HUBUNGAN TINGKAT ACTIVITIY OF DAILY LIVING (ADL) DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TERHADAP SIKAP KELUARGA DALAM PEMBERIAN PERAWATAN ACTIVITIES DAILY LIVING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT ACTIVITIY OF DAILY LIVING (ADL) DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Diajukan oleh : VITRI DYAH HERAWATI J. 210 050 014 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 i

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ekonomi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran, dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia, saat ini diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2000). Indonesia adalah termasuk Negara yang memasuki era penduduk yang berstruktur lanjut usia karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18 %. Pada tahun 2015 menjadi 24,4 juta jiwa atau 10%. Sementara itu populasi penduduk usia lanjut pada tahun 2000 berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah lanjut usia 12,8 juta jiwa atau 9,77% dan pada tahun 2020 diprediksikan mencapai 28,8 juta jiwa atau 11,34% (Iis, 2003). Menurut UU No. 13/Th.1998 Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas (Kadir, 2007). Proses menua (aging) merupakan proses dalam kehidupan yang tidak dapat dihindari dan pasti akan dialami oleh setiap individu. Proses menua tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah baik fisik, biologi, psikologi maupun sosial 1

2 yang berlangsung secara bertahap dan pasti (Rafknowledge, 2004). Masalahmasalah tersebut bisa menyebabkan lansia menjadi rapuh dan banyak yang mengalami masalah-masalah kesehatan, kebanyakan lansia yang perlu bantuan orang lain ini adalah lansia yang mengalami gangguan fisik yang cukup parah sehingga mempengaruhi Activitiy of Daily Living (ADL) pada lansia tersebut (Gallo et all, 1998). Activitiy of Daily Living (ADL) adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. Pada lansia aktivitas kehidupan sehari-hari ini dapat terganggu atau menurun salah satunya disebabkan karena kondisi fisik misalnya penyakit menahun, yang menyebabkan lansia menjadi tersiksa (Setiabudhi, 1999). Aktivitas sehari-hari atau Activitiy of Daily Living (ADL) dan istirahat keduanya berjalan beriringan oleh karena itu jika suatu aktifitas terganggu akan mempengaruhi periode istirahat sehingga akan menyebabkan terjadinya gangguan tidur/insomnia (Chopra, 2003). Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Tidur bukan berarti rutinitas kesibukan, tidur penting bagi kesehatan, fungsi emosional, mental dan keselamatan. Semakin bertambahnya usia terdapat penurunan tidur, kebutuhan tidur berkurang dari bayi sampai lanjut. Rata-rata dewasa sehat membutuhkan tidur 7 jam dimalam hari, kekurangan tidur pada lanjut usia memberikan pengaruh terhadap fisik, kemampuan kognitif dan juga kualitas hidup (Amir, 2007).

3 Lanjut usia yang mengalami gangguan tidur akan mengalami peningkatan tidur disiang hari, gangguan atensi dan memori, depresi, sering jatuh, penggunaan hipnotik yang berlebih dan penurunan kualitas tidur. Keluhan gangguan tidur yang sering dialami lanjut usia yaitu insomnia. Penelitian telah membuktikan bahwa orang menderita insomnia atau sulit tidur lebih sering menderita masalah psikiatris di banding dengan orang normal (Amir, 2007). Insomnia adalah gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus lebih dari 10 hari mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun ditengah malam dan tidak dapat kembali tidur, sering kali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Penyakit fisik juga menjadi aspek pencetus gangguan insomnia, misalnya asma, rematik, maag, ginjal, dan thyroid. Secara khusus, faktor psikologis juga memegang peran utama terhadap kecenderungan insomnia. Hal ini disebabkan oleh ketegangan pikiran seseorang terhadap sesuatu yang kemudian mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) sehingga kondisi fisik senantiasa siaga (Rafknowledge,2004). Komposisi lansia di Sukoharjo menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2004 berjumlah 120,2 ribu jiwa, pada tahun 2005 sejumlah 121,6 ribu jiwa dan pada tahun 2006 jumlah lansia sebanyak 124,5 ribu jiwa.

4 Peningkatan jumlah lansia ini memerlukan perhatian yang besar baik dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Berdasarkan data kependudukan dari wilayah Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, desa Pucangan ini memiliki 23 dukuh dan merupakan desa yang memiliki jumlah lansia berusia 60 tahun atau lebih terbanyak nomor 2 (dua) yaitu 941 orang. Peneliti memperoleh data bahwa lingkungan disekitar wilayah tersebut masih banyak yang kurang nyaman, tingkat kesejahteraan lansia diwilayah tersebut masih banyak yang kurang. Di wilayah ini juga banyak lansia yang sudah pensiun, tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki kegiatan sampingan apapun di masa tuanya. Selain itu juga sebagian lansia masih dituntut untuk menjalankan fungsi ekonominya dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, diwilayah ini juga ada sebagian lansia yang mengalami masalah kesehatan terutama masalah fisik sehingga menyebabkan tergangguanya Activitiy of Daily Living (ADL), tetapi ada yang masih bisa melakukan kegiatan sehari-harinya dengan mandiri, ada yang dibantu bahkan ada yang total tidak bisa melakukan aktivitas sehari-harinya karena penyakit fisiknya. Dari hasil wawancara singkat terhadap beberapa orang lanjut usia didesa Pucangan ini didapatkan bahwa mereka yang mengalami ketergantungan Activitiy of Daily Living (ADL) mengeluh gangguan tidur, berupa kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun dan kesulitan untuk mulai tidur kembali. Berdasarkan hal diatas maka penulis

5 tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hubungan Activitiy of Daily Living (ADL) dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. B. Rumusan masalah Dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalan sebagai berikut : Apakah ada hubungan tingkat Activitiy of Daily Living (ADL) dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan Tingkat Activitiy of Daily Living (ADL) dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat Activitiy of Daily Living (ADL) pada lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. b. Untuk mengetahui kejadian insomnia pada lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

6 c. Untuk mengetahui hubungan tingkat Activitiy of Daily Living (ADL) dengan kejadian insomnia pada lansia di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat penelitian 1. Bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan gerontik. Dapat menambah khasanah pengetahuan tentang hubungan tingkat Activitiy of Daily Living (ADL) dengan kejadian insomnia pada lansia. 2. Bagi keluarga dan masyarakat. Dapat mengetahui dan memahami bahwa orang lanjut usia lebih berisiko terhadap gangguan tidur terutama insomnia dan dapat mengalami penurunan Activitiy of Daily Living (ADL) sebagai akibat dari proses ketuaan maupun faktor risiko lainnya. 3. Bagi peneliti. Untuk menambah pengetahuan mengenai gangguan tidur insomnia dan Activitiy of Daily Living (ADL) pada lansia. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Ada beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini yaitu :

7 1. Sawika (2007), Hubungan karakteristik demografi dengan kemandirian dalam ADL pada lansia dipanti wredha Darma Bakti Pajang Surakarta. Penelitian menggunakan rancangan studi korelasi dengan sampel 30 orang. Pengambilan sampel secara acak non random dengan metode purposive sampling. Hasil membuktikan bahwa variable jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan dan stress tidak ada hubungan yang signifikan dengan kemandirian dalam ADL, untuk variable dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan dengan kemandirian dalam ADL dimana nilai p = 0,035 dan c = 0,850 2. Murti (2005), Kecenderungan strategi koping usia lanjut dalam mengatasi insomnia di Dusun Kerjo ll wilayah kerja puskesmas ponjong 1 gunung kidul. Menggunakan metode Deskriptif kuantitatif. Jumlah sampel 41 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampel. Hasilnya : lansia yang mengalami insomnia lebih banyak menggunakan PFC. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah tempat dan variabel, teknik sampling. pada penelitian diatas variabel bebasnya adalah karakteristik demografi dan kecenderungan strategi koping sedang pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat ADL, variabel terikatnya pada penelitian diatas adalah kemandirian dalam ADL dan insomnia sedang variabel terikat yang akan dilakukan peneliti adalah insomnia pada lansia.