PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2003 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG RUKUN TEIANGGA DAN RUKUN WARGA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 77 Tahun 2014 Seri D Nomor 37 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 9 TAHUN 2005 T E N T A N G LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG GERAKAN PEMSEROAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (GERAKAN-PKK) 01 KOTA MOJOKERTO

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 3, TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR65 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN KARANG TARUNA 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN RUKUN TETANGGA DALAM DAERAH KOTA BONTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA ADAT DAN/ATAU KEMASYARAKATAN DI DESA

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

WAKIL WALIKOTA TERNATE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA / KELURAHAN

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 18 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 39 TAHUN 2002 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SELUMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELUMA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DESA/KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 18 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 16

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 04 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 SERI D NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 32 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

Tugas Pokok LPMD Tugas pokok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) adalah sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam:

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 28 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN MASYARAKAT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DESA KLARI KECAMATAN KLARI KABUPATEN KARAWANG NOMOR. TAHUN Tentang : LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Transkripsi:

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG PEMSENTUKAN, PENATAAN DAN PEMSINAAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) 01 KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang: Mengingat: a. bahwa Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) sebagai lembaga kemasyarakatan dan mitra Pemerintah Daerah memiliki peranan sangat besar dalam memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan yang berdasarkan swadaya, kegotongroyongan dan kekeluargaan, dalam rangka meningkatkan, ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat; b. bahwa dalam rangka tercapainya optimalisasi, efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 6 Tahun 2014 tentang Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK) di Kota Mojokerto, maka perlu petunjuk pembentukan penataan dan pembinaan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) di Kota Mojokerto; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas, maka perlu diatur Pembentukan, Penataan dan Pembinaan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) di Kota Mojokerto, ditetapkan dengan Peraturan Walikota Mojokerto. 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur / Jawa Tengah / Jawa Barat sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota-Kota Besar dan Kota-Kota Kecil di Jawa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 551) ;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679) ; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3242) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4588) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan ; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2008 tentang Batas Daerah Kota Mojokerto dengan Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah ; 11. Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 6 Tahun 2014 tentang Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan di Kota Mojokerto.

MEMUTUSKAN: Menetapkan PEMBENTUKAN, PENATAAN DAN PEMBINAAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KOTA MOJOKERTO BABI KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Mojokerto. 2. Walikota adalah Walikota Mojokerto. 3. Camat adalah Kepala Kecamatan di Kota Mojokerto. 4. Lurah adalah Kepala Kelurahan. 5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kota Mojokerto. 6. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kota Mojokerto dalam wilayah kerja Kecamatan. 7. Lembaga Kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Kelurahan dalam memberdayakan masyarakat. 8. Rukun Tetangga, untuk selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Lurah. 9. Rukun Warga, untuk selanjutnya disingkat RW adalah merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Lurah. 10. Partisipasi adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, pengelolaan dan pengawasan pembangunan. 11. Pembangunan adalah upaya untuk melakukan proses perubahan sosial maupun fisik kearah yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di segala bidang di Kelurahan. 12. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitong, pengawasan umum, dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraaan pemeintahan Kelurahan. 13. Kepala Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah orang yang bertanggungjawab dalam Keluarga yang berdomisili dan terdaftar dalam Kartu Keluarga setempat.

14. Mitra Kerja adalah berbagai pihak baik perorangan atau kelompok maupun lembaga lainnya yang saling bekerjasama, saling membantu serta mengutamakan musyawarah dan kesetaraan (mitra sejajar) dalam pelaksanaan fungsi dan tugas sesuai dengan kententuan perundangan yang berlaku. BABII PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, MAKSUD DAN TUJUAN Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 2 (1) Untuk membantu kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan di Kelurahan, dibentuk Lernbaqa Kemasyarakatan Kelurahan dengan atas prakarsa masyarakat dan/atau usulan masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah kelurahan melalui musyawarah mufakat. (2) Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Bagian Kedua Kedudukan Pasal 3 (1) RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berkedudukan dalam Wilayah Kelurahan. (2) RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) berkedudukan dalam wilayah RW. Bagian Ketiga Maksud dan Tujuan Pasal 4 Maksud dan tujuan pembentukan RT dan RW sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 adalah sebagai berikut : a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. Mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan secara swadaya dan kegotongroyongan masyarakat; c. Melaksanakan peningkatan pemberdayaan masyarakat; d. Mengkoordinasikan kegiatan ketentraman, ketertiban dan kerukunan warga masyarakat; e. Menciptakan hubungan kekeluargaan yang harmonis antar warga masyarakat dan/atau anggota masyarakat lainnya;

f. Menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan indah; g. Berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik ekonomi dan sosial di lingkungan setempat; h. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah kelurahan terkait dengan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Bagian Keempat Tugas dan Fungsi Pasal 5 (1) RT dan RW mempunyai tugas membantu Pemerintah Kelurahan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pembangunan khususnya peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat. (2) RT dan RW dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai fungsi : a. Melaksanakan pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintah lainnya; b. Melaksanakan pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan antar warga masyarakat; c. Menghimpun gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; d. Menggerakkan swadaya gotong-royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya; e. Menciptakan lingkungan yang harmonis, bersih dan sehat. BAB III RUKUN TETANGGA (RT) Bagian Kesatu Mekanisme Pembentukan Pasal 6 (1) RT dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ditetapkan oleh Lurah. (2) Setiap RT terdiri dari sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) Kepala Keluarga dan sebanyakbanyaknya 50 (lima puluh) Kepala Keluarga. (3) Pembentukan RT dilakukan melalui musyawarah warga setempat. (4) Penghapusan dan Penggabungan RT ditetapkan melalui keputusan Camat sesuai ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua Pengurus Pasal 7 (1) Pengurus RT terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Seksi-seksi sesuai kebutuhan. (2) Syarat-syarat pengurus RT adalah Warga Negara Indonesia yang: a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945; c. Bertempat tinggal dan memiliki KTP berturut-turut selama 1 (satu) tahun di RT yang bersangkutan dan memiliki tempat tinggal yang tetap di lingkungan RT yang bersangkutan; d. Berumur sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun atau belum 21 (dua puluh satu) tahun tetapi pernah kawin; e. Sehat jasmani dan rohani; f. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa, penuh pengabdian dan kepedulian kepada masyarakat; g. Tidak sedang menjalani sanksi pidana kurungan dan/atau penjara; h. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun masyarakat; i. Tidak sedang menjabat pengurus pada Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan yang lain. Bagian Ketiga Pemilihan Pengurus Pasal 8 (1) Pemilihan Ketua RT diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan yang dibentuk dari warga RT dibawah koordinasi Ketua RW. (2) Pembentukan Panitia Pemilihan Ketua RT dilakukan selambat-iambatnya 14 (em pat belas) hari sebelum berakhirnya masa bakti Pengurus RT. (3) Tugas Panitia Pemilihan Ketua RT adalah : a. Menetapkan tata cara pemilihan Ketua RT ; b. Menyeleksi Calon Ketua RT yang diusulkan oleh warga setempat; c. Mempersiapkan dan melaksanakan pemilihan Ketua RT; d. Mengumumkan hasil pemilihan Ketua RT; e. Menandatangani Berita Acara Hasil Pemilihan Ketua RT; f. Menyampaikan laporan Hasil Pemilihan Ketua RT kepada Lurah.

(4) Pemilihan Ketua RT dilakukan dalam forum musyawarah warga. (5) Ketua RT terpilih ditetapkan dengan Keputusan Lurah. (6) Ketua RT terpilih dapat menentukan dan menyusun Pengurus RT. (7) Masa bakti Pengurus RT selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal keputusan pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. (8) Pengurus RT terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hasil keputusan musyawarah warga. (9) Pengurus berhenti I diberhentikan bilamana : a. Berakhir masa jabatannya dan telah terpilih pengurus RT yang baru; b. Meninggal Dunia; c. Pindah tempat tinggal; d. Mengundurkan diri; e. Berhalangan tetap; f. Menjalani sanksi pidana penjara I kurungan. (10) Ketua RT yang berhenti sebelum habis masa baktinya digantikan oleh Sekretaris RT sampai diadakan pemilihan pengurus RT yang baru. (11) Pengurus RT selain Ketua yang berhenti sebelum masa baktinya penggantiannya ditetapkan dalam Forum Musyawarah Warga. (12) Susunan kepengurusan RT yang terpilih ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Bagian Keempat Pertemuan Pasal9 (1) Pertemuan di lingkungan RT terdiri dari Musyawarah Warga, Pertemuan Rutin dan Rapat Pengurus. (2) Musyawarah Warga merupakan wadah permusyawaratan dan permufakatan Warga RT setempat, yang telah memenuhi persyaratan. (3) Musyawarah Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berfungsi untuk memilih ketua RT. (4) Pertemuan Rutin merupakan wadah pertemuan antara Pengurus RT dengan Kepala Keluarga di Lingkungan RT setempat yang diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan. (5) Pertemuan Rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berfungsi untuk : a. Menentukan dan merumuskan program kerja; b. Menerima setiap saran, usul dan pertimbangan warga setempat; c. Menerima dan mempertanggungjawabkan kepengurusan RT. (6) Rapat Pengurus merupakan wadah konsolidasi program kerja masing-masing anggota pengurus RT.

Bagian Kelima Hak dan Kewajiban Pasal 10 (1) Setiap warga RT mempunyai hak : a. Memperoleh pelayanan administrasi dari Pengurus RT setempat; b. Mengajukan usul, saran dan pertimbangan dalam Musyawarah Warga RT setempat; c. Dipilih sebagai Pengurus RT; d. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Pengurus RT. (2) Setiap warga RT mempunyai Kewajiban : a. Melaksanakan setiap kesepakatan dan/atau keputusan hasil musyawarah RT; b. Berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan RT setempat. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) dan (2) dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi Iingkungan masing-masing. Bagian Keenam Sumber dana dan Pengelolaan Keuangan Pasal 11 (1) Sumber dana RT dapat diperoleh dari swadaya masyarakat, bantuan pemerintah, bantuan yang sah dan tidak mengikat dan usaha lain yang sah. (2) Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diadministrasikan secara tertib dan transparan. (3) Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dilaksanakan dalam forum Pertemuan Rutin; BABIV RUKUN WARGA (RW) Bagian Kesatu Mekanisme Pembentukan Pasal 12 (1) Rukun Warga (RW) dibentuk dengan mempertimbangkan usul dan saran dari Masyarakat dan Ketua RT serta dengan memperhatikan kondisi lingkungannya dan ditetapkan oleh Lurah. (2) Setiap RW terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) RT dan sebanyak-banyaknya 5 (Lima) RT. (3) Penghapusan dan Penggabungan RW ditetapkan melalui keputusan Camat sesuai ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua Pengurus Pasal 13 (1) Pengurus RW terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Seksi-seksi sesuai kebutuhan. (2) Syarat-syarat pengurus RW adalah Warga Negara Indonesia yang: a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945; c. Telah bertempat tinggal dan memiliki KTP berturut-turut selama 1 (satu) tahun di RT yang bersangkutan dan memiliki tempat tinggal yang tetap di lingkungan RT yang bersangkutan; d. Berumur sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun atau belum 21(dua puluh satu) tahun tetapi pernah kawin; e. Sehat jasmani dan rohani; f. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa, penuh pengabdian dan kepedulian kepada masyarakat; g. Tidak sedang menjalani sanksi pidana kurungan dan / atau penjara; h. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun masyarakat; i. Tidak sedang menjadi Pengurus RT; j. Tidak sedang menjabat pengurus pada Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan yang lain. Bagian Pemilihan Ketiga Pengurus Pasal 14 (1) Pemilihan Ketua RW diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan yang dibentuk dari warga masyarakat dibawah koordinasi Lurah. (2) Pembentukan Panitia Pemilihan Ketua RW dilakukan selambat-iambatnya 14 (empat belas) hari sebelum berakhirnya masa bakti kepengurusan RW. (3) Panitia Pemilihan Ketua RW'terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Seksi-seksi. (4) Tugas Panitia Pemilihan adalah :

a. Menetapkan tata cara pemilihan Ketua RW; b. Menyeleksi Calon Ketua RW yang diusulkan oleh warga setempat; c. Mempersiapkan dan melaksanakan pemilihan Ketua RW; d. Mengumumkan hasil pemilihan Ketua RW; e. Menandatangani Berita Acara Hasil Pemilihan Ketua RW; f. Menyampaikan laporan Hasil Pemilihan Ketua RW kepada Lurah. (5) Pemilihan Ketua RW dilakukan dalam forum musyawarah warga. (6) Ketua RW terpilih dapat menentukan dan menyusun kepengurusan RW. (7) Pengurus RW terpilih ditetapkan dengan Keputusan Lurah diketahui Camat. (8) Masa bakti Pengurus RW selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal keputusan pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) periode berikutnya. (9) Pengurus Berhenti / Diberhentikan bilamana: a. Berakhir masa jabatannya dan telah terpilih pengurus RW yang baru; b. Meninggal Dunia; c. Pindah tempat tinggal; d. Mengundurkan diri; e. Berhalangan tetap; f. Menjalani sanksi pidana penjara / kurungan. (10) Ketua RW yang berhenti sebelum habis masa baktinya digantikan oleh Sekretaris sampai diadakan pemilihan Ketua RW yang baru dalam Pertemuan Rutin. (11) Pengurus RW selain Ketua yang berhenti sebelum masa baktinya penggantiannya ditetapkan dalam Pertemuan Rutin. (12) Susunan kepengurusan RW yang terpilih ditetapkan dengan Keputusan Walikota. Bagian Keempat Pertemuan Pasal 15 (1) Pertemuan di lingkungan RW terdiri dari Musyawarah Warga, Pertemuan Rutin dan Rapat Pengurus. (2) Musyawarah Warga merupakan wadah permusyawaratan dan permufakatan Warga RW setempat, yang telah memenuhi persyaratan. (3) Musyawarah Warga sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berfungsi untuk memilih Ketua RW. (4) Pertemuan Rutin merupakan wadah pertemuan antara Pengurus RW dengan Ketua RT di Lingkungan RW setempat yang diselenggarakan sekrang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan. (5) Pertemuan Rutin sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), berfungsi untuk : a. Menentukan dan merumuskan program kerja; b. Mendengarkan setiap saran, usul dan pertimbangan dari warga setempat; c. Menerima dan mempertanggungjawabkan kepengurusan RW.

(7) Rapat Pengurus merupakan wadah konsolidasi program kerja masing-masing anggota pengurus RW. Bagian Kelima Hak dan Kewajiban Pasal 16 (1) Setiap warga RW mempunyai hak : a. Memperoleh pelayanan administrasi dari Pengurus RW setempat; b. Mengajukan usul, saran dan pertimbangan dalam musyawarah warga RW setempat; c. Dipilih sebagai Pengurus RW; d. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Pengurus RW. (2) Setiap warga RW mempunyai Kewajiban : a. Melaksanakan setiap kesepakatan dan/atau keputusan hasil musyawarah RW; b. Berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan RW setempat. Bagian Keenam Sumber Dana dan Pengelolaan Keuangan Pasal 17 (1) Sumber dana RW dapat diperoleh dari swadaya masyarakat, bantuan pemerintah, sumbangan yang sah dan tidak mengikat dan usaha lain yang sah. (2) Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diadministrasikan secara tertib dan transparan. (3) Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dilaksanakan dalam forum Pertemuan Rutin. BABV KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Pada saat Peraturan Walikota ini berlaku, maka Keputusan Walikota Mojokerto Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pemilihan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal19 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Mojokerto. Ditetapkan di Mojokerto Pada tanggal 5 Oktober 2015 Diundangkan di Mojokerto padatanggal 5 Oktoher 2015 SEKRETARIS DAERAH KOTA MOJOKERTC MAS AGOES NIRB1TOM.W.! S.H.! M.Si. Pembina Utama Madya NIP. 19570917 198309 1 001 BERITA DAERAH KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 NOMOR 67 Salliilnan sesu'ai dengan,asillinya KEPALA B.A.GI,ANI HUKUM, Hd PUDJI HARI[)JONOH SoH NIP'. 196001'291 1985f.13'1 001