BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERKAWINAN JEMAAT AHMADIYAH DI BUBUTAN SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB IV ANALISIS PENETAPAN JUMLAH MAHAR BAGI MASYARAKAT ISLAM SARAWAK, MALAYSIA

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IJAB AKAD NIKAH DALAM FIKIH EMPAT MADZHAB. A. Analisis Persamaan dan Perbedaan Lafadh-Lafadh Ijab yang Sah

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Dalam Bahasa Arab, kata keluhan dan aduan diungkap dengan Syakwa شكوى) ). Asal kata ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cikal bakal terbentuknya masyarakat luas. Keluarga adalah pemberi warna. masing-masing keluarga yang terdapat dalam masyarakat.

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Kecamatan Sapeken atau Pulau Sapeken. Jumlah penduduk desa Sase el. yang tercatat secara administrasi, jumlah totalnya ada 3.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMILIHAN CALON SUAMI DENGAN CARA UNDIAN

ANAK KITA MASA DEPAN DUNIA DAN AKHIRAT. Nur Rochmah K.

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK. (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

Kafa ah dalam Pernikahan Menurut Imam Maliki dan Imam Syafi i

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keluarga yang nantinya akan berkembang menjadi kerabat dan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai. Politik, dalam pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : Partai politik adalah

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB II PERKAWINAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yakni Al-qur an dan al-hadist yang di dalamnya

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH

ار ا خ ط ب ا خ ذ ك ى ا ي ر اأ ة ف ق ذ ر أ ر ب غ ض ي ا ذ ع ا ن ك اح ا ف ه ف ع م. )ر ا اح ذ اب دا د(

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

SATON SEBAGAI SYARAT NIKAH DI DESA KAMAL KUNING

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid. Penterjemah: Pengaturan:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahfud Junaedi. Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan pengembangan. (Semarang : Rasail. 2010).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN JUJURAN DALAM TRADISI PERKAWINAN SUKU TIDUNG PULAU TARAKAN KALIMANTAN UTARA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB V PEMBAHASAN. pemaparan data sebagai hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan para

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

BAB II TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM PROSES PERKAWINAN

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB I PENDAHULUAN. membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan

BAB V ANALISIS DATA. A. Analisis Data Terhadap Pendapat Ulama Muhammadiyah di Banjarmasin Tentang Hukum Kawin Hamil Karena Zina

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian menunjukkan bahwa rutinitas ibadah shalat wajib memiliki

BAB IV ANALISIS. A. Alasan Masyarakat Hidup Membujang

Transkripsi:

58 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERKAWINAN JEMAAT AHMADIYAH DI BUBUTAN SURABAYA Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang menghalalkan hubungan seksual dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan syariat Islam. Di dalam pelaksanaan perkawinan kita mempunyai beberapa cara tersendiri dalam melaksanakannya. Kita boleh menikah dengan siapa saja yang menjadi pilihan kita meskipun dari organisasi Islam lain bahkan dari agama yang berbeda pula sesuai dengan ketentuan yang ada. Setiap wilayah juga berbeda-beda dalam melaksanakan perayaan atau wali>mah. Rukun dan syarat dalam perkawinan merupakan suatu hal yang harus dilakukan demi terwujudnya rumah tangga bahagia. Jemaat Ahmadiyah menjadikan mahar sebagai rukun dalam perkawinan yang wajib dibayar, karena jika perkawinan berlangsung tanpa adanya mahar maka perkawinan itu tidak sah. Dalam Jemaat Ahmadiyah menentukan batas minimal mahar yaitu enam kali gaji calon suami baik diangsur maupun tunai sesuai dengan kemampuan. Jemaat Ahmadiyah juga tidak membiasakan adanya mahar yang hanya berupa seperangkat alat shalat dan jasa. Sedangkan dalam hukum Islam mahar bukan termasuk rukun dan syarat dalam perkawinan, akan tetapi tetap wajib dibayar 58

59 kepada calon istri meskipun hanya berupa cincin dari besi atau mahar yang hanya berupa jasa. Seperti yang tercantum dalam Hadits berikut: أ بي من و ك يع ع ن س في ان ع ن ح د ثن ا يح يى: ح د ثن ا ل: (ت ز و ج ول و بخ اتم م ق ا ل ل ر ج و سل أ ن الن بي صل ى االله عل يه حاز م ع ن ١ د) حد ي عد : س ا ب ن س ه ل Artinya: Yahya mengatakan kepada kami: Beritahu kami dan Kia, untuk Sufian, Abu Hazim, dari Sahl Ibn Sa'ad: Bahwa Nabi, saw berkata kepada orang itu: (menikah bahkan jika dari besi). Hadits no. 5087 Pelaksanaan perkawinan Jemaat Ahmadiyah juga mempunyai beberapa cara yang berbeda dengan organisasi Islam pada umumnya. Karena perkawinan menurut Jemaat Ahmadiyah adalah suatu hal yang sangat penting sehingga dalam pelaksanaannya diatur sedemikian rupa demi terwujudnya rumah tangga bahagia. Di dalam penentuan jodoh, Jemaat Ahmadiyah juga ada yang berbeda dengan organisasi Islam lain. Di mana organisasi Islam lain memilih jodoh tidak ditentukan tapi sesuai dengan keinginannya dan orang tua juga mempunyai hak sebagai wali mujbir untuk mencarikan pasangan untuk anak mereka, lain halnya dengan Jemaat Ahmadiyah yang mempunyai biro jodoh yang biasa dikenal dengan sebutan Biro Ristha Nata. Biro ini adalah wadah atau sarana bagi Jemaat Ahmadiyah yang belum mempunyai pasangan agar lebih mudah dalam mendapatkan pasangan yang sama-sama dari Jemaat Ahmadiyah. Karena demi menjaga nama organisasi Ahmadiyah, maka ada anjuran dimana anggota Jemaat Ahmadiyah dilarang 1 Syaikh bin abdul aziz bin Muhammad bin Ibrahim, shahi>h al bukho>ri, (Da>ru as sala>m : Riyadh, 1419H) 440.

60 menikah dengan anggota Non Ahmadiyah. Akan tetapi aturan ini lebih ditekankan untuk perempuan, karena menurut mereka jalur nasab yang terpenting adalah dari ayah. Jika laki-laki berasal dari anggota Non Ahmadiyah dikhawatirkan laki-laki tersebut tidak mengerti aturan dan tata cara seperti yang dilakukan Jemaat Ahmadiyah. Untuk itu jika ada laki-laki Non Ahmadiyah yang ingin menikahi perempuan Ahmadiyah diharapkan mengerti aturan serta visi misi yang ada dalam Jemaat Ahmadiyah yaitu dengan cara mempelajari ajaran Ahmadiyah minimal satu tahun. Akan tetapi jika ada perempuan Non Ahmadiyah menikah dengan laki-laki Ahmadiyah diharapkan agar perempuan tersebut masuk menjadi anggota Jemaat Ahmadiyah karena pada dasarnya laki-laki adalah imam dan perempuan harus mengikuti suami. Dan jika perempuan tersebut mau Baiat dan melangsungkan perkawinan, perkawinannya boleh diselenggarakan sesudah Baiat dilangsungkan karena perempuan tidak harus fasih mengenai ajaran Ahmadiyah dan bisa mengikuti suami. Organisasi ahmadiyah yaqin bahwa orang baik pasti akan mendapatkan orang baik, sehingga orang ahmadi harus menikah dengan orang ahmadi. Sesuai dengan ayat Al-Quran dalm suratan Nur ayat 26 : Artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanitawanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik

61 adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). Kafa ah dalam perkawinan menurut Jemaat Ahmadiyah yang paling pokok adalah seagama atau seiman, seiman menurut Ahmadiyah sendiri yaitu harus sama-sama dari golongan Ahmadiyah. Jika dalam perkawinan terjadi percampuran golongan Jemaat Ahmadiyah dengan organisasi Islam Non Ahmadiyah maka sanksi yang harus diterima yaitu dikeluarkan dari golongan bukan dari keyakinan. Faktor sosial juga perlu dipertimbangkan dalam perkawinan akan tetapi tidak menjadi prioritas utama. Kafa ah menurut imam Syafi I berarti sederajat, sepadan atau sebanding. Sebanding atau sepadan ditujukan untuk menjaga keselamatan dan kerukunan dalam perkawinan bukan untuk kesahannya. Artinya sah atau tidaknya perkawinan tidak bergantung pada kafa ah ini. Perkawinan tetap sah menurut hukum walaupun tidak sekutu antara suami dan istri. Hanya saja, hak bagi wali dan perempuan yang bersangkutan untuk mercari jodoh yang sepadan. Sekutu disini artinya yang dituntut oleh agama, yaitu meliputi beberapa perkara seperti: agama, kemerdekaan, iffah, keturunan, akhlak dan perangai yang baik, ilmu pengetahuan, aib dan umur. Wali>mah yang dilaksanakan Jemaat Ahmadiyah tidak seperti yang dilakukan organisasi Islam lain yang cenderung bermewah-mewah atau melakukan pesta perkawinan dengan menggunakan berbagai alat musik sesuai dengan tradisi di masing-masing daerah. Jemaat Ahmadiyah lebih menganjurkan

62 kesederhanaan dalam melaksanakan wali>mah. Wali>mah dilakukan tanpa adanya musik, serta dalam keadaan terpisah antara laki-laki dan perempuan yang dibatasi dengan tirai. Akad nikah juga dilakukan dalam keadaan terpisah, begitu juga dengan pengambilan foto pengantin yang dilakukan terpisah antar yang mukhrim dan bukan mukhrim. Pencatatan perkawinan dalam Jemaat Ahmadiyah pada hakikatnya tidak diwajibkan karena pada dasarnya perkawinan yang sah itu ketika rukun dan syarat perkawinan terpenuhi. Akan tetapi pemerintah Indonesia mengatur adanya kewajiban pencatatan perkawinan di KUA yang harus dilakukan warga Indonesia. Dengan adanya aturan tersebut, perkawinan Ahmadiyah yang dulu tidak tercatat di KUA sekarang juga dicatatkan di KUA. Dalam hal ini pencatatan perkawinan yang dilakukan Jemaat Ahmadiyah dan Non Ahmadiyah sama-sama mewajibkan adanya pencatatan perkawinan yang dilakukan di KUA demi memperoleh hak status bagi anak mereka, karena perkawinan yang tidak dicatatkan mengakibatkan status anak mereka tidak di akui Negara. Dalam uraian di atas dan dari penjelasan bab-bab sebelumnya dapat diambil pernyataan bahwa perkawinan yang dilakukan Jemaat Ahmadiyah sama saja dengan perkawinan yang dilakukan organisasi Islam lainnya yang merujuk pada hukum perkawinan Islam yang berdasarkan Al-Qur an dan Hadis. Hanya saja dalam pelaksanaan perkawinannya Jemaat Ahmadiyah mempunyai tata cara yang berbeda dengan organisasi Islam lain seperti:

63 1. Penentuan mahar yang minimal enam kali gaji calon suami 2. Mahar termasuk rukun perkawinan 3. Walimah dilakukan dengan cara yang sederhana yakni tanpa adanya musik 4. Ija>b qobu>l dilakukan di tempat yang terpisah antara laki-laki dan perempuan 5. Kafa ah lebih mengutamakan seiman atau seagama 6. Adanya biro jodoh yang disebut Biro Ristha Nata