PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, dan untuk mengantisipasi perkembangan usaha swasta yang membawa dampak pada penyediaan tempat parkir di wilayah Kota Probolinggo, maka dipandang perlu mengatur tentang Pajak Parkir ; b. bahwa guna menindaklanjuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a Konsideran ini, maka perlu mengatur Pajak Parkir dengan Peraturan Daerah Kota Probolinggo. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Kota Kecil di Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 14 Agustus 1950); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048) ; 4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) 6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138) ; 11. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Probolinggo Nomor 8 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Probolinggo (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Probolinggo Tahun 1987/1988 tanggal 26 Maret 1988 Nomor 4/C). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PROBOLINGGO Dan WALIKOTA PROBOLINGGO MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO TENTANG PAJAK PARKIR.
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kota Probolinggo ; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Probolinggo ; c. Kepala Daerah adalah Walikota Probolinggo ; d. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Probolinggo ; e. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang pajak daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; f. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya ; g. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang bergerak oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu termasuk kendaraan gandengan atau kereta tempel yang dirangkaikan dengan kendaraan bermotor ; h. Parkir adalah keadaan tidak bergerak atas suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara ; i. Tempat Pakir adalah tempat yang disediakan dan atau dikelola baik oleh orang pribadi maupun Badan ; j. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah ; k. Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah ; l. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu ; m. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah ;
n. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu tahun takwim kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim ; o. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah ; p. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya ; q. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang disingkat SPTPD adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, obyek pajak dan atau bukan obyek pajak, dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah ; r. Surat Setoran Pajak Daerah yang dapat disingkat SSPD adalah Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah ; s. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang dapat disingkat SKPD adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak ; t. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang dapat disingkat SKPDKB adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar ; u. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang dapat disingkat SKPDKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan ; v. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKPDLB adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang ; w. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang dapat disingkat SKPDN adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak ;
x. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ; y. Pemeriksaaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan daerah ; z. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK Pasal 2 Dengan nama Pajak Parkir dipungut sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan suatu tempat parkir. Pasal 3 (1) Obyek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan dan garasi kendaraan yang memungut bayaran ; (2) Tidak termasuk obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Penyelenggaraan tempat parkir yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah dan atau Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah ; b. Penyelenggaraan parker oleh Konsulat, perwakilan Negara asing dan perwakilan lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbal balik ; c. Subyek pajak lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Derah. Pasal 4 (1) Subyek pajak parkir adalah orang pribadi dan atau Badan yang melakukan pembayaran atas tempat parker ; (2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
BAB III GOLONGAN PAJAK Pasal 5 Pajak parkir digolongkan sebagai Pajak Parkir Jasa Usaha orang pribadi dan atau Badan. BAB IV TINGKAT PUNGUTAN JASA PARKIR Pasal 6 Tingkat pungutan jasa pajak parkir didasarkan pada frekuensi dan jangka waktu penggunaan tempat parkir. BAB V PRINSIP, KOMPONEN DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif pajak parkir didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh orang pribadi dan atau Badan yang mengelola parkir. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 (1) Besarnya tarif digolongkan berdasarkan jenis kendaraan ; (2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan jumlah pembayaran persatuan unit yang dilayani meliputi : A. Parkir di Tempat Usaha NO. JENIS KENDARAAN BERMOTOR TARIF 1 2 3 1 Sedan, Jeep, Minibus, Pik Up dan Rp. 1.000,- 2. sejenisnya Bus, Truk dan Alat Besar lainnya Rp. 2.500,- 3. Sepeda Motor Rp. 300,- 4. Sepeda Rp. 200,-
B. Parkir di Tempat Khusus Penitipan dan Garasi NO JENIS KENDARAAN BERMOTOR TARIF 1 2 3 1. Sedan, Jeep, Minibus, Pik Up dan sejenisnya Rp. 1.500,-/hari 2. Bus, Truk dan Alat Besar lainnya Rp. 3.000,-/hari 3. Sepeda Motor Rp. 1.000,-/hari 4. Sepeda Rp. 500,-/hari BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN, PENGENAAN PAJAK Pasal 9 (1) Pajak parkir dipungut dari Wajib Pajak di wilayah Daerah yang dipergunakan sebagai obyek tempat parkir ; (2) Wilayah pemungutan pajak parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah ; (3) Wajib Pajak baik orang pribadi maupun Badan dikenakan pajak sebesar 20 % (dua puluh persen) dari perolehan hasil bersih sesuai dengan jumlah karcis yang keluar. Pasal 10 Setiap penggunaan karcis pajak parkir yang dikeluarkan baik oleh orang pribadi maupun Badan baru dapat dioperasionalkan setelah mendapat porporasi dari Pemerintah Daerah. BAB VIII MASA BERLAKUNYA PAJAK DAN WAKTU PAJAK TERUTANG Pasal 11 Masa berlakunya pajak parkir ditetapkan selama penggunaan tempat parkir yang disediakan. Pasal 12 Waktu pengenaan pajak parkir bagi Wajib Pajak adalah pada saat diselenggarakannya kegiatan parkir.
BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN Pasal 13 (1) Pemungutan pajak parkir tidak dapat diborongkan ; (2) Pajak parkir dipungut dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan ; (3) Hasil pemungutan pajak parkir merupakan Pendapatan Asli Daerah yang harus disetorkan ke Kas Daerah. BAB X TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 14 (1) Wajib Pajak harus melunasi pembayaran pajak parkir dimuka secara bersama-sama pada saat karcis sedang diporporasi ; (2) Pada saat diterbitkannya SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan, Wajib Pajak telah melunasi pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1). BAB XI PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 15 (1) Terhadap kelebihan pembayaran pajak parkir, para Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian secara tertulis kepada Kepala Daerah ; (2) Dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Daerah harus memberikan keputusan ; (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ternyata Kepala Daerah tidak membuat keputusan, maka permohonan pengembalian dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus segera diterbitkan ; (4) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh melebihi jangka waktu 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB ; (5) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang terhadap beberapa pajak yang harus disetor ke Kas Daerah, maka kelebihan pembayaran dapat diperhitungkan untuk melunasi utang dari Subyek Pajak dimaksud.
BAB XII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK Pasal 16 (1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir ; (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilihat dengan pertimbangan dan atau alasan para Wajib Pajak ; (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak parkir ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB XIII KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 17 (1) Hak untuk melakukan penagihan pajak parkir dinyatakan kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat ditetapkannya sebagai terutang, kecuali apabila para Wajib Pajak parkir sengaja melakukan tindak pidana pelanggaran di bidang pengenaan pajak parkir sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah ini ; (2) Kadaluwarsa penagihan pajak parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa ; b. Adanya pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung. BAB XIV PENYIDIKAN Pasal 18 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pajak daerah ; (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pajak daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
b. meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang pajak daerah ; c. meminta keterangan atau bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang pajak daerah; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pajak daerah ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut sesuai dengan ketentuan perundangundaangan yang berlaku ; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pajak daerah ; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang pajak daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang pajak daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan ; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 20 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Probolinggo. Disahkan di Probolinggo pada tanggal 7 April 2005 WALIKOTA PROBOLINGGO, Ttd, H.M. BUCHORI Diundangkan di Probolinggo pada tanggal 11 April 2005 SEKRETARIS DAERAH KOTA PROBOLINGGO, Ttd, Drs. H. BANDYK SOETRISNO, M.Si. Pembina Utama Muda NIP. 010 109 750 LEMBARAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2005 NOMOR 12 Sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SUNARMI, SH. Pembina NIP. 510 087 583
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK PARKIR I. PENJELASAN UMUM Untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, di era Otonomi Daerah ini Daerah diberi kewenangan untuk menggali potensi yang ada didaerahnya salah satu diantaranya adalah menggali sumber pendapatan daerah. Jika mengingat perkembangan usaha swasta yang berada di wilayah Kota Probolinggo yang memberikan dampak pada penyediaan tempat parkir dan untuk mengantisipasi masa yang akan datang serta dalam rangka menggali sumber pendapatan daerah tersebut, maka dipandang perlu Pemerintah Daerah mengatur pajak parkir yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Probolinggo. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Adanya pengertian tentang istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan. Hal ini diperlukan karena istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang perpajakan daerah. Pasal 2 : Cukup jelas Pasal 3 ayat (1) : Tempat parkir yang hanya disediakan baik oleh orang pribadi maupun oleh Badan Swasta saja yang menjadi obyek pajak parkir. Pasal 4 : Cukup jelas Pasal 5 : Cukup jelas
Pasal 6 : Yang dimaksud dengan frekuensi dan jangka waktu penggunaan tempat parkir adalah benyaknya dan lamanya waktu yang dimanfaatkan terhadap pelayanan tempat parkir. Pasal 7 : Cukup jelas Pasal 8 ayat (1) : Cukup jelas Pasal 9 ayat (1) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas Pasal 10 : Cukup jelas Pasal 11 : Cukup jelas Pasal 12 : Cukup jelas Pasal 13 ayat (1) : Cukup jelas Pasal 14 ayat (1) : Cukup jelas Pasal 15 ayat (1) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas ayat (4) : Cukup jelas ayat (5) : Cukup jelas Pasal 16 ayat (1) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas Pasal 17 ayat (1) : Cukup jelas Pasal 18 ayat (1) : Cukup jelas Pasal 19 ayat (1) : Cukup jelas
ayat (3) : Cukup jelas Pasal 20 : Cukup jelas Pasal 21 : Cukup jelas