BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Pasal 1 ayat (3), Negara Indonesia merupakan negara hukum.

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL SKRIPSI PERAN KEJAKSAAN DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. banyaknya persoalan-persoalan yang mempengaruhinya. Salah satu persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi sebagai bentuk kejahatan luar biasa (extra ordenary crime) telah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

BAB III PENUTUP. di wilayah hukum pengadilan Negeri Klaten sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai extra ordinary crime karena merupakan tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara

jenis kejahatan yang dapat menyentuh berbagai ranah kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita untuk melaksanakan amanat para pejuang kemerdekaan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. istilah pencucian uang. Sutan Remi Sjahdeini menggaris bawahi, dewasa ini

yang berdampak terhadap kerugiakan dan kepentingan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan terbatas maupun lingkungan yang lebih luas. kebutuhan manusia yang satu dengan yang lain. Berbagai kebutuhan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dirumuskan demikian:

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia di sisi lain dapat juga mengakibatkan perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruption yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

Eksistensi KPK Dalam Memberantas Tindak Pidana Korupsi Oleh Bintara Sura Priambada, S.Sos., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan istilah pencucian uang. Dewasa ini istilah money

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum (Rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah yang sering dipakai dalam bidang filsafat dan psikologi.(ensiklopedia

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Setelah Amandemen. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. bertransformasi dalam bentuk-bentuk yang semakin canggih dan

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat tidak sadar bahwa korban yang paling dirugikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatasi atau mewaspadai segala bentuk perubahan sosial atau kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia. untuk merumuskan norma hukum dalam penanggulangannya. 1

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya sebuah hukum.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 1 ayat (3), Negara Indonesia merupakan negara hukum. Negara hukum adalah negara yang menjunjung penegakkan hukum dan keadilan merupakan syarat mutlak guna mencapai tujuan nasional. Tujuan nasional tersebut yaitu mewujudkan tata kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang menjadi filosofi tujuan hidup masyarakat Indonesia sejak dahulu sampai saat ini. Dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat tersebut, maka diperlukan adanya jaminan kepastian hukum untuk melindungi kepentingan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Negara Indonesia berusaha melakukan pembenahan disegala aspek untuk mengangkat ketertinggalannya dengan pembenahan melalui pembangunan yang didalamnya banyak persoalan yang belum terselesaikan. Salah satunya adalah perkara Pencucian Uang. Pencucian uang telah lama dikenal, yaitu sejak tahun 1930. Istilah pencucian uang erat kaitannya dengan perusahaan laundry, yakni sebuah perusahaan pencucian pakaian. Perusahaan ini di beli oleh mafia Amerika Serikat atas hasil atau dana yang diperolehnya dari berbagai usaha gelap 1

2 (illegal), yang untuk selanjutnya dipergunakan sebagai cara pemutihan uang dari hasil-hasil transaksi gelap (illegal) berupa pelacuran, air keras atau perjudian. Istilah pencucian uang pada tahun 1984 saat Interpol mengusut pemutihan uang mafia Amerika Serikat yang terkenal dengan Pizza Connection. Cara pemutihan atau pencucian uang dilakukan dengan menggunakan restoran-restoran pizza yang berada di Amerika Serikat sebagai sarana usaha untuk mengelabui sumber-sumber dana tersebut. Cara pemutihan atau pencucian uang dilakukan dengan melewatkan uang yang diperoleh secara illegal melalui serangkaian transaksi financial yang rumit sehingga menyulitkan berbagai pihak untuk mengetahui asal-usul uang tersebut. 1 Sampai saat ini belum ada definisi yang universal dan kompherensif mengenai apa yang dimaksud dengan tindak pidana pencucian uang atau money loundering. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, yang dimaksud dengan tindak pidana pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Adapun yang dimaksud dengan hasil tindak pidana pencucian uang adalah harta kekayaan yang diperoleh dari berbagai tindak pidana asal (predicate offence), yaitu : 1. Tindak pidana korupsi. 1 Siahaan, NHT. 2008, Money Londering, dan Kejahatan Perbankan, cetakan ketiga, Jala Permata, Jakarta, hlm. 5

3 2. Tindak pidana penyuapan. 3. Tindak pidana narkotika. 4. Tindak pidana psikotropika, atau 5. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) atau diluar wilayah NKRI, dan tindak-tindak pidana tersebut merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia. 2 Secara definisi tersebut, Pencucian Uang juga mengandung arti yaitu upaya untuk mengaburkan asal-usul harta kekayaan dari tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang sah. Tujuan Pencucian Uang adalah : 1. Menyembunyikan uang atau kekayaan yang diperoleh dari kejahatan, 2. Menghindari penyelidikan dan / atau tuntutan hukum, 3. Menghindari pajak. Uang legal disembunyikan untuk menghindari pajak, dan 4. Meningkatkan keuntungan, artinya uang ilegal diikutsertakan dalam bisnis. 3 Pengertian korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memang kurang jelas atau kurang lengkap dalam memberi penjelasan arti korupsi. Setiap korupsi mengandung makna penyelewengan atau dishonest (ketidakjujuran). Penyelewengan atau ketidakjujuran tidak dijelaskan lebih 2 Aziz Syamsudin, 2011, Tindak Pidana Khusus, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 21 3 Hanafi Amrani, 2013, Rezim Anti Money Loundering dalam Kaitannya dengan Profesi Lawyers, 11 September, Fakultas Hukum UII, hlm. 1

4 lanjut lagi mengenai apa yang dimaksud dengan korupsi. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengertian korupsi sebagaimana dimuat didalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. 4 Pengertian korupsi tertuang di dalam Pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yakni suatu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Sebagaimana juga diatur didalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa pengertian korupsi dirumuskan sedemikian rupa sehingga meliputi perbuatan-perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi secara melawan hukum yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sehingga harus diupayakan penyelesaiannya. Apa pun definisi yang digunakan, korupsi bila telah mencapai tingkat hypercorruption, akan membawa dampak yang mematikan. 5 Berdasarkan definisi mengenai pencucian uang dan korupsi tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa di antara korupsi dengan pencucian uang tidak ada perbedaan yang signifikan. Keduanya merupakan hal yang tidak terpisahkan, karena pencucian uang adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh 4 Leden Marpaung, 2004, Tindak Pidana Korupsi, Pemberantasan dan Pencegahan, Penerbit Djambatan, Jakarta, Hlm.6 5 Robert Klitgaard, Ronald Maclean, Lindsey Parris, 2002, Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan Daerah,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm.3

5 seseorang atau badan hukum untuk melegalisasi uang kotor yang diperoleh dari tindak pidana yang salah satunya adalah dari korupsi. Salah satu contoh kasus tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi yang saat ini sedang hangat dibicarakan yaitu kasus yang melibatkan mantan Korps Lalu Lintas Markas Besar Kepolisisan Inspektur Jenderal Djoko Susilo, Komisi Pemberantasan Korupsi menduga, Djoko Susilo menyembunyikan harta hasil dari korupsi proyek pengadaan alat simulator ijin kemudi. Dalam dakwaan yang dibacakan atas Djoko Susilo, Djoko disebut KPK berupaya menyamarkan hartanya dengan menggunakan sejumlah nama saat membeli aset. "Terdakwa dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan terdakwa yang diketahuinya atau patut diduga berasal dari tindak pidana korupsi." 6 Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat yang adil dan makmur. 7 Adanya tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi inilah hukum harus ditegakkan untuk melawan dan menghancurkan kejahatan dan menjerakan pelakunya. 8 Aparat penegak hukum dituntut untuk menegakkan 6 http://www.tempo.co/read/news/2013/04/24/063475445/begini-cara-jenderal-djoko-cuci-uang 7 Evi Hartanti,2012,Tindak Pidana Korupsi,Sinar Grafika : Jakarta, hlm.1 8 Adiwarman, Arman Nevi, Ivan Yustiavandana, 2010,Tindak Pidana Pencucian Uang di Pasar Modal, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.5

6 hukum dan keadilan bagi masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan pencegahan Tindak Pidana pencucian uang dari hasil korupsi tersebut, Kejaksaaan merupakan lembaga yang diberi kewenangan untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum serta wewenang lain berdasarkan Undangundang. Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan harus bebas dari pengaruh kekuasaan pihak manapun, yakni dilaksanakan secara merdeka telepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Kejaksaan sebagai suatu lembaga penegak hukum dituntut lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 9 Kewenangan itu diatur juga didalam Pasal 1 Butir 6 Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, yaitu : a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Di dalam menjalankan perannya, seringkali jaksa yang menangani tidak pidana pencucian uang dari hasil korupsi ini justru terkesan lamban dan 9 Aziz Syamsuddin, Op. Cit, hlm. 34

7 belum berfungsi secara efekif dalam memberantas tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Berdasarkan ketentuan Pasal 43 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, dibentuklah Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan supervisi, termasuk penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan. Kewenangan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana korupsi yang meliputi : 1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara; 2. Mendapatkan perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau 3. Menyangkut kerugian negara paling sediki Rp.1000.000.0000,00 (satu miliar rupiah). 10 Atas dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi inilah penulis ingin mengangkat permasalahan hukum ini menjadi suatu penelitian hukum yang penulis beri judul Peran Kejaksaan Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dari Hasil Korupsi 10 Ermansyah Djaja, 2008, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 3.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis menarik permasalahan, yaitu : Apa peran Kejaksaan dalam pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang dari hasil korupsi? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : Untuk memperoleh data tentang peran Kejaksaan dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi. D. Manfaat penelitian Dengan dilakukannya penelitian dalam penulisan hukum ini, penulis berharap agar tulisan ini berguna untuk : a. Manfaat Teoritis Perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan dibidang hukum pidana pada khususnya. b. Manfaat Praktis Memberikan masukan dan manfaat yang dapat digunakan sebagai bahan dan sumbangan bagi aparat penegak hukum (khususnya para Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri).

9 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dikaji oleh penulis dan bukan merupakan hasil duplikasi ataupun plagiat dari hasil penelitihan pihak lain. Dari pengamatan penulis terhadap lieratur yang ada dan telah dibaca, penulis belum pernah menemukan literatur denan judul dan permasalahan yang sama seperti yang ditulis oleh penulis. Berdasarkan penelusuran di Perpustkaan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada tanggal 17 September 2013, penulis hanya menemukan judul skripsi yaitu : 1. Eksistensi Kejaksaan dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi Setelah Dibentuknya KPK (disusun oleh : Fardiyanto Yuhartono Mala, 6 Mei 2009) Rumusan Masalah : Bagaimana eksistensi kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana korupsi setelah dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)? Kesimpulan : Kejaksaan sebagai lembaga yang bertugas atau berfungsi melakukan penuntutan perkara khususnya dalam perkara korupsi, masih tetap mempunyai eksistensi berkaitan dengan lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ini disebabkan KPK dan Kejaksaan mempunyai tujuan yang sama dalam mengangani tindak pidana korupsi sehingga kedua lembaga selalu berdampingan dan saling melengkapi dalam menjalankan fungsinya, namun demikian kadang dalam praktek masih

10 sering terjadi gesekan, benturan antara kedua lembaga tersebut terutama dalam tahap penyidikan perkara korupsi. 2. Harmonisasi Kejaksaan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Tindak Pidana Korupsi (disusun oleh Nugroho Widyatmoko, 14 Januari 2011) Rumusan Masalah : Bagaimanakah upaya untuk mewujudkan harmonisasi antara lembaga Kejaksaan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dan kendala apa yang menghambat terciptanya harmonisasi dalam penanganan tindak pidana korupsi? Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di Kejaksaan Sleman dan di KPK mengenai hubungan koordinasi antar Kejaksaan dan KPK, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu adapun usaha kejaksaan untuk mewujudkan harmonisasi tersebut yaitu melalui koordinasi dengan KPK dalam pelaksanaan penganganan perkara korupsi. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh KPK untuk mewujudkan harmonisasi tersebut yaitu selain melakukan koordinasi dengan pihak kejaksaan, KPK juga melakukan pengawasan dan penelaahan terhadap perkara yang ditangani oleh Kejaksaan. Selanjutnya KPK melakukan rapat koordinasi bersama dengan pihak kejaksaan untuk membahas strategi pemberantasan korupsi.

11 Adapun kendala yang dapat menghambat tercapainya harmonisasi diantara Kejaksaan dan KPK tersebut, diantaranya: 1. Adanya faktor eksternal yang dapat berasal dari kalangan eksekutif dan dari para politis yang memberikan intervensi atau tekanan dalam pelaksanaan pemberantasan korupsi. 2. Adanya kesamaan kewenangan dalam melakukan pemberantasan korupsi sehingga dimungkinkan terjadinya benturan kewenangan diantara Kejaksaan dan KPK. 3. Adanya kewenangan yang dimiliki oleh KPK untuk mengambilalihkan proses penyidikan atau pun penuntutan terhadap perkara korupsi yang sedang ditangani oleh Kejaksaan 3. Koordinasi Kejaksaan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi (disusun oleh Mara Tulus Maruba Simanjuntak, 23 November 2009) Rumusan Masalah : 1. Bagaimana koordinasi antara Kejaksaan RI dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Penyidikan Tindak Pidana Korupsi? 2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana korupsi? Kesimpulan : Koordinasi Kejaksaan dengan KPK dalam melakukan penyidkan tidak terbatas. Kendala umum yang dihadapi Kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana korupsi adalah penghitungan kerugian negara,

12 kerugian Negara yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi ini tidak dalam jumlah yang kecil dan tidak selalu langsung dalam sesuatu bentuk yang bisa dihitung akan tetapi berbentuk barang. Kejaksaan akan sulit untuk memperkirakan harga barang tersebut dan membutuhkan waktu yang lama, di lain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian Negara, sebab adanya batasan penahanan dalam penyidikan yang diatur jelas di dalam hukum acara pidana yaitu selama 20 hari dan dapat diperpanjang selama 40 hari. Selain kesulitan dalam penentuan jumlah kerugian keuangan Negara, kejaksaan kesulitan apabila kejahatan tersebut dilakukan dengan media elektronik nisalnya dalam menggunakan internet maupun telepon genggam, maka akan sulit untuk melakukan penyelidikan, disebabkan kejaksaan masih terbatas sarana dan prasarana bahkan sumber daya manusianya. F. Batasan Konsep 1. Peran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Peran adalah Perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki orang yang berkedudukan di masyarakat 2. Kejaksaan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (2) Kejaksaan adalah kekuasaan negara dibidang penuntutan serta melakukan kewenangan lain berdasarkan fungsi yang diberi kewenangan oleh Undangundang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan

13 pengadilan yang memperoleh kekuasaan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan Undang-undang. 3. Pemberantasan dalam Kamus Besar Pemberantasan adalah pencegahan, pengucilan perkembangan. 11 4. Pengertian Pencucian Uang Pencucian Uang menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Pasal 3 butir 1 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan bahwa, pencucian uang adalah setiap orang yang menempatkan, mentransfer, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asalusul Harta Kekayaan. 5. Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptie dalam bahasa Belanda corruptie yang artinya penyuapan. Pengertian korupsi secara harafiah adalah a. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran b. Perbuatan yang buruk seperti peneriman uang sogok c. Perbuatan yang kenyataannya menimbulkan keadaan yang bersifat buruk, perilaku, yang jahat dan tercela 11 http://www.kamusbesar.com/, diunduh pada tanggal 17 September 2013, pukul 11.15 WIB

14 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian hukum normatif yakni penelitian yang berfokus pada norma (law in the book) dilakukan dengan undang-undang cara meneliti norma-norma hukum positif yang berupa perundang-undangan, dan penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai bahan utama, sehingga penulis akan mencoba meneliti hukum yang berhubungan dengan peranan Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi dan pencucian uang, terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia, Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang. 2. Sumber data Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif ini adalah data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum, adapun bahan-bahan hukum tersebut terdiri dari : a. Bahan hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari dari peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan permasalahan yang diteliti antara lain : 1) Undang - Undang Dasar 1945

15 2) Kitab Undang - Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Nomor 8 Tahun 1981 3) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250 4) Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401 5) Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140 6) Undang - Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme. 7) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan pustaka yang memberikan petunjuk maupun penjelasan mengenai bahan hukum primer yang diperoleh melalui buku-buku, majalah, koran, website, wawancara, yang berhubungan dengan objek yang diteliti. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk maupun penjelasan bahan hukum primer dan sekunder meliputi kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia.

16 3. Metode Pengumpulan Data a. Studi Pustaka yaitu cara mengumpulkan data dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku, majalah dan berita dari internet yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Wawancara dengan bapak Saut Simbolon,S.H sebagai Jaksa yang ada di Kejaksaan Negeri Serui Papua dilakukan guna menambah wawasan pendapat hukum yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. 4. Metode Analisis Seluruh data yang diperoleh dikumpulkan secara lengkap, kemudian disistematisasikan untuk dilakukan analisis. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah deskriptif kualitatif dengan alur berfikir deduktif, yaitu dimulai dengan peraturan hukumnya dan kemudian dibawa ke masalah yang sebenarnya. Deskriptif yaitu menganalisis data dengan cara memaparkan secara terperinci dan tepat tentang suatu fenomena tertentu terkait dengan peran kejaksaan dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi. Kualitatif yaitu yaitu menganalisis pemaparan hasil-hasil penulisan yang sudah disistematisasikan tersebut dengan cara yang didapat dari teori-teori hukum dan hukum positif untuk dapat menjelaskan permasalahan penelitian hukum ini dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami dan bersifat ilmiah. Langkah terakhir dalam menarik kesimpulan dilakukan dengan proses berfikir deduktif. Proses berpikir deduktif berawal dari hasil

17 pengamatan yang diperoleh yang kemudian disesuaikan dengan tujuan penelitian ini. H. Sistematika Penulisan Hukum Dalam sub bab ini penulis akan menjelaskan mengenai sistematika penulisan skripsi yang mana ; Dalam BAB I, penulis membahas mengenai Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Dalam BAB II, Penulis menjelaskan mengenai Kajian Terhadap Peran Kejaksaan dalam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dari Hasil Korupsi, yaitu mengkaji peran Kejaksaan dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai lembaga yang diberi kewenangan oleh Undang-Undang guna mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dari hasil suatu tindak pidana yaitu korupsi. Dalam BAB III, Penulis akan memberikan kesimpulan dan berdasarkan penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis sehingga kesimpulan tersebut menjadi jawaban atas permasalahan hukum yang telah dikemukakan sebelumnya. Kemudian penulis akan merumuskan saran yang kiranya dapat menjadi solusi untuk mengoptimalkan peran Kejaksaan Negeri Serui Papua dalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi.