I PENDAHULUAN dan kematian (Nyoman Paramita Ayu, 2010). (HD) 3 5 kali seminggu seumur hidup.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

Yoni Wibowo 1 dan Ririn Yuliati 2. Alumni Prodi Gizi FIK UMS. Instalasi Gizi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

STATUS BESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG SEDANG MENJALANI HEMODIALISIS DI BLU RSU.Prof.Dr.R.D KANDOU MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju maupun berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN ANEMI DEFISIENSI BESI PADA PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan klasifikasi Gagal Ginjal Kronik. 1. Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan adanya penurunan laju filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

Transkripsi:

( Word to PDF Convert - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-convert.combab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus penyakit ginjal kronik (PGK) saat ini meningkat dengan cepat terutama di negara negara berkembang. PGK telah menjadi masalah utama kesehatan di seluruh dunia, karena selain merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Nyoman Paramita Ayu, 2010). Tahun 2015 diperkirakan ada 36 juta penduduk dunia yang meninggal akibat penyakit ginjal. Selain ancaman kematian, penderita PGK akan berhadapan dengan konsekuensi untuk menjalani cuci darah Hemodilisa (HD) 3 5 kali seminggu seumur hidup. Gagal Ginjal Kronik ( GGK ) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, dimana ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dengan nilai glomerular filtration rate ( GFR ) 25% - 10% dari nilai normal. Transplantasi atau HD digunakan sebagai terapi pengganti untuk menggantikan fungsi ginjal yang memburuk (Imroatul Ulya, Suryanto, 2007). Pemilihan HD sebagai terapi pengganti pada pasien gagal ginjal telah dimulai sejak tahun 1960. Tindakan ini mampu memperpanjang umur pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien, namun mahalnya tindakan ini masih

merupakan kendala utama bagi penggunaan secara luas. (Linda Armelia, 2008). HD merupakan pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati membran semi permeabel (alat dialisis) kedalam dialisat. Alat dialisis juga dapat digunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari plasma ( dengan perbandingan sedikit larutan ) melalui membran. (Sudjatmiko, 1997) Penderita GGK yang sedang melakukan HD akan menderita anemia. (Tapan, 2004). Pada dasarnya anemia pada GGK adalah akibat adanya efek eritropoesis terhadap rangsangan hipoksia. Di samping itu sumsum tulang tidak bereaksi terhadap umur eritrosit yang memendek (sumsum yang non regeneratif ), Ada 3 mekanisme yang berperan dalam efek eritropoesis pada GGK : (1) Menurunnya produksi eritropoesis akibat kerusakan ginjal (2) Adanya penurunan afinitas hemoglobin terhadap oksigen yang berakibat meningginya efisiensi pembebasan oksigen jaringan secara relatif terhadap beratnya anemia (3) Adanya toksin dalam darah yang menghambat respon eritron terhadap eritropoesis, di samping itu dalam plasma penderita GGK terdapat suatu zat ( toksin ) yang menghambat eritropoesis. ( Imam Supandiman, 1990 ) Hubungan antara GGK dengan anemia sudah diketahui sejak awal abad 19. Anemia pada penyakit ginjal kronik muncul ketika klirens kreatinin

turun kira-kira 40 ml/mnt/1,73m 2 dari permukaan tubuh. Anemia akan lebih berat apabila fungsi ginjal menjadi lebih buruk lagi, tetapi apabila penyakit ginjal telah mencapai stadium akhir, anemia relatif akan menetap. Anemia pada GGK terutama diakibatkan oleh berkurangnya produksi Eritropoietin (EPO). EPO merupakan hormon yang dapat merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah. Anemia yang terjadi pada GGK biasanya jenis normokrom normositer dan non regeneratif. Anemia merupakan kendala yang cukup besar bagi upaya mempertahankan kualitas hidup pasien GGK. Anemia yang terjadi dapat mengganggu sejumlah aktifitas fisiologis sehingga dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas (Fatmawati,2008). Defisiensi zat besi merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada penderita gagal ginjal terminal (GGT) yang menjalani hemodialisis regular (HR) dan dapat memperberat anemia akibat PGK. Angka kejadian defisiensi zat besi pada penderita yang menjalani HR didapatkan sebesar 40-77%. Penyebab anemia defisiensi besi pada penderita GGK yang menjalani hemodialis regular adalah kehilangan darah selama proses dialisis, perdarahan tersembunyi (occult blood loss), meningkatnya tendensi untuk terjadinya perdarahan,seringnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium dan meningkatnya konsumsi besi dengan pemberian EPO. (Ria Bandiara, 2003) Sebelum ditemukannya terapi eritropoietin sebagai pengganti suplementasi besi dan transfusi yang berulang, pada pasien HD sering

dijumpai penimbunan besi yang berlebihan. Keadaan ini akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi (Pusparini, 2000). Zat besi berhubungan dengan transferin plasma ( protein ) yang bertanggung jawab terhadap transportasi zat besi ke sumsum tulang untuk sintesa hemoglobin. Nilai besi serum meningkat bila ada destruksi sel sel darah merah yang berlebihan ( hemolisis ) dan nilai menurun pada anemia akibat kekurangan besi. Fe serum/tibc ditentukan bersaaman. TIBC mengukur jumlah tambahan besi yang dapat dikombinasi oleh transferin (Joyce LeFever Kee, 1997). Tingginya prevalensi anemia pada penderita GGK serta banyaknya parameter status besi yang dapat dipakai untuk melihat perubahan metabolisme besi pada penderita tersebut, diperlukan suatu parameter yang spesifik dan sensitif untuk menentukan diagnosa defisiensi besi yaitu parameter Fe dan TIBC (Total Iron Binding Capaity) (Yendriwati, 2008). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraiakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada perbandingan kadar Fe/TIBC dan jumlah eritrosit sebelum dan sesudah dilakukan hemodialisa pada pasien Gagal ginjal Kronik ( GGK ) di RSI Sunan Kudus. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umun

Untuk mengetahui perbandingan kadar Fe/TIBC dan jumlah eritrosit sebelum dan sesudah hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronik di RSI SUNAN KUDUS. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kadar Fe/TIBC pada pasien Gagal Ginjal Kronik sebelum hemodialisa. b. Mendeskripsikan kadar Fe/TIBC pada pasien Gagal Ginjal Kronik sesudah hemodialisa. c. Mendeskripsikan jumlah eritrosit pada pasien Gagal Ginjal Kronik sebelum hemodialisa. d. Mendeskripsikan jumlah eritrosit pada pasien Gagal Ginjal Kronik sesudah hemodialisa. e. Membandingkan kadar Fe/TIBC, eritrosit sebelum dan sesudah proses hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronik. D. Originalitas Penelitian Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan terdapat pada variabel terikatnya dan sampel penelitiannya. Adapun penelitian lain yang pernah dilakukan adalah : Peneliti, Penerbit, Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

Nur Ika Permatasasi. AAK 17Semarang. 2005 Imrotul Ulya,Suryanto. UGM. 2007 Perbedaan Kadar Hemoglobin Pada Pasien GGK Sebelum Dan Sesudah Hemodilisa Di RS. PANTI WILASA CITARUM SEMARANG Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa Pada Penderita GGK di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Terdapat perbedaan yang sangat bermakna antara kadar Hb sebelum dan sesudah HD, dengan nilai ( p<0,01 ) Terdapat perbedaan antara kadar Hb pra dan post HD pada pasien GGK, dengan nilai ( p<0,05 ) E. Manfaat Penelitian 1. Bagi pasien Gagal Ginjal Kronik Memberi informasi tentang adanya keterkaitan antara hemodialisa pada penderita gagal ginjal kronik serta tentang pemeriksaan Fe/TIBC dan eritrosit. 2. Bagi Instansi terkait Memberikan masukan bagi instansi terkait tentang pengaruh hemodialisa terhadap kadar Fe/TIBC dan eritrosit pada penderita gagal ginjal kronik. 3. Bagi Peneliti Dapat memperluas pengetahuan tentang gagal ginjal kronik dan tentang hemodilisa beserta pemeriksaan Fe/TIBC dan eritrosit.