BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberlangsungan hidup suatu bank sangat tergantung dari kecukupan modal bank untuk terus menggerakkan operasional bank serta agar dapat melindungi bank dari kegagalan. Mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia No. 12/2013 bahwasanya dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional, maka bank perlu meningkatkan kemampuan untuk menyerap resiko yang disebabkan oleh kondisi krisis dan/atau pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan dan dalam rangka meningkatkan kuantitas modal, bank perlu membentuk tambahan modal di atas persyaratan penyediaan modal minimum sesuai profil risiko yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) apabila terjadi krisis keuangan dan ekonomi yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan. Hampir setiap aspek perbankan baik secara langsung atau tidak dipengaruhi oleh ketersediaan dan biaya modal karena modal merupakan salah saru faktor yang terpenting yang harus diperhatikan dalam menjaga kesehatan sebuah bank dan untuk menilai suatu keamanan bank. Pada dasarnya modal berfungsi sebagai jaring pengaman untuk berbagai resiko yang dihadapi institusi dalam menjalankan usahanya dimana modal dapat menyerap potensi kerugian sebagai dasar untuk menjaga kepercayaan nasabah pada bank. 1
2 Kepercayaan nasabah terhadap kelangsungan operasional bank sangatlah penting karena krisis kepercayaan yang akan dihadapi bank dapat membuat sejumlah besar pemegang deposit memutuskan untuk menarik uangnya pada waktu bersamaan, yang nantinya akan mengganggu persediaan uang dalam perekonomian. Oleh sebab itu menurut Raharjo et.al (2014) bank wajib memiliki modal yang cukup, baik untuk mendukung ekspansi bisnisnya serta sebagai penyangga untuk mencegah kerugian tak terduga yang mungkin dihadapi bank dan dapat menyerap kerugian yang timbul dari barbagai resiko. Dengan demikian tujuan penyediaan modal minimum adalah untuk memastikan bahwasanya bank tetap memiliki cukup modal dalam mengahadapi resiko usaha bank tersebut. Abdullah (2003:56) modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba. Modal yang terlalu besar misalkan, akan mudah dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan perkataan lain besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Marghareta (2011) menjelaskan bahwa ketentuan kecukupan modal bank dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan para deposan,
3 ketentuan kecukupan modal juga dapat meningkatkan modal bank sehingga menciptakan persaingan yang sehat dalam pasar keuangan global. Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas modal pada bank komersial, Bank Indonesia selaku bank sentral di negara Indonesia, memiliki langkah untuk meningkatkan kualitas modal bank dengan menyesuaikan ketentuan komponen permodalan bank dan instrumennya. Untuk peningkatan pada jumlah modal, Bank Indonesia mewajibkan bank-bank di Indonesia untuk membentuk tambahan modal di atas persyaratan kecukupan modal minimum berbasis profil resiko. Rating profil risiko dan persyaratan kecukupan modal sebagaimana dimaksud adalah : Tabel 1.1 : Rating Profil Resiko atas Persyaratan Kecukupan Modal No. Rating Profil Resiko Persyaratan Kecukupan Modal 1 1 8% 2 2 9% sampai dengan <10% 3 3 10% sampai dengan <11% 4 4 atau 5 11% sampai dengan 14% Sumber : Bank Indonesia, Peratutan BINo. 12/2013 tentang Penetapan Modal Minimum 2013 Bank-bank komersil di Indonesia dapat dibagi menjadi enam kelompok, yaitu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bank Umum Swasta Nasional, Bank pembangunan Daerah, Bank cmpuran, dan Bank Asing. Bank milik pemerintah atau BUMN terdiri dari empat bank yaitu bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Pada akhir tahun 2012 bank BUMN memiliki pangsa pasar sebesar 36,02 persen. diketahui bank BUMN memiliki beberapa tujuan khusus
4 yaitu memberikan kredit kepada sektor-sektor tertentu, mempromosikan akses ke layanan perbankan bagi kelompok atau daerah yang tidak tercakup oleh bank swasta, mengurangi kegagalan pasar karena adanya informasi asimetris, pembiayaan proyek sosial yang memiliki sedikit keuntungan. Bank-bank milik pemerintah diperlukan untuk dapat menjaga permodalan yang cukup agar nantinya mampu mendukung ekspansi bisnis dan yang terpenting adalah sebagai agen pembangunan di Indonesia. Terdapat banyak faktor yang bisa mempengaruhi tingkat kecukupan modal pada bank, salah satunya adalah dapat dilihat dari aspek profitabilitas. Bateni et. al ( 2014) Aspek profitabilitas yang digunakan adalah Return On Asset (ROA), rasio ini memiliki hubungan yang positif dengan rasio kecukupan modal karena bank harus diantisipasi meningkatkan resiko aset untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Permasalahan yang cukup komplek dalam perbankan adalah pengelolaan likuiditas, karena sebagian besar uang yang dikelola adalah uang masyarakat yang sewaktu-waktu dapat diambil. Dian (2011) dalam Nazaf (2014) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu indikator kesehatan likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. LDR paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk
5 mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. LDR diukur dengan membandingkan total loans terhadaptotal deposit dan equity. Rasioini yang menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank. Penilaian aspek efisiensi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank dalam memanfaatkan dana yang dimiliki dan biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasionalkan dana tersebut, efisiensi dalam dunia perbankan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka menciptakan perbankan yang sehat, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Fitrianto (2006 ) aspek kualitas asset dapat diproksi dengan menggunakan rasio Non Performing Loans ( NPL), karena pada rasio ini dapat menunjukkan kualitas aktiva kredit yang jika kolektabilitasnya kurang lancar, diragukan dan macet dari total kredit secara keseluruhan maka bank tersebut menghadapi kredit bermasalah. Bagi bank yang mempunyai kolektabilitas yang tinggi dan mempunyai earning aset yang memadai maka kebutuhan modalnya akan dapat diperoleh laba usaha bank bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, maka judul yang digunakan dalam peneltian ini sebagai berikut Analisa Tingkat Kecukupan Modal Bank Umum Milik Negara di Indonesia Tahun 2007-2014.
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas, dapat digunakan rumusan masalah sebagai berikut Apakah variabel ROA, LDR, dan NPLberpengaruh terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umum Milik Negara? C. Batasan Masalah Supaya pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini difokuskan pada pembahasan sebagai berikut : 1. Penelitian ini membahas tentang tingkat kecukupan modal yang diproksi oleh variabel Capital Adequacy Ratio 2. Aspek tingkat kecukupan modal yang di analisis pada penelitian ini adalah aspek kinerja keuangan bank BUMNLaporan keuangan yang digunakan berkisar dari tahun 2007-2014 3. Adapun variabel yang diambil dari kinerja keungan adalah CAR yang merupaka variabel terikat dan ROA, LDR, NPL merupakan variabel bebasnya. D. Tujuan Penelitian Untuk menguji pengaruh variabel ROA, LDR dan NPL terhadap Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umum Milik Negara di Indonesia Tahun 2007-2014 E. Manfaat Penelitian 1. Untuk pemegang saham
7 Bagi pemegang saham penelitian diharapkan bisa memberikan informasi terkait dengan kondisi keuangan perbankan khususnya pada perbankan BUMN yang nantinya dapat dijadikan refrensi dalam memilih perusahan perbankan BUMN sebagai tempat investasinya. 2. Untuk Akademisi Bagi para akademisi penelitian ini diharapkan bisa menjadi media ilmu pengetahuan tentang perbankan khususnya pada tingkatkecukupan modal suatu bank. Dan untuk akademisi yang hendak meneliti tentang kecukupan modal perbankan diharapkan penelitian ini bisa juga dijadikan refrensi dalam meniliti tentang perbankan khususnya pada kecukupan modal bank.