ABSTRACT LOAD CAPACITY BADUNG RIVER POLLUTION IN THE DAUH PURI VILLAGE Badung River is flow through two regencies of Badung and Denpasar that has 25.17 km length. People actually use Badung River for tourism, irrigation, drainage system and as the exile of wastewater from all activities along the river. The water quality of Badung River has exceeded the threshold limits.therefore, It is needed to determinate the carrying capacity of Badung river. Because of the pollution, the water quality has degraded. The objective of this research is knowing the sources of pollution and load capacity of Badung river at Dauh Puri village using Qual2kw model, to define that amount of pollutant that are allowed to exile in Badung River. The water quality parameter that analyzed is BOD, COD, and TSS. This research divided into three segments, and four scenarios of simulations to know allowed loading rate of pollutant along the river. The callculates and allocate pollutant reduction levels necessary to meet approved water quality standards. The result of simulation using Qual2kw showing that BOD has over its limit, meanwhile for COD parameter, the loading rate is between 536,21 to 1360,32 kg/day and TSS loading rate between 2235,92 to 4252,90 kg/day. Keywords: Badung River, Qual2KW 5.1, Loads Capacity, Water Quality i
ABSTRAK DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR SUNGAI BADUNG DI DESA DAUH PURI KOTA DENPASAR DENGAN MODEL QUAL2KW 5.1 Sungai Badung mengalir melalui dua wilayah, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, memiliki panjang ± 25,17 km. Sungai Badung digunakan masyarakat untuk kegiatan pariwisata, irigasi, sistem drainase dan sebagai tempat pembuangan air limbah dari pemukiman yang ada sepanjang sungai. Kualitas air Sungai Badung telah melampaui ambang batas baku mutu yang diizinkan, karena itu diperlukan penghitungan daya tampung beban pencemar Sungai Badung. Karena pencemaran ini mengakibatkan kualitas air terdegradasi.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber-sumber pencemar dan kapasitas daya tampung beban pencemar Sungai Badung di Desa Dauh Puri dengan menggunakan model Qual2kw, untuk menentukan jumlah pencemar yang bisa di tolerir untuk masuk ke Sungai Badung. Parameter kualitas air yang dianalisa antara lain; BOD, COD, dan TSS.Penelitian ini membagi Sungai Badung menjadi tiga segmen dengan empat skenario simulasi untuk mengetahui beban pencemaran yang diperbolehkan masuk di sepanjang sungai, dengan menghitung dan mengalokasikan tingkat pengurangan pencemaran yang diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang memenuhi standar baku mutu yang diizinkan. Hasil simulasi menggunakan Qual2kw menunjukkan Sungai Badung sudah tidak lagi memiliki daya tampung beban BOD, sedangkan untuk beban COD, masih memiliki daya tampung antara 536,21 hingga 1360,32 kg/hari dan beban TSS masih memiliki daya tampung antara 2235,92 sampai 4252,90 kg/hari. Kata kunci: Sungai Badung, Qual2Kw 5.1, daya tampung beban pencemaran ii
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv SURAT PERSYARATAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRACT... viii ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR SINGKATAN... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 7 1.3. Tujuan Penelitian... 7 1.4. Manfaat Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai... 9 2.2 Kualitas Air...... 13 2.3 Pencemaran Air Sungai dan Bahan Pencemar 14 2.4 Parameter Kualitas Air...... 17 2.5 Daya Tampung Beban Pencemaran..... 20 2.6 Perhitungan Beban Cemaran dengan Qual2Kw ver. 5.1...... 24 iii
BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir... 30 3.2 Konsep Penelitian... 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 33 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 33 4.3 Ruang Lingkup Penelitian... 36 4.4 Jenis dan Sumber Data... 37 4.5 Variabel Penelitian... 39 4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian... 40 4.7 Prosedur Penelitian... 41 4.8 Analisa Data... 47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Sungai Badung... 51 5.2 Kualitas Air Sungai Badung... 56 5.3 Sumber Pencemar... 62 5.4 Daya Tampung Beban Pencemaran... 67 5.5 Penurunan Beban Pencemar... 92 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan... 94 6.2. Saran... 95 DAFTAR PUSTAKA... 97 LAMPIRAN... 101 iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dari lingkungan kita yang mampu memberikan kelangsungan hidup adalah air. Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak dibutuhkan bagi kehidupan makhluk hidup. Air tidak hanya berguna untuk mencukupi kebutuhan mahluk hidup, tetapi juga keseimbangan ekosistem. Untuk menjaga kelangsungan air, maka kita perlu merawat ekosistem daerah aliran sungai (DAS) yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan ketersediaan air. Daerah aliran sungai merupakan suatu sistem yang kompleks yang dibangun atas sistem fisik, sistem biologis dan sistem manusia. Setiap sistem dan sub sistem didalamnya saling berinteraksi, dalam proses ini peranan tiap-tiap komponen dan hubungan antar komponen sangat menentukan kualitas ekosistem DAS. Setiap komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaanya tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Gangguan terhadap salah satu komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen berjalan dengan baik dan optimal (Kartodihardjo, 2008). DAS Badung yang terletak pada 8,54 o - 8,74 o LS dan 115,18 o - 115,23 o BT, rata rata curah hujan tahunan mencapai 1921,86 mm. Mempunyai potensi yang sangat baik dan merupakan salah satu sumber daya air yang sampai saat ini 2
masih bermanfaat bagi penduduk sekitar wilayah hulu dan hilir dimana DAS Badung melintasi wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Pemanfaatan DAS Badung sesuai dengan Master Plan dari Kota Denpasar pada umumnya adalah sebagai sarana irigasi umum bagi 7 kecamatan yang terdiri dari 31 desa yang dilewati oleh DAS Badung (As-syakur et al., 2010). Sungai Badung merupakan bagian dari daerah aliran sungai (DAS) Badung yang mengalir membelah Kota Denpasar, dengan luas DAS + 37,7 km2 dan panjang alur + 25,17 km dengan hulu sungai berada 12 km di sebelah utara Kota Denpasar dan bermuara di Teluk Benoa (Wiarta, 2008). Sungai Badung merupakan salah satu sungai yang digunakan sebagai tempat/penyedia bahan baku air bagi masyarakat, sehingga posisinya menjadi sangat penting bagi ketersediaan air bersih untuk kota Denpasar dan sekitarnya. Segala aktifitas mulai dari hulu hingga hilir pastinya akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air di Sungai Badung. Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber daya air tersebut (Effendi, 2003). Menurut Wiwoho (2005), kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di 3
dalamnya. Sungai Badung bukan hanya berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi namun juga sebagai pelayanan air baku, sumber pelayanan air bersih serta sebagai drainase yang harus mampu memperlancar mengalirnya air ke hilir. Pembuangan berbagai jenis limbah ke badan sungai yang dilakukan terusmenerus akan menurunkan kemampuan badan air untuk melakukan proses pemurnian. Penurunan kemampuan badan air tersebut sejalan dengan meningkatnya beban pencemaran sungai. Sungai dikatakan tercemar apabila beban yang diterima telah melampui ambang batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria mutu air (Wiratini, 2011). Fungsi strategis Sungai Badung menghadapi beberapa permasalahan seperti perlakuan masyarakat yang menggunakan sungai sebagai tempat MCK, kebiasaan membuang air limbah secara langsung kesungai, berdirinya bangunan sepanjang bantaran sungai yang mengambil badan sungai sampai dengan adanya penyalahgunaan tata lokasi dan tata letak terhadap daerah aliran sungai. Akibat yang ditimbulkan adalah semakin menyempitnya badan sungai dan juga terjadinya pendangkalan sungai secara permanen dan hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan daerah aliran Sungai Badung (Bappeda Kota Denpasar, 2009). Semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk di sepanjang daerah aliran Sungai Badung membuat aktivitas dan kebutuhan penduduk akan air bersih akan semakin meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik Denpasar pada tahun 2014 jumlah penduduk mencapai 863.600 jiwa, dimana kepadatan penduduk di wilayah Denpasar juga mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi dan tentu saja sangat 4
berdampak kepada keperluan sumber daya air yang salah satunya didapatkan dari Sungai Badung serta limbah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas masyarakat. Hasil penelitian tahun 2012 kadar BOD5 berkisar 9,65-10,04 mg/l dan COD berkisar 17,12 25,10 mg/l (Eryani et al., 2014). Menurut Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang baku mutu kualitas air berdasarkan kelas air, kadar BOD5 pada tahun 2012 mengindikasikan kelas air Sungai Badung berada pada kelas 4 (kelas air dengan kadar BOD maksimum 12 mg/l). Kadar COD pada tahun yang sama mengindikasi air Sungai Badung berada pada kelas 3 (kelas air dengan kadar COD maksimum 50 mg/l). Hasil pemantauan kualitas air di Provinsi Bali Tahun 2013 menyebutkan bahwa beberapa sungai di Provinsi Bali telah mengalami penurunan kualitas, karena terkontaminasi limbah. Dimana salah satu sungai tersebut adalah Sungai Badung, yang terindikasi Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), besi, fosfat, yang telah melebihi baku mutu. Limbah tersebut bersumber dari kegiatan rumah tangga, aktivitas komersial, seperti aktivitas pariwisata, aktivitas niaga dan lainnya (BLH Provinsi Bali, 2013). Kualitas air Sungai Badung yang telah melampui ambang batas baku mutu yang ditetapkan akan mempengaruhi kondisi hutan bakau dan penampungan sumber air bersih yang masuk ke Estuari Dam. Selain itu, aktivitas pariwisata seperti memancing yang banyak terdapat di Sungai Badung terancam hilang karena ikan yang tidak hidup dengan baik dan kualitas ikan yang tercemar. Upaya untuk meningkatkan kualitas air daerah aliran Sungai Badung yang kian menurun hendaknya dilakukan pengelolaan yang berkesinambungan 5
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 2 Ayat 3, yang berbunyi: Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran sumber daya air terdapat pada Pasal 1 Ayat 4 yakni: Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Sudah sangat jelas bahwa perlindungan terhadap sumber daya alam terutama air sangat penting untuk kelangsungan mahluk hidup dimasa depan. Pertanyaan yang sering muncul pada saat pengambilan keputusan dalam hal pengelolaan sumber-sumber pencemar di sekitar sungai adalah dimana beban itu harus diturunkan, dari aktivitas apa dan berapa besarnya. Pencarian solusi atas permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sumber-sumber pencemar, termasuk lokasinya dan menghitung daya tampung beban pencemaran sungai. Daya tampung beban pencemaran air adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar (KEPMENLH Nomor 110 Tahun 2003) sehingga kualitas air bisa terjaga alamiahnya. Penghitungan daya tampung beban pencemaran air dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode sebagaimana telah diatur KEPMENLH Nomor 110 Tahun 2003 antara lain: Metoda Neraca Massa adalah metoda penetapan daya tampung beban pencemaran air dengan menggunakan neraca massa komponen komponen sumber pencemaran dan Metode Streeter - Phelps yang merupakan bagian dari Program Penghitungan QUAL2Kw, Program 6
QUAL2Kw ini digunakan sebagai alat untuk menghitung beban pencemaran yang masuk di tiap segmen sungai. Dalam mencapai tingkat kualitas air Sungai Badung sesuai Baku Mutu Kualitas Air Berdasarkan Kelas Air (Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016) diperlukan upaya pengelolaan. Salah satunya dengan menetapkan beban pencemaran yang boleh dibuang ke sungai dengan menetapkan daya tampung beban pencemar. Salah satu cara yang sudah teruji secara ilmiah adalah dengan menggunakan aplikasi Qual2Kw versi 5.1. Aplikasi Qual2Kw telah diterapkan pada banyak sungai di berbagai negara, diantaranya Tunggak River, Malaysia (Hossain et al., 2013), Tidal River China (Ye Hanfeng et al., 2013), Sungai Mangetan Kanal, Kabupaten Sidoarjo (Saraswaty, 2013), Kali Pelayaran, Kabupaten Sidoarjo. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat dipakai sebagai acuan dalam penggunaan model QUAL2Kw untuk menentukan pola, kebijakan, evaluasi dan perencanaan dalam mengelola kualitas air sungai di masa depan. 1.2 Rumusan Masalah Beberapa indikator terjadinya beban pencemaran air Sungai Badung dan perhitungan terhadap daya tampung beban pencemar Sungai Badung dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1) Berapakah daya tampung beban pencemaran sungai Badung bagian tengah dengan pemodelan Qual2Kw? 2) Aktivitas apa yang berpotensi memberikan masukan limbah sehingga menurunkan kualitas air Sungai Badung bagian tengah? 7
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:: 1) Menghitung daya tampung beban pencemaran Sungai Badung bagian tengah dengan menggunakan model Qual2kw. 2) Mengidentifikasi kegiatan/aktivitas yang berpotensi menurunkan kualitas air Sungai Badung bagian tengah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Membantu menghitung beban maksimun air limbah yang boleh dibuang ke Sungai Badung bagian tengah agar kualitasnya membaik. 2) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas air Sungai Badung. 3) Sebagai salah satu bahan rekomendasi dan pertimbangan pemerintah daerah untuk pengambilan kebijakan dalam penanggulan pencemaran terhadap daerah aliran Sungai Badung. 4) Hasil studi identifikasi beban cemaran Sungai Badung ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pustaka untuk penelitian sejenis yang mungkin dilakukan oleh peneliti yang lain. 8