Ija>rah menurut pengertian umum yang meliputi upah atas

dokumen-dokumen yang mirip
ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG KONTRAK KERJA DALAM ISLAM (AL- IJÃRAH)

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

IJA>RAH (SEWA MENYEWA) DALAM HUKUM ISLAM

BAB II KONSEP UMUM TENTANG SEWA-MENYEWA (IJARAH)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB II KONSEP UMUM IJA<RAH (SEWA-MENYEWA) A. Akad 1. Pengertian Akad

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB III LANDASAN TEORI. suku bangsa, sejak dahulu sampai sekarang 1. Sebelum kita membahas apa itu

Ija>rah secara etimologis, berasal dari kata : Al- ija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al- iwad}u (ganti).

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS TENTANG PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI PENGUPAHAN. al- iwadh/ penggantian, dari sebab itu ats-tsawabu dalam konteks

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB III KAJIAN TEORITIS TENTANG AKAD SEWA-MENYEWA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB III KONSEP SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. jasa dari suatu benda disebut ijarat al- ain atau sewa-menyewa, seperti sewa

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HADIAH/ UANG YANG DIBERIKAN OLEH CALON ANGOTA DPRD KEPADA MASYARAKAT DI KECAMATAN DIWEK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB II PENGUPAHAN DALAM ISLAM. Kata ijarah diderivasi dari bentuk fi il ajara-ya juru-ajran. Ajran

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PELAYANAN PAKET PERAWATAN JENAZAH ONLINE DI KELURAHAN SUMBER REJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

Transkripsi:

BAB II SEWA-MENYEWA (IJA>RAH) DAN PERATURAN DIRJENDAT NO: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014 A. IJA>RAH 1. Definisi Ija>rah Sewa-menyewa dalam bahasa arab diistilahkan dengan ija>rah. 1 Alija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al- iwad}/penggantian. 2 Menurut etimologi, ija>rah adalah بيع المنفعة (menjual manfaat). Ada yang menterjemahkan, ija>rah sebagai jual-beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada juga yang menterjemahkan sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang. Ija>rah menurut pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan suatu benda atau imbalan suatu perbuatan atau upah karena melakukan suatu aktifitas, ija>rah juga dapat diartikan sebagai upah atas seseorang yang melakukan jasa. 3 Dalam arti luas ija>rah merupakan suatu akad yang berisi suatu penukaran manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama artinya dengan menjual manfaat barang apabila dilihat dari segi barangnya dan juga bisa diartikan menjual jasa apabila dilihat dari segi orang dan bukan menjual ain dari benda itu sendiri. 4 1 Chairuman pasaribu, hukum perjanjian dalam islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 52. 2 Abdul Rahman Ghazaly, ghufran ihsan, dan sapiudin shidiq, fiqih muamalat, (jakarta: kencana prenada media group, 2010), 277. 3 Hekmi karim, fiqih muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997), 29. 4 Ibid. 17

18 Menurut Idris Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqh Syafi'i, berpendapat bahwa ija>rah berarti upah-mengupah. 5 Hal ini terlihat ketika beliau menerangkan rukun dan syarat upah-mengupah, yaitu Mu jir dan Musta jir (yang memberikan upah dan yang menerima upah), sedangkan Kamaluddin A. Marjuki sebagai penerjemah Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq menjelaskan makna ija>rah dengan sewa-menyewa. 6 Dari dua buku tersebut ada perbedaan terjemahan kata ija>rah dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Antara sewa dan upah juga ada perbedaan makna operasional. Sewa biasanya digunakan untuk benda, seperti seorang mahasiswa menyewa kamar untuk tempat tinggal selama kuliah, sedangkan upah digunakan untuk tenaga, seperti para karyawan bekerja di pabrik dibayar gajinya (upahnya) satu kali dalam seminggu. Dalam bahasa Arab upah dan sewa disebut ija>rah. 7 Menurut madzhab Hanafi menjelaskan bahwa ija>rah adalah suatu perjanjian yang memberikan faedah memiliki manfaat yang diketahui dan disengaja dari benda yang disewakan dengan adanya imbalan sebagai pengganti. 8 Penjelasan madzhab Hanafi "suatu perjanjian" maksudnya adalah ijab dan kabul. Hal ini tidak wajib diucapkan, masalah itu seperti ketika seseorang menyewa rumah dari orang lain untuk masa setahun, dan apabila masanya telah habis, pemilik rumah berhak meminta rumahnya itu dikosongkan. Jika orang yang menyewa tersebut tidak mengosongkan 5 Ibid., 113. 6 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz 4, 203. 7 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 113. 8 Moh.Zuhri, Fiqih Empat Madzhab Jilid IV, (Semarang: Asy-Syafah, 1994), 166.

19 rumah, maka baginya setiap harinya ada perongkosan. Bila ia mulai mengosongkan namun tidak bisa selesai kecuali dalam jarak waktu tertentu. Bagi penyewa wajib membayar ongkos sepantasnya pada jarak waktu tersebut, jadi persewaan bisa terselenggara dalam jarak waktu itu dengan tanpa ucapan. Madzhab Hambali mengartikan ija>rah ialah perjanjian atas manfaat yang mubah yang diketahui yang diambil secara berangsur-angsur dalam masa yang diketahui dengan ongkos yang diketahui. 9 Madzhab Syafi'i menerangkan bahwa perjanjian persewaan adalah suatu perjanjian atas manfaat yang diketahui dan yang disengaja yang bisa diserahkan kepada pihak lain secara mubah dengan ongkos yang diketahui. 10 Perkataan "suatu perjanjian" maknanya adalah ijab dan kabul, yaitu sighat Perkataan "atas manfaat" maksudnya adalah sesuatu yang dijadikan perjanjian atau Al-ma q>ud alaih seperti manfaat rumah yang disewa untuk ditempati, atau tanah yang disewa untuk diambil manfaat hasil tanamannya, dan seterusnya. Ada yang menterjemahkan ija>rah sebagai jual-beli jasa (upahmengupah) yakni mengambil manfaat tenaga manusia, Ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa yakni mengambil manfaat dari barang. Penulis membagi ija>rah menjadi dua bagian yaitu ija>rah atas jasa dan benda. 11 9 Moh.Zuhri, Fiqih Empat Madzhab..., 173. 10 Ibid., 172. 11 Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalah), (Jakarta:

20 Muhammad Anwar menerangkan bahwa ija>rah ialah perakatan (perikatan) pemberian pemanfaatan (jasa) kepada orang lain dengan syarat memakai iwadh (penggantian balas jasa) dengan berupa uang atau barang yang telah ditentukan. Jadi dengan melihat arti ija>rah tersebut, maka dalam ija>rah membutuhkan dua pihak yaitu pemberi atau penyedia jasa dan pihak pengguna jasa atau pemberi upah. 12 Islam memperbolehkan seseorang untuk memanfaatkan jasa seseorang dan upah dalam pemanfaatan jasa tersebut harus dipenuhi. 2. Dasar Hukum Ija>rah Bila dilihat dari uraian di atas, rasanya mustahil manusia hidup berkecukupan tanpa hidup berijarah dengan manusia lain. Karena itu, boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk aktivitas antara dua pihak atau saling meringankan, serta serta termasuk salah satu bentuk tolong menolong yang diajarkan agama. Ija>rah merupakan salah satu jalan memenuhi hajat manusia. Oleh sebab itu, para ulama menilai bahwa ija>rah ini merupakan suatu hal yang boleh dan bahkan kadang-kadang perlu dilakukan. Walaupun ada pendapat yang melarang ija>rah, tetapi oleh jumhur ulama pandangan yang ganjil itu dipandang tidak ada. Rajagrafindo Persada, 2003), 228. 12 Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam..., 422.

21 Banyak ayat dan riwayat yang dijadikan argument oleh para ulama akan kebolehan ija>rah tersebut. 13 1. Landasan dari al-qur an, di antaranya dapat dikemukakan sebagai berikut: a. firman Allah SWT dalam surat as-zukhruf, ayat 32 yang berbunyi: Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.(q.s.az- Zukruf: 32). 14 b. Surat Al-Qashash, ayat 26 Allah SWT berfirman: Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya.(q.s.al-qashas: 26). 15 13 Hekmi karim, fiqih muamalah..., 30. 14 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul Ali- Art, 2007), 798. 15 Ibid., 388.

22 c. QS. Al-T}alaq ayat 6 Artinya: Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.(q.s.al-t}alaq: 6). 16 2. Adapun landasan Sunnah tentang ija>rah ini antara lain: a. Hadist riwayat Bukhari dan Muslim menyebutkan: 3. Ijma و ر و ى ال ب خ ار ي و ه س ل ن ع ن اب ن ع ب اس أ ن الن ب ص ل ى هللا ع ل ي و و س ل ن إ ح ت ج ن و أ ع ط ال ح ج ام أ ج ر ه Artinya: Berbekamlah kalian, berikanlah upah bekamnya kepada tukang bekam tersebut. 17 Umat Islam pada masa sahabat telah berijma bahwa Ija>rah dibolehkan sebab bermanfaat bagi manusia. 18 Selain bermanfaat bagi sesama manusia sebagian masyarakat sangat membutuhkan akad ini, karena termasuk salah satu akad tolong-menolong.tentang 16 Ibid., 559. 17 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-mughiroh bin Bardizbah al-ju fi al- Bukhori (Imam Bukhari), Shahih Bukhari. (t.tp., shahih: t.t), Hadith: 2117, 1247. 18 Syafe I Rahmat.Fiqih Muamalah.(Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), 124.

23 disyariatkan sewa menyewa, semua kalangan sepakat dan hampir semua ulama mengamininya. 19 Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar diantara pendapat para ulama fiqih dalam mendefinisikan Ija>rah atau sewa menyewa. Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ija>rah atau sewa menyewa adalah akad atas manfaat dengan suatu imbalan tertentu. Dengan demikian, objek sewa menyewa adalah atas manfaat sutau barang atau jasa. Ija>rah dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam bentuk upah mengupah merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut jumhur ulama adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara berdasarkan ayat al-qur an, hadith, dan ketetapan ijma ulama. 3. Rukun dan Syarat Ijarah a. Rukun ija>rah Sebagai sebuah transaksi umum, ija>rah dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya, sebagaimana yang berlaku secara umum dalam transaksi lainnya. Menurut Hanafiyah rukun ija>rah hanya satu 19 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. (Jakarta: Darul Fath, 2004), 204.

24 yaitu ijab dan kabul dari dua belah pihak yang bertransaksi. 20 Adapun menurut Jumhur Ulama rukun ija>rah ada empat: 1. Aqid (dua orang yang berakad) yaitu mu jir (orang yang menyewakan atau memberrikan upah) dan musta jir (orang yang menerima sesuatu atau menerima upah). 2. Sighat yaitu ijab dan qabul antara mu jir dan musta jir. 3. Ujrah (upah). 4. Ma qu>d alaih (Manfaat dari suatu barang yang disewa atau jasa dan tenaga orang yang bekerja). 21 a. Manfaat yang berharga. 22 b. Keadaan manfaat dapat diberikan oleh yang mempersewakan. c. Diketahui kadarnya, dengan jangka waktu seperti menyewa rumah satu bulan atau satu tahun. Sedangkan menurut madzhab maliki dan Syafi i rukun-rukun ija>rah ada tiga macam yaitu: 1. Orang yang mangadakan perjanjian (aqid) meliputi orang yang menyewakan (mu jir) dan orang yang menyewa (musta jir). 2. Sesuatu yang dijadikan perjanjian (al-ma qu>d alaihi) meliputi ongkos dan Manfaat. 20 Abdul Rahman Ghazaly, ghufran ihsan, dan sapiudin shidiq, fiqih muamalat..., 278. 21 Wahbah Az-juhaili, al-fiqih al-islami Wa adilatuhu. (Jakarata: Gema Insani, 2011), jilid V, cet. Ke 10, 387. 22 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994), 304.

25 3. Pernyataan perjanjian (shigat), yaitu lafazh atau ucapan yang menunjukkan memiliki manfaat dengan ada ongkos, atau segala hal yang bisa menunjukan kepadanya. 23 b. Syarat ija>rah Adapun syarat-syarat ija>rah adalah sebagai berikut 24 : 1. Al-Mutaaqidain (kedua orang yang berakad). a. Menurut ulama Syafi iyah dan Hanabilah, untuk sahnya ija>rah hanya mengemukakan satu syarat untuk pelaku akad yaitu cakap hukum (baligh dan berakal). b. Menurut ulama Hanafiyah, orang yang melakukan akad disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (sudah bisa membedakan antara haq dan bathil, atau minimal 7 tahun), tidak disyariatkan harus baligh. c. Menurut ulama Malikiyah, tamyiz adalah syaraat ija>rah dan jual beli, sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan demikian anak yang telah mumayyiz pun boleh melakukan akad ija>rah dan dianggap sah apabila disetujui oleh walinya. 2. Kedua belah pihak yang berakad yaitu mu jir dan musta jir menyatakan kerelaan untuk melakukan akad ija>rah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah. Akad ini berdasarkan firman Allah SWT 23 Moh.Zuhri, Fiqih Empat Madzhab..., 171-172. 24 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya media Pratama, 2000), 232.

26 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.(q.s.an- Nisa: 29). 25 3. Sighat (ijab dan kabul) antara mu jir dan musta jir. Ijab qabul sewa-menyewa misalnya mu jir berkata aku sewakan motor ini kepadamu 1 dirham per hari maka musta jir menjawab aku terima sewa motor tersebut dengan harga 1 dirham per hari. Ijab kabul upah mengupah misalnya mu jir berkata kuserahkan kebun ini untuk dicangkuli dengan upah 1 dirham per hari kemudian musta jir menjawab aku akan lakukan pekerjaan itu sesuai dengan apa yang engkau ucapkan. 4. Ujrah (upah) Para ulama menetapkan syarat ujrah (upah) yaitu berupa harta tetap yang diketahui oleh kedua belah pihak. Upah (ujrah) tidak boleh sejenis dengan manfaat yang disewa. Seperti upah penyewa rumah untuk ditempati dengan menempati rumah. Menurut madzhab Syafi i ongkos yang tidak tentu disyaratkan memenuhi syarat-syarat dalam harga yaitu harus diketahui jenis, 25 Depag RI, Al-Qur'an Terjemah..., 122.

27 macam, dan sifatnya. Adapun kalau ongkos ditentukan, maka disyaratkan harus bisa dilihat. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kesamaran supaya tidak terjadi pertentangan antara dua orang yang melakukan perjanjian. Oleh karena itu para ulama mensyaratkan terhadap orang yang menyewakan kendaraan untuk dinaiki agar menjelaskan kadar perjalanan yang akan ditempuh pada malam dan siang hari. Kecuali kalau dikalangan umat manusia dalam hal tersebut telah menjadi kebiasaan yang diikuti, maka kebiasaan itulah yang dilaksanakan. 26 5. Ma qu>d alaih (barang/manfaat) Adanya kejelasan pada ma qu>d alaih (barang) dapat menghilangkan pertentangan diantara aqid. Diantara cara untuk mengetahui ma qu>d alaih (barang) adalah dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis pekerjaan jika ija>rah atas pekejaan atau jasa seseorang. Diantara syarat barang sewaan adalah dapat dipegang atau dikuasai. Hal itu didasarkan pada hadis Rasullah Saw. Yang melarang menjual barang yang tidak dapat dipegang atau dikuasai, sebagaimana dalam jual beli. Menurut madzhab Hanafi syarat-syarat ija>rah ada empat macam: 27 26 Moh Zuhri, Fiqh Empat Madzhab..., 194-195. 27 Moh. Zuhri, Fiqih Empat Madzhab..., 175-184.

28 1. Syarat-syarat penyelenggaraan. Persewaan tidak terselenggara sama sekali jika tidak mempunyai syarat-syarat berikut ini: Berakal sehat, orang gila dan anak kecil yang belum tamyiz tidak sah melakukan sewa-menyewa kecuali atas izin dari pihak walinya. 2. Syarat-syarat sah. Persewaan tidak sah kecuali dengan syaratsyarat ini meskipun bisa terselenggara dengan tanpa syarat ini: a. Keridhaan dua orang yang melakukan perjanjian.tidak sah perjanjian persewaan orang yang dipaksa,orang yang bersalah dan orang yang lupa. Meskipun terselengara dan bisa dilestarikan tetapi merupakan persewaan yang batal hukumnya. Dalam pelaksanaan seperti itu wajib memberikan upah atau ongkos sepantasnya kalau terlanjur melakukannya. b. Hendaklah sesuatu yang disewakan itu dapat diserahkan. Jadi tidak sah menyewakan hewan yang hilang karena tidak dapat diserahkan. c. Hendaknya pekerjaan yang disewakan bukan merupakan hal yang fardlu bagi orang yang disewa sebelum perburuhan. d. Adanya manfaat. e. Hendaklah ongkos diketahui yaitu menjelaskan jumlah kadarnya seperti sepuluh pound. 3. Syarat-syarat tetap. Persewaan tidak dinilai tetap kecuali dengan syarat-syarat ini:

29 a. Perjanjian persewaan itu betul-betul shahih b. Pada barang sewaan itu tidak ada cacatnya c. Hendaklah barang yang disewakan itu bisa dilihat oleh orang yang menyewa d. Barang yang disewakan itu selamat dari terjadinya cacat yang mengurangi kemanfaatan. 4. Syarat-syarat pelestarian. 4. Macam-macam Ija>rah Dilihat dari segi obyeknya, akad al- ija>rah dibagi para ulama fiqih ada dua macam yaitu: a. Al-ija>rah yang bersifat manfaat misalnya sewa-menyewa rumah, toko, kendaraan, pakaian, dan perhiasan. Apabila manfaat itu yang diperbolehkan syara untuk di pergunakan, maka para ulama fiqih sepakat menyatakan boleh dijadikan obyek sewa-menyewa. 28 b. Al-ija>rah yang bersifat pekerjaan (jasa) adalah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Al-i ija>rah seperti ini menurut para ulama fiqih, hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas, seperti buruh bangunan, tukang jahit, dan tukang sepatu dan lain-lain, yaitu ija>rah yang bersifat kelompok (serikat). Ija>rah yang bersifat pribadi juga dapat dibenarkan seperti menggaji pembantu rumah, tukang kebun dan satpam. 28 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu..., 759.

30 Menurut madzhab Hanafi macam-macam persewaan ada dua yaitu: a. Persewaan yang terselenggara pada kemanfaatan benda-benda, seperti penyewa tanah, rumah, binatang, pakaian dan lain-lain. Persewaan pada barang-barang tersebut adalah terselenggara pada manfaat-manfaatnya. b. Persewaan yang terselenggara pada keadaan pekerjaan, seperti menyewa orang-orang yang sudah punya pekerjaan untuk bekerja melaksanakan perdagangan, tukang besi, dan lain-lain. 29 Sedangkan menurut madzhab Syafi i persewaan itu ada dua macam yaitu: a. Persewaan benda atau barang (ija>rah ain) adalah suatu nama dari perjanjian yang terselenggara atas manfaat yang berkaitan dengan suatu barang tertentu yang diketahui oleh orang yang menyewa. Seperti menyewa seseorang untukm membantu melayani dalam jarak setahun. b. Persewaan tanggungan (ija>rah zimmah) adalah nama dari suatu perjanjian atau suatu manfaat yang berkaitan dengan sesuatu yang tidak tentu, namun disifati dalam tanggungan, atau dengan kata lain ialah perjanjian pada sesuatu yang manfaatya berada dalam tanggungan, seperti dalam perjanjian pemesanan barang. 30 5. Pembatalan dan berakhirnya Akad al- Ija>rah 29 Moh Zuhri, Fiqh Empat Madzhab..., 169-170. 30 Ibid., 192.

31 Dalam hal ini jumhur ulama mengatakan bahwa akad al-ija>rah itu bersifat mengikat kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh dimanfaatkan akibat perbedaan pendapat ini dapat diamati dalam kasus apabila seorang meninggal dunia. Menurut ulama Hanafiyah, apabila salah seorang meninggal dunia maka akad al-ijarah batal, karena manfaat tidak boleh diwariskan. Akan tetapi, Jumhur Ulama mengatakan, bahwa manfaat itu boleh diwariskan karena termasuk harta (al-maal). Oleh karena itu kematian salah satu pihak yang berakad tidak membatalkan akad al- ija>rah. 31 Demikian juga halnya dengan penjualan objek perjanjian sewamenyewa yang mana tidak menyebabkan putusnya perjanjian sewamenyewa yang diadakan sebelumnya. Namun tidak tertutup kemungkinan pembatalan perjanjian (fasakh) oleh salah satu pihak jika ada alasan/dasar yang kuat untuk itu. 32 Ija>rah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut: 33 1. Objek al-ija>rah hilang atau musnah seperti, rumah yang disewakan terbakar atau kendaraan yang disewa hilang. 2. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al- ija>rah telah berakhir. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan 31 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., 236. 32 Chairuman pasaribu, hukum perjanjian dalam islam..., 57. 33 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., 237.

32 kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu jasa maka seseorang maka orang tersebut berhak menerima upahnya. 3. Wafatnya salah seorang yang berakad. 4. Apabila uzur dari salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan disita Negara karena terkait adanya utang, maka akad al- ija>rah nya batal. Adapun menurut Sayyid Sabiq, akad al-ija>rah akan menjadi batal dan berakhir apabila: 34 a. Terjadinya cacat (aib) pada barang sewaan. Maksudnya bahwa pada barang yang menjadi objek perjanjian sewa menyewa terdapat kerusakan ketika sedang berada di tangan pihak penyewa, yang mana kerusakan itu adalah akibat kelalaian pihak penyewa sendiri, misalnya karena penggunaan barang yang tidak sesuai dengan peruntukan penggunaan barang tersebut. Dalam hal seperti ini pihak yang meyewakan dapat meminta pembatalan. b. Rusaknya barang yang disewakan. Maksudnya barang yang mejadi objek perjanjian sewa menyewa mengalami kerusakan atau musnah sama sekali sehingga tidak dapat dipergunakan lagi sesuai dengan apa yang diperjanjikan, misalnya objek sewa-menyewa adalah rumah, kemudian rumah yang diperjanjikan terbakar/ambruk. 34 Chairuman pasaribu, hukum perjanjian dalam islam..., 52.

33 c. Rusaknya barang yang diupahkan (ma jur alaih) Maksudnya barang yang menjadi sebab terjadi hubungan sewa menyewa mengalami kerusakan, sebab dengan rusaknya atau musnahnya barang yang menyebabkan terjadinya perjanjian maka akad tidak akan mungkin terpenuhi lagi. d. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan Dalam hal ini yang dimaksudkan, bahwa apa yang menjadi tujuan perjanjian sewa menyewa telah tercapai, atau masa perjanjian sewa menyewa telah berakhir sesuai dengan ketentuan yang disepakati oleh para pihak. e. Adanya Uzur Penganut mazhab Hanafi menambahkan bahwa adanya uzur juga merupakan salah satu penyebab putus atau berakhirnya perjanjian sewa-menyewa, sekalipun uzur tersebut datangnya dari salah satu pihak. Adapun uzur yang dimaksud disini adalah suatu halangan sehingga perjanjian tidak mungkin dapat terlaksana sebagaimana mestinya. B. Peraturan Dirjendat no: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014 Tentang Tarif Jarak Batas Atas dan Tarif Jarak Batas Bawah Angkutan Penumpang dengan Mobil Bus Umum Kelas Ekonomi Pada Trayek Antar Kota Antar Provinsi Peraturan dirjendat no: SK.6736/AJ.205/DRDJ/2014 tentang tarif jarak batas atas dan bawah angkutan penumpang dengan mobil bus umum

34 kelas ekonomi pada trayek antar kota antar provinsi mendefinisikan bahwa dalam rangka menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan penumpang antar kota antar provinsi kelas ekonomi di jalan dengan mobil bus umum dan sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan, maka perlu menata kembali tarif angkutan penumpang antar kota antar provinsi kelas ekonomi dengan tetap memperhatikan kepentingan dan kemampuan masyarakat luas serta kelangsungan usaha penyedia jasa angkutan. Tarif angkutan penumpang kelas ekonomi adalah harga jasa pada suatu trayek tertentu atas pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi. Tarif berlaku adalah besaran tarif jarak pada setiap trayek yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan angkutan penumpang umum, yang nilai nominalnya diantara atau sama dengan tarif batas atas dan tarif batas bawah. Keputusan Menteri Perhubungan No: KM. 89 tahun 2002 pasal 1 ayat 6 dan 7 mendefinisikan bahwa tarif jarak batas atas adalah besaran tarif maksimum untuk setiap trayek, sedangkan tarif jarak batas bawah adalah kebalikannya yaitu besaran tarif minimum untuk setiap trayek. 35 Dibawah ini penulis uraikan beberapa pasal yang terkait dengan peraturan dirjendat no:sk. 6736/AJ.205/DRDJ/2014 tentang tarif jarak batas atas dan tarif jarak batas bawah angkutan penumpang dengan mobil bus umum kelas ekonomi pada trayek antar kota antar provinsi, diantaranya; a. Pasal 1 35 Keputusan Menteri Perhubungan No: KM.89 Tahun 2002 tentang, mekanisme penetapan tarif dan formula perhitungan biaya pokok angkutan penumpang dengan mobil bus umum antar kota kelas ekonomi, pasal 1 ayat 6 dan 7.

35 Bus kelas ekonomi bagi angkutan penumpang umum antar kota antar provinsi merupakan bus tanpa fasilitas pelayanan tambahan dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan dan kualitas pelayanan. b. Pasal 2 Tarif jarak batas atas dan tarif jarak batas bawah untuk angkutan penumpang antar kota antar provinsi kelas ekonomi di jalan dengan mobil bus umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 tercantum dalam lampiran peraturan ini. c. Pasal 3 Tarif dasar batas atas dan batas bawah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 belum termasuk iuran wajib dana pertanggungan wajib kecelakaan penumpang berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 jo Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965 dan jenis asuransi lainnya yang dilakukan secara sukarela serta biaya penyeberangan. d. Pasal 4 Direktur lalu lintas dan angkutan jalan dan kepala dinas perhubungan provinsi mengawasi pelaksanaan peraturan ini. Keputusan Menteri Perhubungan No: KM. 89 tahun 2002 pasal 10 menyatakan bahwa Direktur jenderal dan gubernur melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai besaran tarif dasar batas atas dan tarif dasar batas bawah yang telah ditetapkan menteri atau gubernur melalui media cetak atau media elektronik paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum tarif diberlakukan.

36 Tarif yang berlaku tidak boleh lebih tinggi dari tarif jarak batas atas atau lebih rendah dari tarif jarak batas bawah yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal untuk trayek antar kota antar provinsi (AKAP). 36 Tarif yang berlaku wajib diumumkan oleh perusahaan angkutan penumpang umum kepada pengguna jasa melalui loket penjualan tiket diterminal/pool/agen, pengumuman di dalam bus, tertulis pada tiket dalam bentuk cetakan atau stempel. 37 Pengusaha yang memberlakukan tarif angkutan penumpang kelas ekonomi melampaui tarif jarak batas atas dan tarif jarak batas bawah yang ditetapkan oleh Direktur jenderal atau Gubernur dikenakan sanksi administratif. Sanksi administratif dapat berupa pencabutan izin trayek, penundaan perluasan izin trayek dan peringatan. 38 36 Ibid., pasal 11 ayat 2. 37 Ibid., pasal 11 ayat 3. 38 Ibid., pasal 14 ayat 1 dan 2.