1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan istilah yang digunakan pada tumor yang ganas, kanker berasal dari satu sel dengan pertumbuhan terus menerus, tidak terkontrol, dapat berubah bentuk dan dapat tumbuh pada organ lain atau metastasis. Kanker terjadi akibat gangguan atau mutasi kode genetik, yang dapat terjadi pada sel tubuh akibat bahan kimia yang bersifat karsinogenik, radiasi, virus, atau keturunan (Noorwati, 2007). Berdasarkan data yang dirilis International Agency for Research on Cancer salah satu lembaga di bawah Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun 2008 jumlah kematian akibat penyakit kanker mencapai 58 juta jiwa di dunia (IARC, 2008). Menurut data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2012 menyebutkan bahwa prevalensi kanker mencapai 4,3 setiap 1000 orang. Padahal data sebelumnya menyebutkan prevalensinya 1 banding 1000 orang. Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dan International Union Against Cancer (UICC) tahun 2012 terdapat 12,4 juta kasus baru kanker, dimana 7,6 juta angka kematian karena kanker dan 25 juta orang hidup dengan menderita kanker di tahun 2008. Angka tersebut terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2030 terdapat 26 juta kasus kanker dengan 17 juta angka kematian akibat kanker, dimana peningkatan tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia (UICC, 2012). Penatalaksanaan atau pengobatan utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan hormonterapi. Kemoterapi adalah alternatif pengobatan yang dilakukan untuk penderita kanker (Smeltzer & Bare, 2002). Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti kanker (sitostatika), dimana sitostatika merupakan
2 golongan obat obatan yang dapat menghambat pertumbuhan kanker bahkan ada yang dapat membunuh sel kanker. Obat ini termasuk obat obat berbahaya yaitu obat obat yang genotoksik, karsinogenik, dan teratogenik dan atau menyebabkan kerusakan fertilitas (Sukardja, 2003). Adapun jenis jenis obat sitostatika yang mempunyai sifat toksik bagi tubuh diantaranya 5 FU, Doxorubin, Cisplatin, Methotrexate dan lain lain (Otto, 2005). Penelitian yang dilakukan Sirait (2004) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta (RSCM), frekuensi tertinggi penderita kanker datang berobat pada stadium III (46,5%) diikuti stadium II (31.9%), stadium I (14,5%) dan stadium IV (7,1%). Jadi umumnya penderita ke Rumah Sakit sudah dalam stadium lanjut, dengan demikian pengobatan kemoterapi pada kanker stadium III paling sering digunakan di Indonesia (Alle, Hardjanta, & Suharsono, 2006). Pasien kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi, biasanya mengalami efek fisiologis yang tidak menyenangkan seperti rambut rontok, menurunnya kadar sel darah sehingga penderita lebih mudah lelah atau mengalami pendarahan, kulit menjadi hitam, kering serta gatal gatal, mual, muntah dan nyeri perut serta menurunnya nafsu seksual dan tingkat fertilitas (Susanti & Tarigan,2012). Efek samping kemoterapi timbul karena obat obat kemoterapi tidak hanya menghancurkan sel sel kanker tetapi juga menyerang sel sel sehat terutama yang membelah dengan cepat, efek tersebut menimbulkan perubahan dalam kehidupan pasien yang sedang menjalani kemoterapi (Noorwati, 2007). Disamping efek fisiologis pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi juga mengalami efek psikologis yang semakin beragam, antara lain kecemasan, rasa takut akan kematian, takut menjadi beban, takut ditinggalkan, ketidakmampuan dan gangguan harga diri (Kova & Miha, 2011). Kecemasan merupakan rasa tidak nyaman sebagai bentuk rasa ketakutan akan kehilangan sesuatu yang penting atau terjadinya peristiwa buruk dari kondisi sekarang, sehingga penderita merasa enggan untuk menyelesaikan pengobatan
3 kemoterapinya (Fajriati, 2013). Dampak bagi penderita kanker yang tidak menjalani kemoterapi ataupun tidak tuntas menyelesaikan pengobatannya adalah ketika pertumbuhan dan penyebaran sel sel abnormal yang tidak terkendali ini dibiarkan serta tidak diobati, maka kematian sangat mungkin terjadi (Ugrasena, 2010). Berdasarkan penelitian Budiman, Khambri, & Bahtiar (2012) ditemukan bahwa kepatuhan dalam terapi Tamoxifen (Obat Kemoterapi dalam bentuk oral) dari 61 pasien 12,8% tidak patuh. Alle, Hardjanto, & Suharsono (2006) menyatakan bahwa dari 213 kasus kanker di RSCM Jakarta 37,6% dinyatakan hilang atau tidak melakukan kontrol atau pengobatan lanjut, dari sini tampak bahwa penderita kanker di Indonesia banyak yang tidak patuh dalam menjalani kemoterapi. Data dari ruang kemoterapi RS Ken Saras Semarang pada tahun 2013 menyebutkan bahwa dari 132 penderita kanker yang menjalani kemoterapi ada 7% yang tidak patuh untuk menyelesaikan pengobatannya (Rekam Medis RS Ken Saras, 2013). Penyebab penderita kanker tidak menyelesaikan pengobatannya karena efek samping yang dirasakan, kendala financial dan kurangnya dukungan sosial, ditunjukkan dengan pasien datang sendiri ke rumah sakit dan mengurus keperluan administrasi sendiri. Pada saat pelaksanaan kemoterapi pasien tidak ada yang mendampingi untuk memberikan bantuan atau sekedar menemani. Berdasarkan penelitian Budiman, Khambri, & Bahtiar (2012) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan menjalani kemoterapi adalah tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, ketersediaan asuransi dan pelayanan tenaga medis. Ugrasena (2010) menyampaikan penyebab gagalnya pengobatan kemoterapi ini tidak terfokus pada satu penyebab saja. Mulai dari kendala financial penderita, faktor dukungan sosial, bahkan yang terbaru saat ini juga disebabkan karena adanya resistensi obat yang merupakan bawaan
4 dari penderita sehingga membuat gagalnya proses pengobatan. Penderita yang berobat berasal dari keluarga miskin dan datang dari luar kota, meski dalam pembiayaannya dibantu oleh pemerintah, namun bagi mereka biaya transportasi dan biaya selama di rumah sakit juga menjadi kendala, kondisi tersebut yang akhirnya membuat proses pengobatan penderita tidak tuntas, datang berobat hanya beberapa kali saja, selanjutnya berhenti. Niven (2012) menyebutkan faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, pendidikan, kesakitan dan pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, tingkat ekonomi dan dukungan sosial. Dukungan sosial dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan (Maryati, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2010) menunjukkan 20% dukungan keluarga dan koping pasien dengan penyakit kanker terhadap pengobatan kemoterapi tidak baik, sedangkan penelitian Subiatmi (2012) menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan perawat sebagian besar baik dan tingkat kecemasan sebagian besar pada ketegori cemas sedang 65%. Berdasarkan penelitian Fajriati (2013) dukungan sosial, terutama dukungan informasi dan dukungan penghargaan sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kecemasan penderita yang ditimbulkan akibat tindakan kemoterapi. Dampak dari kurangnya dukungan sosial yang dialami penderita kanker yang menjalani kemoterapi mempengaruhi kemoterapi yang dijalani seperti tidak mau lagi menjalani kemoterapi karena trauma dengan efek samping kemoterapi penurunan kondisi tubuh yang membuat turunnya hemoglobin sehingga tidak bisa menjalani kemoterapi dan penerimaan obat terhadap tubuh yang menyebabkan efek samping yang dialami lebih besar dari yang seharusnya (Setyowati, 2006). Pengkajian terhadap pasien yang sedang menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang menunjukkan bahwa hampir semua mengalami kecemasan.
5 Penyebab kecemasan timbul karena efek samping kemoterapi, kurangnya dukungan sosial ataupun kendala finansial yang berakibat ketidakpatuhan pasien menyelesaikan pengobatannya. Dari fenomena tersebut peneliti menjadikan dasar sebagai penelitian ini. B. Rumusan Masalah Penderita kanker yang menjalani kemoterapi dapat mengalami berbagai masalah fisiologis dan psikologis sebagai efek dari pengobatan yang dijalaninya. Hal ini dapat meningkatkan kecemasan serta perlunya dukungan sosial sehingga pasien dalam menuntaskan pengobatannya. Oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan hubungan sosial yang meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi di RS Ken Saras b. Mendiskripsikan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras c. Menganalisis hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras d. Menganalisis hubungan antara dukungan emosional dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras
6 e. Menganalisis hubungan antara dukungan penghargaan dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras f. Menganalisis hubungan antara dukungan instrumental dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras g. Menganalisis hubungan antara dukungan informasi dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras D. Manfaat Penelitian 1. Pasien Pasien mengetahui dampak yang terjadi jika tidak menyelesaikan kemoterapi dan pentingnya dukungan sosial untuk menyelesaikan pengobatannya. 2. Keluarga Keluarga mengetahui pentingnya dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker menjalani pengobatannya, sehingga keluarga dapat berperan aktif dalam pendampingan penderita kanker untuk menyelesaikan pengobatannya. 3. Masyarakat Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang penyakit kanker khususnya pentingnya dukungan sosial terhadap kepatuhan menjalani kemoterapi. 4. RS Ken Saras Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bagi penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi sehingga meningkatkan kepatuhan dalam menyelesaikan pengobatan kemoterapi di RS Ken Saras 5. Profesi Keperawatan Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan mempermudah penyusunan rencana
7 serta intervensi keperawatan pada penderita kanker yang sedang manjalani kemoterapi. 6. Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi pustaka tentang kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi. 7. Peneliti Selanjutnya Dapat dilakukan penelitian tentang perbedaan penderita yang mendapat dukungan sosial dengan penderita yang tidak mendapat dukungan sosial terhadap kepatuhan. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu dalam penelitian ini termasuk dalam Keperawatan Medikal Bedah (KMB). F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Penelitian Judul Desain Hasil 1. Alle, Faktor yang Metode Empat faktor utama yang Hardjanta, mempengaruhi kualitatif. mempengaruhi kepatuhan pasien & kepatuhan pasien kanker terhadap kemoterapi, yaitu Suharsono penyakit kanker permintaan pemilik otoritas (2006) dalam menjalani kesehatan (dokter), persepsi, kemoterapi. informasi dan variabel variabel sosial, yaitu adanya dukungan dan pertolongan berupa materi, perhatian dan penghiburan baik dari keluarga, lingkungan sekitar maupun dari tenaga medis yang merawat, serta beban dan hambatan yang harus ditanggung oleh pasien. 2. Saragih (2010) Peranan Dukungan Keluarga dan Koping Pasien dengan Penyakit Kanker terhadap Pengobatan Kemoterapi di RB 1 RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Deskriptif dengan menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner yang dilakukan kepada keluarga dan pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang menjalani kemoterapi dalam kategori baik sebanyak 48%. Pentingnya dukungan dari keadaan (emosional, final Biel, spiritual) serta koping pasien (supresi dan mengalihkan) untuk meningkatkan dukungan keluarga.
8 No. Penelitian Judul Desain Hasil 3. Budiman, Faktor yang Wawancara Dari 61 pasien ditemukan 9 pasien Khambri, Mempengaruhi langsung, tidak patuh terapi Tamoxifen, hasil & Bachtiar Kepatuhan penderita penelitian bivariat didapat hubungan (2012) Berobat Pasien mengisi yang bermakna antar kepatuhan yang Diterapi kuesioner dan dengan umur, tingkat pendidikan, dengan skala likert pendapatan keluarga, ketersediaan Tamoxifen pelayanan asuransi dan pelayanan tenaga medis setelah Operasi tenaga medis. (p<0,05) sedangkan efek samping Kanker Payudara tidak berhubungan dengan kepatuhan di Poli Bedah RS (p>0,05). Dr. M. Djamil Padang 4. Subiatmi (2012) Hubungan dukungan keluarga dan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr Kariadi Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan perawat sebagian besar baik dan tingkat kecemasan sedang (65%). Nilai korelasi Rank Spearman disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan (p value = 0,000, r = 0,815), ada hubungan dukungan perawat dengan tingkat kecemasan (p value = 0,000, r = 0,606) 5. Fajriati (2013) Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RS Roemani Deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan sosial adalah baik dan kategori kecemasan yaitu cemas ringan (42,9%). Nilai korelasi Rank Spearman disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan (r = 0,681, Ï = 0,0001). 6. Kusuma (2013) Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepatuhan Penderita Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RS Ken Saras Semarang Deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan sosaial adalah baik dan kategori kepatuhan yaitu patuh (88,5%). Hasil uji Fisher s Exact menunjukkan tidak ada hubungan dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi (p = 1,000). Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada variabel dan tempat penelitian yang berbeda.