BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan kondisi fisik, orang yang lahir di dunia tidak semuanya memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan. kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manuisia bertujuan untuk melihat kualitas insaniah. Sebuah pengalaman

2014 PENGARUH KEGIATAN OUTBOUND TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK UPI

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari masa prenatal sampai datangnya masa kematian. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia untuk pembangunan. Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

BAB I PENDAHULUAN. A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul

BAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. perbedaan kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri,

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EKSPLORASI KARIR PESERTA DIDIK

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri (Self

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, dan sebagainya. sebaliknya dalam individu berbakat pasti ditemukan kecacatan tertentu.

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : kerja Bagi Penyandang Disabilitas Netra. dapat dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang dilahirkan di dunia berbeda beda mulai dari jenis kelamin maupun dengan kondisi fisik, orang yang lahir di dunia tidak semuanya memiliki fisik yang lengkap kadangkala ada manusia yang terlahir di dunia dengan kondisi fisik yang kurang atau tidak normal. Terkadanag terdapat bayi yang terlahir di dunia dengan kondisi fisik yang cacat. Kecacatan yang dialami oleh para bayi yang dilahirkan beraneka ragam, mulai dari yang mengalami kecactan bagian atas tubuh, bawah tubuh, dan bahkan ada yang mengalami kecacatan pada kedua bagian atas dan bawah tubuhnya. Banyak negara di dunia tidak mempunyai data yang akurat tentang jumlah penduduknya yang mengalami kecacatan. Data yang diungkap oleh PBB menyatakan 10 % dari total penduduk dunia atau sekitar 650 juta orang adalah individu yang mengalami kecacatan tubuh. Laporan yang diberikan oleh Bank Dunia menyatakan sekitar 20 % dari penyandang cacat diseluruh dunia datang berasal dari seseorang /individu dari keadaan ekonomi lemah. Kondisi sosial dari penyandang cacat umumnya mengalami keadaan kurang baik dari aspek ekonomi, pendidikan, dan keterampilan maupun jiwa kemasyarakatan. Bahkan terdapat beberapa keluarga yang menutupi anggota keluarganya yang mengalami kecacatan, hal ini biasanya terjadi di daerah pedesaan karena ketidaktahuan mereka untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami cacat tersebut (Hikmawati, 2011). 1

2 Data yang kurang tepat tentang banyaknya penduduk yang mengalami kecacatan tubuh mengakibatkan rendahnya perhatian dari masyarakat maupun pemerintah untuk membantu menanganinya terutama di bidang pendidikan. Penyandang cacat pada saat ini menjadi bagian minoritas seperti bagian kecil dari keseluruhan masyarakat yang mengalami kondisi tubuh kurang beruntung dan tidak seperti orang normal lainnya, halini memebuat mereka sseakan akan menjadi korban kediskriminasi dari masyarakat. Para penyandang cacat sering mendapat perlakuan yang kurang baik bahkan terkesan tidak adil dari lingkungan maupun keluarganya sendiri. Dikemukakan oleh Mulyadi (2009) mengatakan bahwasanya perhatian orangtua yang memiliki anak dengan kondisi cacat dan normal maka perhatian yang mereka berikan akan berbeda dengan anak yang normal dan cacat, bahkan terdapat anak yang disembunyikan dari masyarakat umum karena mereka menggap itu sebagai aib keluarga. Kehidupan yang dijalani oleh setiap manusia tentunya tidak lepas dari berbagai permasalahan, permasalahan yang muncul pun semakin kompleks seiring dengan perkembangan jaman, misalnya dalam hal ekonomi, pendidikan, sosial, dan psikologi. Oleh Wijasantosa (1984) dijelaskan bahwa masalahmasalah tersebut dialami pula oleh para penyandang cacat, karena selain menghadapi masalah umum sebagaimana manusia pada umumnya juga menghadapi masalah khusus karena kecacatan yang dimiliki. Penyandang cacat menghadapi masalah yang lebih kompleks dibandingkan manusia pada umumnya, terlebih karena masalah akibat kecacatan yang dimiliknyai. Permasalahan khusus yang dihadapi pun tidak sekedar masalah secara fisik saja melainkan secara psikis

3 atau mental. Lauster (1997), menyatakan bahwa perlakuan dan pandangan negatif dari masyarakat kepada para penyandang cacat menyebabkan para penyandang cacat mengalami kurang percaya diri, minder, dan merasa tidak berguna. Disebutkan pula bahwa aktualisasi diri atau pengembangan potensi yang dimiliki oleh individu menjadi kurang maksimal sehingga mengakibatkan mereka menjadi pribadi yang pesimistis dalam menghadapi suatu tantangan, khawatir dan takut dalam menyampaikan gagasan, kurang berani dalam menentukan suatu pilihan dan memiliki rasa takut untuk bersaing dengan orang lain hal ini juga mempunyai dampak menjadikan rendahnya kepercayaan diri mereka. Seiring berjalannya waktu pada masa sekarang ini, peran setiap individu mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat dunia. Peran-peran penyandang cacat pun tidak dapat dipandang sebelah mata lagi. Faturokhman (2010) menjelaskan bahwa dengan ditetapkannya tanggal 3 Desember sebagai Hari Internasional Penyandang Cacat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maka menjadikan para peenderita kecacatan termasuk masyarakat Indonesia yang juga memiliki hak, kedudukan, kewajiban, maupun peran yang sama serta memiliki kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Berdasarkan hal tersebut para penyandang cacat berhak memperoleh upaya-upaya yang memudahkannya untuk mandiri serta berhak mendapatkan pelayanan medis, psikologis dan fungsional, rehabilitasi medis dan sosial, pendidikan, pelatihan ketrampilan, konsultasi, penempatan kerja, dan semua jenis pelayanan yang memungkinkannya untuk mengembangkan kapasitas dan ketrampilan secara maksimal.

4 Perhatian pemerintah dalam menangani para penyandang cacat juga sudah mulai terlihat dalam berbagai hal. Kementerian Sosial sebagai institusi pemerintah yang bertanggung jawab pada pemberian pelayanan yang baik serta rehabilitasi sosial untuk para penyandang cacat, mempunyai program yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat dalam rangka memberdayakan para penyandang cacat dengan pendekatan berbasis institusi dan non institusi melalui Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK), Loka Bina Karya (LBK) dan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM), ketiga sistem itu diarahkan pada upaya pelayanan dan rehabilitasi secara utuh yang mencakup rehabilitasi medis, pendidikan, dan rehabilitasi vokasional. (Tira, 2009). Sejauh ini, keterbatasan fisik tidak lagi menjadi halangan bagi penyandang cacat untuk dapat mengapai cita-cita maupun masih tetap dapat berkreasi dan berprestasi serta berkompetisi didalam dunia kehidupan ini. Dikemukakan oleh Supriatman (dalam Tira, 2009) bahwa dengan diadakannya pameran kreasi dan seni diharapkan dapat menjadikan penyandang cacat sebagai pribadi yang bertanggung jawab atas karya seni yang dihasilkan dan dapat meningkatkan kemampuannya sehingga akan terlihat bahwa penyandang cacat juga mampu berkompetisi dan dapat beraktualisasi diri. Banyak cara yang ditempuh untuk membuktikan eksistensi para penyandang cacat, selain bidang seni ada juga bidang olahraga (Opi, 2008). Olahraga bagi penyandang cacat dijadikan media untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki, mengingat setiap manusia selain mempunyai kekurangan juga mempunyai kelebihan, kemampuan, dan keunikan sendiri.

5 Pilihan sebagai atlet bagi para penyandang cacat memang dapat dimaklumi karena dengan media olahraga para penyandang cacat dapat membuktikan bahwa dirinya mampu berkompetisi dan meraih prestasi. Kegiatan olahraga tidak membutuhkan banyak persyaratan dan setiap orang berhak mengikutinya termasuk para penyandang cacat. Media olahraga akan sangat membantu para penyandang cacat dalam mengeksplorasi bakat-bakat keolahragaan yang terpendam dan kemampuan yang dimilikinya, sehingga atlet penyandang cacat mampu mengaktualisasikan dirinya. Keberhasilan aktualisasi diri seorang atlet dapat dilihat pada prestasi-prestasi yang telah dicapainya (Adisasmito, 2007). Dikemukakan oleh Windarta (2013) dengan prestasi yang diperoleh oleh para atlet difabel membuat para atlet akan diangkat menjadi seorang PNS sehingga hal tersebut tidak memungkiri bahwasannya dengan prestasi yang diperoleh oleh para atlet difabel dapat membuat kesejahteraan baik pribadi maupun buat keluarganya. Peneliti melakukan pengumpulan data awal dengan wawancara yang dilakukan dengan subjek berinisial W.A. yang mengatakan bahwasannya subjek dulu termasuk orang yang minder dengan keadaan fisik yang kurang normal, sehingga subjek malu untuk bergaul dengan teman-temanya, selain itu subjek juga memiliki sebuah cita-cita untuk menjadi seorang atlet bowling setelah ia mengetahui pemberdayaan untuk orang-orang seperti dirinya, akhirnya subjek dapat mewujudkan cita-citanya tersebut dan bahakan subjek merasa bahagia bisa membuat bangga keluarganya, sekarang subjek lebih bersyukur walau dengan keadaan seperti ini dan subjek sekarang merasa lebih percaya diri.

6 Dari pemaparan subjek diatas bahwasannya dukungan sosial juga berpengaruh terhadap perubahan yang lebih baik ataukearah positif. Puglesi dkk dalam Rani (2016), menjelaskan bahwasannya dukungan sosial telah dipelajari secara ekstensif dan diperkirakan mempengaruhi kesejahteraan dengan memodifikasi Dan menyangga dampak peristiwa kehidupan dan stres lainnya. Hubungan sosial semakin dikaitkan umur panjang, tingkat stres yang lebih rendah dan peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan Banyaknya prestasi yang diraih oleh para atlet penyandang cacat dapat menjadikan mereka bahagia dan mebuat semangat baru di dalam dirinya muncul kembali, sehingga atlet penyandang cacat dapat memaknai kehidupan mereka menjadi lebih baik karena dapat melakukan sesuatu layaknya orang pada umumnya, akan tetapi cara memandang kebahagian dan kesejahteraan itu sendiri antara satu orang dengan orang lain memiliki arti yang berbeda, begitu pula kebahagiaan dan kesejahteraan yang dirasakan oleh para atlet penyandang cacat satu dengan lainnya pastinya akan berbeda. Suatu gambaran kualitas kehidupan dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang itulah dinamakan dengan psychological well being. Ryff dan Singer (2002) mendefinisikan psychological well-being sebagai hasil evaluasi/penilaian individu terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat kesejahteraan psikologis menjadi rendah atau berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat kesejahteraan psikologisnya meningkat.

7 Diener (dalam Leddy, 2006) mengemukakan bahwa well-being adalah evaluasi manusia secara kognitif dan afektif terhadap kehidupan yang menjadi komponen kualitas hidup seseorang. Persepsi dari kesehatan dipengaruhi oleh kesejahteraan yang terdiri dari pengaruh positif, pengaruh negatif, dan kepuasan hidup. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwasannya pentingnya psychological well being untuk setiap manusia, terutama pada para penyandang cacat yang sekarang dapat berkarya seperti halnya orang normal pada umumnya, salah satunya dengan prestasi yang dihasilkan oleh para atlet penyandang cacat tersebut. Dengan begitu peneliti merumuskan masalah bagaimana kondisi psychological well-being pada atlet penyandang cacat. B. Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana psychological well-being para atlet penyandang cacat. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk ilmu psikologi, khususnya pada bidang perkembangan tentang kesejahteraan psikologi atau psychological well-being, terkhusus pada atlet penyandang cacat. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kondisi kesejahteraan psikologi atau psychological well-being pada atlet difabel.

8 b. Penelitian ini diharapakan dapat membantu para keluarga atlet difabel untuk bias membatu menjadikan kesejahteran psikologis yang baik bagi atlet difabel. c. Penelitian ini diharapakan menjadi acuan untuk lembaga yang menanungi para atlet difabel untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis para atletnya,