BAB II TINJAUAN PUSTAKA. insiden. Sedangkan menurut Heinrich (1980) dalam Helliyanti P. (2009), perilaku

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan


URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 5 : PEMBAHASAN. 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ( Informed Consent )

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mana program tersebut tercakup dalam kegiatan Kesehatan Kerja dan Higiene

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

USER MANUAL M Last ref Nov 2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Tidak Aman Perilaku tidak aman (Bird dan Germain, 1990 dalam Helliyanti P., 2009) adalah perilaku yang dapat mengizinkan terjadinya suatu kecelakaan ataupun insiden. Sedangkan menurut Heinrich (1980) dalam Helliyanti P. (2009), perilaku tidak aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. 2.2. Jenis Perilaku Tidak Aman Perilaku tidak aman merupakan penyebab langsung terjadinya kecelakaan. Menurut Frank E. Bird dalam teori Loss Causation Model ( Sklet, 2002) dalam penelitian Helliyanti P. (2009), menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku tidak aman, yaitu : Melakukan pekerjaan tanpa wewenang Gagal dalam memberi peringatan Gagal dalam mengamankan Bekerja dengan kecepatan berbahaya Membuat alat pengaman tidak berfungsi Menghilangkan alat pengaman Menggunakan peralatan yang rusak Menggunakan peralatan yang tidak sesuai Tidak menggunakan APD dengan benar 11

12 Pengisian yang tidak sesuai Penempatan yang tidak tepat Cara mengangkat yang salah Posisi atau sikap tubuh yang salah Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi Bersenda gurau Bekerja dibawah pengaruh alkohol atau obat-obatan. Kurt Lewin (1970) yang penelitiannya dikutip oleh Notoatmodjo (2003), berpendapat perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku itu dapat berubah bila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. Kekuatan pendorong meningkat, hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan perilaku. Kekuatan-kekuatan penahan menurun, hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun, dengan keadaan ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku manusia terdapat faktor-faktor yang berpengaruh, diantaranya faktor dari dalam (internal) seperti susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi, proses belajar, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar (eksternal) seperti lingkungan fisik/non fisik, iklim, sosial, dan ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.

13 2.3. Jenis dan Penjabaran Perilaku Tidak Aman 1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak, membuat keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang adalah bekerja tanpa memiliki prosedur dan pelatihan yang sesuai dalam melakukan pekerjaan. Penempatan pekerja yang sesuai dengan bidang keahliannya di mesin atau alat produksi yang sesuai sangat penting agar tidak terjadi kecelakaan karena kurang pengetahuan akan mesin yang digunakannya. Karyawan yang kurang pengetahuan atau keterampilan untuk bekerja dengan cara yang aman akan cenderung mengerjakan sesuatu dengan cara mencoba dan cenderung mudah panik, sehingga sangat diperlukan pelatihan atau pengarahan. 2. Gagal dalam memberi peringatan. Gagal dalam memberi peringatan adalah kegagalan sesama pekerja dalam memberi teguran kepada pekerja lain yang melakukan kesalahan dalam bekerja. Sebuah peringatan biasanya diberikan kepada pekerja yang telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Peringatan dapat berupa himbauan ataupun teguran yang berguna untuk mengingatkan pekerja agar pekerja tidak melakukan tindakan yang barbahaya atau pekerja tidak akan mengulangi kesalahannya dalam bekerja. Peringatan adalah suatu bentuk tindakan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja guna menunjang kedisiplinan pekerja (Nitisemo, 1984 dalam Sudrajat, 2008).

14 3. Gagal dalam mengamankan. Gagal dalam mengamankan adalah kegagalan memberikan alat pengaman atau tanda yang bersifat pengumuman yang mudah dibaca dengan ditempelkan pada mesin/peralatan serta melakukan perawatan secara teratur pada mesin/peralatan. Setiap petugas yang mengetahui setiap terjadinya kerusakan mesin saat operasi harus segera mematikan tenaga penggerak. Mesin tersebut harus diberi alat pengaman atau tanda yang bersifat pengumuman yang mudah dibaca dengan ditempelkan pada mesin tersebut dan melarang penggunaannya sampai perbaikan yang diperlukan telah dilakukan dan mesin tersebut dalam keadaan baik (Suhulman, 2008). 4. Bekerja dengan kecepatan berbahaya. Bekerja dengan kecepatan berbahaya adalah bekerja dengan kecepatan yang tidak aman atau melebihi batas kecepatan yang disarankan sehingga membahayakan keselamatan pekerja. Salah satu alasan paling lazim untuk mengambil resiko dalam bekerja adalah menghemat waktu agar bisa mendapatkan waktu santai atau waktu untuk menghasilkan uang lebih banyak atau sekedar menghemat waktu dengan mempercepat menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu tidak aneh apabila keinginan menghemat waktu ini menyebabkan perilaku tidak aman (International Labour Office, 1989) 5. Membuat alat pengaman tidak berfungsi. Membuat alat pengaman tidak berfungsi adalah membuat alat dan sistem pengaman tidak beroperasi dengan cara yang benar sesuai dengan metode yang ditentukan. Pada beberapa kasus, alat pengaman yang dapat menghambat efisiensi

15 produksi dan menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja, dapat mendorong pekerja untuk menyingkirkan atau merusak alat pengaman tersebut. Membuat alat pengaman menjadi tidak berfungsi sangat berbahaya, karena kegunaannya sebagai pengaman pun akan hilang sehingga dapat menimbulkan resiko terjadinya kontak antara pekerja dengan alat berbahaya (International Labour Office, 1989). 6. Menghilangkan alat pengaman. Tujuan alat pengaman ( Safety Device) dipasang pada fasilitas kerja atau mesin yang berbahaya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan untuk menjamin keselamatan para pekerja. Peralatan pengaman merupakan peralatan keselamatan kerja yang dipasang pada tempat-tempat tertentu dan berfungsi untuk memberi keamanan tambahan bagi para pekerja (O Brien, 1974 dalam Helliyanti P., 2009). Menghilangkan alat pengaman adalah melenyapkan atau membuat supaya hilang peralatan keamanan tambahan bagi para pekerja yang dipasang pada tempat-tempat tertentu. 7. Menggunakan peralatan yang rusak. Menggunakan peralatan yang rusak adalah mengoperasikan peralatan kerja yang tidak berfungsi dengan baik dan tidak dalam kondisi layak pakai. Menggunakan peralatan kerja yang sudah tidak layak pakai dapat membahayakan keselamatan pekerja. Oleh karena itu, semua peralatan harus dirawat menurut kondisi dari peralatan tersebut dan bukan waktu pemakaian. Tanpa perawatan yang teratur, keadaan peralatan berubah menjadi salah satu faktor bahaya. Jadi, perawatan yang tidak teratur adalah perbuatan yang berbahaya karena dapat menimbulkan keadaan berbahaya (Silalahi, 1985).

16 8. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai. Menggunakan peralatan yang tidak sesuai adalah mengerjakan pekerjaan dengan memakai peralatan kerja yang tidak cocok dengan jenis pekerjaan yang sedang dilakukan tersebut. Menurut Silalahi (1985), menggunakan peralatan kerja yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan dan peraturan yang telah ditetapkan dapat menyebabkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Hal ini merupakan tindakan yang berbahaya karena dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. 9. Tidak menggunakan APD dengan benar. Tidak menggunakan APD dengan benar adalah tidak menggunakan alat pelindung diri sebagaimana yang diharuskan, tidak memelihara alat tersebut, atau tidak menggunakannya dengan cara yang benar. Pada waktu melaksanakan pekerjaan, badan kita harus bebar-benar terlindungi dari kemungkinan terjadinya kecelakaan. Untuk melindungi diri dari risiko yang ditimbulkan akibat kecelakaan maka badan kita perlu menggunakan alat-alat pelindung ketika melaksanakan pekerjaan. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang ditimbulkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) di tempat kerja baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik, dan lainnya (Rijanto, 2011). 10. Pengisian yang tidak sesuai. Penyebab lain terjadinya kecelakaan kerja adalah akibat beban yang berlebihan sehingga melebihi kemampuan tubuh dalam menyangga (over load). Pengisian yang tidak sesuai adalah membawa atau mengangkat beban yang terlalu

17 berat, terlalu besar, atau sulit untuk dipegang ketika sedang bekerja. Pekerjaan yang membutuhkan aktivitas mengangkat beban berlebihan dan berulang-ulang sehingga membutuhkan peran yang sangat besar dari otot-otot punggung dan tulang belakang. Membawa atau mengangkat beban yang terlalu berat, terlalu besar dan sulit untuk dipegang akan membahayakan diri kita. Akan jauh lebih aman apabila meminta bantuan orang lain atau menggunakan alat bantu saat menemui barang-barang tersebut dalam bekerja (Hendarta, 2012). 11. Penempatan yang tidak tepat Penempatan yang tidak tepat adalah menyusun atau menempatkan barang dan peralatan kerja secara tidak aman atau tidak berada di tempat yang ditentukan. Lingkungan kerja yang teratur seperti penempatan peralatan kerja, peralatan safety, material, dan lain-lain dapat memudahkan pekerja untuk bekerja dan tidak asal-asalan menaruh peralatan. Penempatan perlengkapan dan peralatan kerja sesuai dengan lingkungan kerja yang akan dikerjakannya memudahkannya untuk mengambilnya dan menciptakan kondisi kerja yang menarik. 12. Cara mengangkat yang salah. Menurut Nurmianto (1996), pekerjaan mengangkat barang sering kali menyebabkan cedera pada punggung bawah. Pekerjaan mengangkat barang adalah pekerjaan yang beresiko terjadinya cedera kesakitan pada punggung. Penggunaan otot-otot punggung dan tulang belakang yang berlebihan dan kesalahan dalam aktifitas mengangkat sangat memungkinkan pekerja pengangkat barang akan mengalami gangguan nyeri punggung bawah.

18 Menurut Silalahi (1985), sewaktu mengangkat dan membawa, bagian tubuh yang paling berpengaruh dan dapat cedera adalah tulang punggung. Ketegangan yang diderita tulang punggung semakin berat (diukur dalam kilogram gaya) jika beban semakin berat. Cara mengangkat yang salah adalah teknik mengangkat yang kurang tepat dimana beban maksimum masih tergantung pada tulang belakang, bukan pada otot tubuh. Teknik mengangkat dan membawa yang tepat akan memungkinkan beban maksimum karena beban tersebut tidak lagi tergantung pada tulang punggung melainkan pada otot tubuh. Teknik ini hanya dapat diterapkan melalui latihan. Beberapa pokok penting yang harus diperhatikan adalah : a. Kapasitas fisik karyawan b. Sifat beban c. Keadaan lingkungan d. Latihan mengangkat/membawa yang dijalani karyawan 13. Posisi atau sikap tubuh yang salah. Posisi atau sikap tubuh yang salah adalah suatu kondisi kerja dimana pekerja selalu dipaksa berada pada posisi atau sikap kerja yang tidak nyaman atau cenderung tidak mengenakkan dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Sikap atau posisi tubuh saat bekerja memiliki hubungan yang positif dengan timbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau dalam posisi kerja yang lain, dimana pertimbangan-pertimbangan ergonomik yang berkaitan dengan sikap/posisi kerja akan sangat penting (Suma mur, 1999).

19 Beberapa jenis pekerjaan memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang cenderung untuk tidak mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja mengakibatkan pekerja cepat lelah, melakukan banyak kesalahan dan menderita cacat tubuh. Postur yang baik merupakan bagian yang penting dalam pemeliharaan diri. 14. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi adalah mengubah aturan pengoperasian mesin/peralatan ketika sedang bekerja, atau melakukan sesuatu terhadap mesin produksi ketika mesin sedang beroperasi tanpa mematikan mesin/peralatan terlebih dahulu. Selalu matikan mesin dan tunggu sampai mesin benar-benar berhenti sebelum anda menyentuh bagian dari mesin tersebut. Pada saat memperbaiki peralatan kerja yang menggunakan aliran listrik, pekerja diharuskan untuk mematikan terlebih dahulu aliran listrik pada alat tersebut agar aman untuk kerja ketika memperbaikinya. Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi atau memperbaiki peralatan tanpa mematikan terlebih dahulu aliran listriknya merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Sebagai contoh, ada seorang pekerja yang sedang memperbaiki suatu mesin atau peralatan, tiba-tiba tanpa disengaja mesinnya menyala dan akhirnya membahayakan pekerja tersebut (Suhulman, 2008).

20 15. Bersenda Gurau Bersenda gurau adalah bercanda dengan sesama rekan kerja pada saat melakukan pekerjaan. Bersenda gurau di tempat kerja adalah berbahaya, karena menyebabkan karyawan kehilangan konsentrasi dan tidak memperhatikan keadaan yang tidak aman di sekitarnya. Bersenda gurau pada saat bekerja merupakan suatu perilaku yang harus dihilangkan karena dapat mengakibatkan kejadian yang sangat fatal sehingga tidak hanya menyebabkan kerugian material tetapi juga dapat menyebabkan kerugian nonmaterial. Misalnya ketika para pekerja melakukan bercanda atau bermain di sekitar mesin yang sedang beroperasi atau dekat bahaya lain. 16. Bekerja dibawah pengaruh alkohol atau obat-obatan. Bekerja dibawah pengaruh alkohol atau obat-obatan adalah melakukan pekerjaan setelah mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlebih dahulu. Menurut Tanjung (2005), alkohol dan obat-obatan masuk dalam kategori NAPZA. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya), adalah bahan/zat/obat yang apabila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial lainnya karena terjadi kebiasaan/ketagihan (adiksi) secara ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu konsentrasi, penilaian, penglihatan dan koordinasi pada orang yang mengkonsumsinya. Kombinasi alkohol dengan obat-obatan lain sangat berbahaya karena hal ini meningkatkan efek dan pengaruh negatif yang tidak dapat diperkirakan,

21 termasuk kerusakan serius yang menetap. Karena efek negatif yang ditimbulkan oleh alkohol dan obat-obatan tersebut, maka seorang pekerja tidak boleh di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan pada saat bekerja karena dapat menimbulkan kecelakaan kerja.