BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul (Jurnal) Metode Hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI PEDOMAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI DESEMBER 2014

BAB II LANDASAN TEORI

GUBERNUR BANK INDONESIA,

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PT Asuransi Chubb Syariah Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Tahun 2016

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN GRESIK, Tbk.

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PT.BANK RIAU KEPRI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) (Wicaksono, 2014:1).

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

STIE DEWANTARA GCG Bank

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat

FAKTOR PENILAIAN: PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DEWAN KOMISARIS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS A. LANDASAN HUKUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

Self Assessment GCG. Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG

KEPUTUSAN DIREKSI PT. ABM INVESTAMA TBK TENTANG Good Corporate Governance Charter No.002/ABM-BOC-CIR/I/2013

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT Chubb General Insurance Indonesia. Laporan Tahunan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan peneliti terdahulu yang dijadikan pertimbangan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh: Nama (Tahun) Furqani (2014) Oktavianto, dkk (2014) Ardianti, (2014) dkk Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul (Jurnal) Metode Hasil Penerapan Prinsip- Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Sumenep (Jurnal Performance Bisnis &Akuntansi Vol. IV, No.1.2014) Penerapan Good Corporate Governance Untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan Studi pada PT. HM Sampoerna, Tbk yang listing di BEI periode 2010-2012 (Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.9 No.2.2014) Implementasi Good Corporate Governance Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja BUMN Studi Analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif Penelitian kualitatif Metode analisa interaktif dari Miles Hubberman, yaitu dengan tahapan kegiatan Penerapan prinsip Good Corporate Governance sudah diterapkan walaupun belum sepenuhnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Keberhasilan penerapan good corporate governance pada perusahaan, belum tentu berpengaruh baik juga pada kinerja keuangan perusahaannya khususnya dari tingkat rasio profitabilitas Implementasi GCG di Pupuk Kaltim telah berjalan dengan baik, melalui hal tersebut mampu mendukung terciptanya kinerja yang 7

8 Andypratama, dkk (2013) pada PT Pupuk Kalimantan Timur Kota Bontang (Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.2 No.11.2014) Penerapan Prinsip- Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan Keluarga: Studi Deskriptif Pada Distributor Makanan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan Penelitian deskriptif kualitatif baik di Pupuk Kaltim. Penerapan prinsip Good Corporate Governance sudah diterapkan meskipun didapati masih ada bagian prinsip GCG yang belum terlaksana. B. Tinjauan Teori 1. Pengertian Corporate Governance a. Menurut Bank Dunia (World Bank), pengertian good corporate governance (GCG) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. b. Menurut Forum Corporate Governance on Indonesia (FCGI), corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. c. Menurut Kementrian BUMN, sesuai pasal 1 ayat 1, Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang

9 Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN, disebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengeloalaan perusahaan berlandaskan peraturan perundanga-undangan dan etika berusaha. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, secara singkat tata kelola perusahaan atau corporate governance merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independen, kewajaran, dan kesetaraan. Corporate governance dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan, dan profesional (BTP) (Effendi, 2009). 2. Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance Berikut ini adalah manfaat yang bisa dipetik dengan diterapkannya prinsipprinsip Good Corporate Governance: a. Meningkatkan kinerja perusahaan. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. c. Dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham khususnya untuk BUMN yang telah go public.

10 Menurut Indra Surya (2006) dalam (Effendi, 2009), penerapan good corporate governance secara konkret memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut: 1) Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing. 2) Mendapatkan cost of capital yang lebih murah 3) Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan 4) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan terhadap perusahaan. 5) Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum. 3. Prinsip-Prinsip Corporate Governance Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKG) pada Januari 2004 telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia. Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan

11 kepentingan seluruh pemangku kepentingan berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (fairness). Dalam hubungan dengan prinsip tersebut bank perlu memperhatikan hal-hal berikut. a. Keterbukaan (transparency) Bank harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Bank harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. b. Akuntabilitas (accountability) Bank harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu bank harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. c. Tanggung jawab (responsibility) Bank harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. d. Independensi (independency)

12 Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, bank harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ bank tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran (fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 4. Tahap-Tahap Penerapan Good Corporate Governance Menurut (Chinn, 2000; Shaw, 2003) dalam (Kaihatu, 2006) perusahaanperusahaan yang berhasil menerapkan good corporate governance (GCG) pada umumnya menggunakan pentahapan sebagai berikut: a. Tahap Persiapan 1) Awareness Building Merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting good corporate governance (GCG) dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok. 2) GCG Assessment Merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk

13 mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek-aspek apa yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu dan langkah-langkap apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya. 3) GCG Manual Building GCG manual building adalah langkah setelah GCG assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek seperti: a) Kebijakan GCG perusahaan b) Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan c) Pedoman perilaku d) Audit commitee charter e) Kebijakan disclosure dan transparansi f) Kebijakan dan kerangka manajemen resiko g) Roadmap implementasi b. Tahap Implementasi

14 Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini juga terdiri dari 3 langkah yakni: 1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan. 2) Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG. 3) Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan. c. Tahap Evaluasi

15 Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondis dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan. 5. Penerapan Good Corporate Governance Bagi Organ Perusahaan Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance (KNKG, 2006) bahwa Organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Berikut komponen-komponen dari organ perusahaan tersebut antara lain: a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditananam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran

16 dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. b. Dewan Komisaris Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. c. Komite Penunjang Dewan Komisaris Untuk meningkatkan efektivitas dari kegiatan GCG di perusahaan perlu adanya pembentukan komite-komite yang bersangkutan, diantaranya yakni: 1) Komite Audit Tugas dari komite audit yaitu membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa, pertama laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, kedua struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, ketiga pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan keempat tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. 2) Komite Nominasi dan Remunerasi

17 Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem remunerasinya. 3) Komite Kebijakan Resiko Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan. 4) Komite Kebijakan Corporate Governance Komite ini bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). d. Direksi Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. 6. Good Corporate Governance (GCG) di Perbankan Bank Indonesia (BI) pada tanggal 30 Januari 2006 yang lalu telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum. Upaya BI dengan mengeluarkan peraturan

18 tentang pelaksanaan GCG tersebut sudah tepat, meskipun agak terlambat. Pihak kementerian BUMN telah lebih dahulu mengeluarkan ketentuan tentang penerapan praktik GCG pada BUMN sejak tahun 2002, sesuai Surat Keputusan No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002. Tujuan dikeluarkan PBI tersebut adalah untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional dalam menghadapi risiko yang semakin kompleks, berupaya melindungi kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders), serta meningkatkan kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika (ethics values) yang berlaku umum pada industri perbankan. Dalam ketentuan ini, GCG merupakan suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Pokok-pokok pelaksanaan GCG diwujudkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi, kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern (internal control) bank, penerapan fungsi kepatuhan auditor internal dan eksternal, penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern, penyedian dana kepada pihak terkait dan penyedian dana besar, rencana strategis bank, serta transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan bank. Dalam ketentuan yang mulai berlaku sejak diterbitkan tanggal 30 Januari 2006 ini, setiap bank diwajibkan melakukan penilaian mandiri (self assessment) atas pelaksanaan GCG,

19 menyusun pelaksanaan GCG tersebut secara berkala, dan kemudian akan dinilai oleh Bank Indonesia. Dewan komisaris dan direksi perbankan wajib memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, dewan komisaris wajib membentuk setidaknya komite audit, komite pemantau risiko, serta komite remunerasi dan nominasi, sedangkan direksi setidaknya wajib membentuk Satua Kerja Audit Intern (SKAI), Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko, serta Satuan Kerja Kepatuhan. Agar implementasi GCG di perbankan dapat berjalan dengan lancar, maka pihak perbankan perlu menyusun suatu piagam (charter) tentang GCG yang dilengkapi dengan petunjuk operasionalnya, sehingga lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan oleh para staf atau karyawan maupun manajemen perbankan. Penerapan GCG pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan industri pada umumnya. Pengelolaan yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak transparan, dan penyalahgunaan wewenang telah mengakibatkan jatuhnya beberapa bank. Apabila diamati, maka industri perbankan di Indonesia menghadapi permasalahan yang disebabkan oleh lemah atau tidak diterapkannya GCG.

20 7. Kinerja Perusahaan Menurut Moerdiyanto (2010), mengungkapkan bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari serangkaian proses bisnis yang mana dengan pengorbanan berbagai macam sumber daya manusia dan juga keuangan perusahaan. Apabila kinerja perusahaan meningkat, dapat dilihat dari gencarnya kegiatan perusahaan dalam rangka untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan atau laba yang dihasilkan tentu akan berbeda tergantung dengan ukuran perusahaan yang bergerak. Kinerja perusahaan menurut para ahli memiliki artian yang berbeda-beda, namun mereka mengatakan bahwa pada intinya kinerja perusahaan adalah suatu landasan dasar bagi sebuah perusahaan dalam mengetahui atau mengukur tingkat keberhasilan suatu kinerja dalam organisasi yang berdampak pada tujuan yang ingin dicapai pada periode tertentu (Oktavianto dkk., 2014). a. Penilaian Kinerja Perusahaan 1) Analisis Laporan Keuangan Dalam menilai kinerja perusahaan, hal yang paling penting dilakukan adalah menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Brigham dan Houston (2004) berpendapat bahwa analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan. 2) Rasio Profitabilitas

21 Bank Indonesia dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 06/23/DNP tanggal 31 Mei 2004 mengemukakan terdapat tiga rasio yang digunakan sebagai parameter dari profitabilitas bank. Secara umum rasio profitabilitas dapat dihitung dengan rasio-rasio sebagai berikut: a) Net Profit Margin (NPM), rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari pendapatan operasinya. Formulanya adalah: b) Return On Asset (ROA), rasio ini menggambarkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan semua investor (pemegang obligasi dan saham) Formulanya adalah: c) Return On Equity (ROE), rasio yang menggambarkan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. Formulanya adalah:

22 C. Kerangka Pikir Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan di atas, penulis menyusun kerangka pikir penelitian yang dapat digambarkan pada diagram berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Transparansi Akuntabilitas Responsibility Independensi Fairness Kinerja Keuangan