BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan cermin sosial. Ia banyak mengungkapkan peristiwa yang ada dalam masyarakat. Begitu pula dengan novel seringkali menceritakan liku-liku kehidupan manusia yang terjadi dalam realita. Saat ini, banyak novel yang dikarang berdasarkan kisah nyata dari pengalaman pribadi atau orang lain. Seperti halnya dengan Novel 9 Summers 10 Autumns dari kota Apel ke the Big Apple karya Iwan Setyawan ini, bercerita tentang realitas kehidupan yang dialami oleh pengarang dan keluarganya dalam mengubah nasib kemiskinan dengan pendidikan. Novel ini berjenis novel biografi. Novel ini memiliki keunikan sehingga menarik untuk diteliti. Novel 9 Summers 10 Autunms merupakan novel terbaru dan menjadi novel yang diangkat di layar lebar. Selain itu keunikan novel ini menggunakan latar/tempat dua kota yang sama-sama dikenal sebagai kota apel. Kota Batu yang terkenal dengan pariwisata dan penghasil apel ini menjadi tempat bermulanya perjuangan pengarang dalam mencapai kesuksesan hingga di kota apel yang lebih besar yaitu The Big Apple, New York. Dua latar/setting tersebut menambah nilai keunikan novel ini dan juga dapat memberikan inspirasi jejak perjuangan masyarakat kecil dalam menempuh pendidikan. Novel tersebut bercerita tentang sebuah proses sejarah kehidupan keluarga pengarang yang tergolong miskin. Novel ini bercerita bahwasanya orang miskin 1
2 tidak selalu berada dalam kondisi miskin. Orang miskin juga mampu mengubah nasibnya menjadi sukses. Kesuksesan itu didapatkan karena pendidikan yang diakses oleh masyarakat miskin seperti mereka. Novel 9 Summers 10 Autumns menjadi cermin kehidupan sosial masyarakat saat ini. Fenomena sosial yang ada, banyak kelompok miskin yang justru terangkat karena tersentuh pendidikan. Mereka harus menempuh pendidikan dengan segala perjuangan. Mereka bersekolah dengan susah payah dan serba keterbatasan. Namun, dari segala yang diperjuangkan pasti akan selalu mendapat hasil di hari kemudian. Bahkan perjuangan itu membuat mereka justru lebih survive daripada anak-anak yang terbiasa berkecukupan secara ekonomis. Pandangan dunia pengarang pada novel ini mengungkapkan pentingnya pendidikan untuk semua lapisan masyarakat, termasuk masyarakat miskin. Pandangan ini sejalan dengan pemikiran Saroni (2013: 24), pendidikan sebagai upaya pembangunan masyarakat menuju kondisi terbaik serta merupakan pengharapan semua orang. Pada dasarnya, seluruh kejadian dalam karya, bahkan juga karya-karya yang termasuk ke dalam genre yang paling absurd pun merupakan prototipe kejadian yang pernah dan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Ratna, 2013: 35). Seperti aksioma dari De Bonald (dalam Saraswati, 2003: 5) mengenai sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat. Struktur itu tidak bersifat statis, namun dinamis karena merupakan produk dari proses sejarah, sedangkan genetik adalah bahwa karya sastra itu mempunyai asal-usulnya di dalam proses sejarah
3 suatu masyarakat. Novel ini bercerita tentang perwakilan seluruh masyarakat miskin di negeri ini dan juga memberi inspirasi bagi mereka untuk terus berjuang tanpa harus menunggu bantuan dari orang lain. Jadi, keberhasilan itu yang menentukan adalah diri sendiri. Menurut pandangan Marx (dalam Faruk, 2012: 53), sastra merupakan institusi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pertentangan antarkelas di dalam masyarakat. Ia dapat sebagai kekuatan konservatif yang berusaha mempertahankan struktur sosial yang berlaku demi terbangunnya sebuah struktur sosial yang baru di bawah dominasi kelas sosial yang baru pula. Berbeda dengan pandangan Durkheim masih dalam Faruk, bahwa sastra berfungsi memberikan pengalaman kepada anggota masyarakat akan adanya sebuah realitas yang melampaui batas-batas dunia pengalaman langsung individual. Berbicara masalah munculnya sebuah karya sastra besar tidak lain karena adanya latar belakang sosial yang mendukung karya tersebut. Karya sastra ini sangat berhubungan kuat dengan pengaruh latar belakang sosial pengarang. Dalam setiap karya sastra terjadi proses gagasan-gagasan, ide-ide, dan aktivitasaktivitas kolektif yang menjadi struktur dalam karya sastra dalam bentuk pandangan dunia. Maka dari itu, setiap karya sastra memiliki asal-usul penciptaan yang biasa dikenal dengan genetik. Saraswati (2003) mengatakan bahwa karya sastra itu mempunyai asal-usulnya (genetik) di dalam proses sejarah suatu masyarakat.
4 Dari paparan sebelumnya, pandangan dunia pengarang dan masyarakat tentang pendidikan banyak ditemukan dalam novel ini. Oleh karena itu, novel ini lebih diarahkan pada pendekatan Strukturalisme Genetik. Pendekatan ini banyak membedah pandangan dunia terhadap sebuah karya ciptaan yang dipengaruhi oleh latar belakang dan struktur sosial budaya pengarang. Penelitian ini menjelaskan bahwa antara karya sastra dan latar belakang/sosio-historis pangarang itu saling berhubungan. 1.2 Batasan Masalah Penelitian ini meliputi tentang latar belakang pengarang (aspek ekonomi, pendidikan, keluarga, karier, sosial), struktur sosial-budaya, pandangan dunia, struktur karya sastra, unsur pembangun novel, fakta kemanusian, subjek kolektif, dan dialektika Pemahaman-Penjelasan. Karena masalah dan teori pembahasan pada penelitian ini luas, maka perlu dikemukakan tentang batasan masalah, yaitu sebagai berikut: a. Latar belakang pengarang (Pendidikan dan keluarga). b. Struktur sosial-budaya pengarang yang tercermin dalam novel. c. Pandangan dunia pengarang terhadap pendidikan yang terdapat dalam novel. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini mengambil rumus permasalahan sebagai berikut:
5 a. Bagaimana latar belakang pengarang dari segi pendidikan dan keluarga yang terdapat dalam novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple? b. Bagaimana struktur sosial budaya masyarakat (Batu dan New York) yang terdapat dalam novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple? c. Bagaimana pandangan dunia pengarang terhadap pendidikan yang terdapat dalam novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah maka dalam penelitian ini bertujuan sebagai berikut : a. Mendeskripsikan latar belakang pengarang dari segi pendidikan dan keluarga yang terdapat dalam novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple. b. Mendeskripsikan struktur sosial budaya masyarakat (Batu dan New York) yang terdapat dalam novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple. c. Mendeskripsikan pandangan dunia pengarang terhadap pendidikan yang terdapat dalam novel 9 Summers 10 Autumns Dari Kota Apel ke The Big Apple. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat (1) untuk menambah wawasan khusus dan referensi dalam dunia sastra mengenai analisis strukturalisme genetik pada novel 9 Summers 10 Autumns dari Kota Apel ke
6 The Big Apple karya Iwan Setyawan, (2) untuk memperkaya khazanah kajian sastra dalam pendekatan strukturalisme genetik, (3) untuk mengkonstruksi kajiankajian sastra dalam perspektif sosiologi sastra. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Pelajar serta civitas akademika, diharapkan dapat menjadikan tambahan referensi dan inspirasi dari sebuah karya sastra novel 9 Summers 10 Autumns dari sudut pandang pendekatan strukturalisme genetik. b. Peneliti, sebagai informatif dan alternatif dalam mengembangkan pengetahuan dan wawasan mengenai kajian Sosiologi Sastra dalam pendekatan strukturalisme genetik pada novel 9 Summers 10 Autumns dari Kota Apel ke The Big Apple karya Iwan Setyawan, sebuah perjuangan mengubah nasib kemiskinan dengan pendidikan. 1.6 Penegasan Istilah a. Strukturalisme Genetik : hakikat struktural pada pendekatan Goldmann ini terletak pada interpretasi hubungan antara unsur nonstruktural dengan unsur struktural. Hubungan keduanya tersebut dapat digunakan untuk menerangkan lingkaran sosiobudaya yang memerangkap penulisnya. Setiap perkembangan dan pembaharuan pandangan dunia dari pengarang itu dapat dihubungkan dengan latar belakang sosiobudaya (Junus, 1968: 30). b. Fakta Kemanusiaan : segala hasil aktivitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik. Fakta kemanusiaan tumbuh sebagai respons dari subjek kolektif atau individual terhadap situasi dan kondisi yang ada dalam diri dan di
7 sekitarnya, pembangunan suatu percobaan dari si subjek untuk mengubah situasi yang ada agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subjek itu (Faruk, 2012: 58). c. Subjek Kolektif : kelas sosial atau kelompok yang dalam sejarah telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan (pandangan dunia) yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia (Saraswati, 2003: 78). d. Pandangan Dunia : kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, aspirasiaspirasi, dan perasaan-perasaan, yang menghubungkan/ mengikat anggotaanggota suatu kelompok sosial tertentu dalam suatu kesatuan dan yang membedakannya dari kelompok-kelompok sosial yang lain (Faruk, 2012: 66).