.kedua peran tersebut mengarah pada kualitas peran terhadap masing-masing peran yaitu sebagai pekerja atau wanita karir dan peran sebagai orang tua dan istri. 5. Gejala-gejala konflik peran ganda Paludi (dalam Suryadi, 2004) mengemukakan bahwa area konflik yang dialami oleh ibu yang bekerja bekisar pada pengaturan rumah tangga dan perhatian pada anak-anak.masalah lain juga meliputi pembagian atau pengaturan waktu, stress dan kelelahan. Hal ini dapat memicu konflik pada ibu sebagai wanita karir, seperti munculnya rasa bersalah, kegelisahan, keletihan dan frustasi. Banyak polisi wanita yang menunjukan kecemasan dan perasaan bersalahterhadap peran sebagai ibu rumah tangga karena tidak banyak waktu yang diluangkan untuk keluarga. Apabila telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam keluarga, ibulah yang paling disalahkan. Perasaan sedih, marah, bingung dan hal ini menyebabkan konflik yang dalam ibu yang menjadi wanita karir.

14 Mengacu pada uraian di atas dapat dimengerti bahwa konflik peran ganda dapat diindikasikan dari gejala-gejala berikut : a. Rasa bersalah Salah satu fungsi mendasar yang dijalankan ibu rumah tangga adalah mengasuh dan merawat keluarga. Kebiasaan untuk menomor duakan kebutuhan-kebutuhan pribadinya sungguh sudah mendarah daging. Akibatnya, disaat mereka berusaha memenuhi kebutuhan pribadi mereka sendiri justru timbul rasa bersalah karena konsekuensinya adalah tidak banyak waktu yang diluangkan untuk keluarga, dan sepanjang hari meninggalkan rumah. b. Kegelisahan Ibu yang berperan ganda dengan jumlah kerja rata-rata 6-8 jam seiring merasa tidak nyaman sehingga selalu ingin mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran ganda yang dihadapinya. c. Keletihan Ibu yang berperan ganda sering merasakan keletihan karena adanya beban tanggung jawab terhadap pekerjaan dan rumah tangga dalam waktu yang bersamaan sehingga mengurangi waktu luang ibu untuk beristirahat. d. Frustasi Ibu yang berperan ganda sering dihadapkan pada pilihan yang sulit antara pendahuluan kepentingan keluarga dengan kepentingan

15 pekerjaan seperti seperti kita memilih bekerja lembur. Hal ini sering menyebabkan sorang ibu yang menjadi wanita karir harus membagi perhatian yang sama antara keluarga dan pekerjaannya, sehingga menyebabkan timbulnya frustasi pada wanita karir. Dampak bagi seseorang wanita dapat memberikan dampak yang positif seperti timbulnya harga diri, lebih mandiri dan dapat menunjang kehidupannya. Di sisi lain, dampak negatif dari pekerjaan dapat berupa penyakit yang timbul akibat melakukan pekerjaan, kecelakaan dan gangguan-gangguan yang ditimbulkan oleh lingkungan kerjanya. Sebagai seorang wanita yang sudah berkeluarga sekaligus menjadi wanita karir, mempunyai peran dalam keluarga inti sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai pengurus rumah tangga (Munandar, 2001) Strong dan DeVault (dalam Suryadi, 2004) mengemukakan pandangan bahwa tugas seorang ibu yang berperan ganda akan menjadi lebih berat. Kesulitan yang dihadapi menjadi lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang hanya mengurus suami dan anakanak. Ibu yang menjadi wanita karir harus mengatur waktu bagi keluarganya, namun di sisi lain ibu juga harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Adanya dualisme peran menimbulkan beberapa tuntutan yang dapat menimbulkan konflik antar peran yang dialami oleh ibu, selain harus mengurus keluarga serta mengasuh anak dengan peran sebagai ibu sebagai wanita karir yangdihadapkan

16 pada orientasi pekerjaan demi mencapai tujuan pekerjaannya dengan baik. Konflik peran ganda yang dialami oleh ibu sebagai wanita karir dapat berkurang jika mendapat dukungan sosial dari suaminya. Ibu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga (dalam hal ini suami) sebagai tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana ibu sedang menghadapi permasalahan. Adapun dukungan emosional yang dapat diberikan suami berupa pengertian dan perhatian. Berbeda dengan dukungan informatif, yaitu berupa nasehat yang diberikan suami dalam memecahkan masalah pekerjaan di kantor. Apabila suami memberi dukungan seperti tersebut di atas maka istri atau ibu yang menjadi wanita karir, akan menimbulkan rasa nyaman dan rasa tidak bersalah jika sesuatu menimpa keluarganya. Sebaliknya jika suamitidak memberikandukungan pada ibu yang menjadi wanita karir maka dapat menyebabkan rasa bersalah pada ibu jika sesuatu menimpa keluarganya. Dukungan sosial yang lain adalah dukungan penghargaan, yaitu menghormati dan mendorong istri dalam pekerjaannya dan semua itu pasti akan mempengaruhi kinerja pada instansiyang bersangkutan.

17 B. Dukungan sosial suami 1. Pengertian dukungan sosial Setiap manusia tidak pernah lepas dari sebuah masalah. Permasalahan yang ada akan semakin bertambah dan kompleks dan seringkali menekan individu. Sehingga dalam keadaan tersebut individu sangat membutuhkan adanya dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti orang tua, keluarga, rekan kerja, atasan, saudara dan lain sebagainya. Adanya dukungan sosial yang tinggi dari lingkungan sekitar akan membuat individu merasa nyaman dan dimengerti oleh orang lain, sehingga mampu memberikan motivasi bagi individu. Sebaliknya dukungan sosial yang rendah akan membuat individu merasa tidak nyaman dan akan timbul perasaan bersalah dari individu karena tidak adanya atau kurangnya dukungan yang dibutuhkan individu. Etzion (dalam Indarjati, 1997) mengartikan dukungan social sebagai hubungan atau transaksi interpersonal yang di dalamya terdapat satu atau lebih bantuan dalam bentuk fisik (instrumental), informasi dan pujian. Selain itu Cobb (dalam Smet, 1994) juga menekankan masalah dukungan sosial ini orientasi subjektifnya yang memperlihatkan bahwa dukungan sosial tersebut terdiri atas informasi yang menuntun seseorang untuk meyakini bahwa ternyata dirinya masih diurus dan disayang. Cohen dan Syme (1985) yang mendefinisikan dukungan social secara lebih umum yaitu segala sumber daya yang diberikan oleh orang

18 lain. Menurut House (dalam Cohen dan Syme, 1985) dukungan sosial dapat diartikan sebagai tingkat persepsi seseorang terhadap intensitas dukungan sosial yang diterimanya dari orang lain. Dari pengertianpengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan suatu bantuan baik berupa psikologis, fisik maupun finansial yang diterima seseorang yang berasal dari lingkungan sosial sekitarnya untuk membantu mengatasi permasalahan orang tersebut. Fenlason dan Beehr (dalam Indarjati, 1997), mengatakan bahwa membagi dukungan sosial menjadi dua macam yaitu dukungan emosional dan dukungan instrumental. Dukungan emosional adalah perilaku memberikan bantuan atau dukungan dalam bentuk memberi perhatian dan mendengarkan semua keluhan dengan simpati terhadap orang lain. Sementara itu dukungan instrumental merupakan perilaku bantuan dalam bentuk pertolongan yang nyata seperti bantuan fisik. Sarafino (2011) mengatakan bahwa sumber dukungan sosial yang utama bagi individu barasal dari keluarga, seperti suami/istri, anak, orang tua, saudara atau kerabat. Hal ini disebabkan keluarga merupakan lingkungan utama dan memiliki pengaruh yang paling kuat bagi individu.

19 Menurut Safitri (2007) dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan masalah pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak, serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya. Berdasarkan uraian pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial suami adalah suatu bantuan atau tindakan yang nyata dari suami yang dirasakan istri, yang memberikan efek fisik, emosional dan perilaku istri. 2. Aspek-aspek dukungan sosial suami Menurut Sarafino (2011) dukungan sosial dibedakan menjadi empat aspek mendasar, yaitu: a. Dukungan emosi, yaitu meliputi empati, kepedulian, perhatian, penghormatan positif dan semangat kepada seseorang. Dukungan emosi memberikan rasa nyaman, jaminan dan aman, rasa memiliki dan dicintai ketika seseorang dalam situasi stres, misalnya memberikan dukungan emosi pada seseorang yang kehilangan pasangan hidupnya. Dukungan emosi membantu seseorang memiliki rasa kompetensi dan dihargai.

20 b. Dukungan instrumental atau alat, yaitu meliputi bantuan langsung, seperti ketika orang meminjamkan atau memberi uang kepada orang tersebut atau menolong memberi pekerjaan ketika orang tersebut membutuhkan pekerjaan. c. Dukungan informasi, yaitu meliputi memberikan nasihat, arahan, petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik mengenai bagaimana orang tersebut bekerja, contohnya seseorang yang sedang sakit mendapat informasi dari keluarga atau dokter bagaimana mengatasi penyakit, atau seseorang yang menghadapi keputusan sulit dalam pekerjaannya, mendapat umpan balik atas idenya dari rekan kerja. d. Dukungan penghargaan, meliputi ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang tersebut, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif dengan orang lain. Sedangkan Cutrona dan Orford (dalam Farhati dan Rosyid, 1996) menyebut ada empat jenis dukungan sosial : a. Dukungan materi, dukungan ini bisa disebut juga dengan bantuan nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrument support). b. Dukungan emosi, yaitu perilaku memberi bantuan atau dukungan dalam bentuk memberi perhatian dan empati terhadap orang lain. c. Dukungan penghargaan, dukungan ini terjadi apabila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.

21 d. Dukungan informatif, yaitu proses pemberian informasi, nasehat, saran atau bimbingan untuk memecahkan yang dihadapi. Berdasarkan uraian yang ada di atas maka yang dimaksud dengan aspek-aspekdukungan sosial dalam penelitian ini adalah yang dikemukakan dalam teori Sarafino (2011) yaitu aspek dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif. C. Kerangka pemikiran Dukungan social suami a. Dukungan emosi b. Dukungan instrumental alat c. Dukungan informasi d. Dukungan penghargaan Konflik peran ganda a. Tekanan sebagai orang tua b. Tekanan dalam perkawinan c. Keterlibatan sebagai istri d. Keterlibatan sebagai orang tua Gambar. 1 Kerangka Berpikir D. Hipotesis Ho:Tidak ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan konflik peran ganda. Ha:Ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan konflik peran ganda.