BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM), atau sering disebut dengan diabetes dan dikenal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. penyakit masyarakat serta andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan


BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati ( Hadisaputro &

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM), atau sering disebut dengan diabetes dan dikenal dengan penyakit gula (kencing manis) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak mampu lagi memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur gula darah. Hiperglikemia atau gula darah yang meningkat merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (World Health Organization (WHO), 2016). Menurut International Diabetes Federation (IDF), ada 4 klasifikasi diabetes mellitus yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional, dan DM tipe lain (IDF, 2015). Jenis penyakit DM yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia adalah DM tipe 2 (85-95%), yaitu penyakit DM yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2002; Sicree et.al., 2009). DM tipe 2 di sebagian besar negara telah berkembang akibat perubahan budaya dan sosial yang cepat, populasi penuaan yang semakin meningkat, peningkatan urbanisasi, perubahan pola makan, aktivitas fisik berkurang dan perilaku lain yang 1

2 menunjukkan pola perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat (Sicree et.al., 2009, dalam Yuanita, A, 2013). Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), ditemukan bahwa jumlah penderita DM tipe 2 meningkat setiap tahunnya di setiap negara. Pada tahun 2013, ditemukan sebanyak 382 juta orang menderita diabetes, dan diperkirakan pada tahun 2035 meningkat menjadi 592 juta orang. Indonesia berada pada urutan ke-7 di antara sepuluh negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar di bawah negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico (IDF, 2014). Dalam sistem kesehatan Indonesia terjadi perubahan epidemiologi dimana terdapat penurunan penyakit menular dan peningkatan dalam penyakit tidak menular salah satunya yaitu Diabetes Melitus (Perkeni, 2011). Pada tahun 2007 kasus DM yang terdiagnosis yaitu sebesar 0,7 %, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 1,5 % yaitu sekitar 2,7 juta jiwa (Kemenkes 2013). Di Indonesia, kasus DM tipe 2 memiliki persentase 90% dari semua jenis diabetes, dan pada tahun 2030 Indonesia diperkirakan akan memiliki penyandang diabetes sebanyak 21,3 juta jiwa (Kemenkes, 2013). Dari 33 provinsi di Indonesia, prevalensi diabetes melitus di Sumatera Barat sebesar 1,3% yaitu sebanyak 44.651 jiwa (Kemenkes, 2013). Berdasarkan data dari RSUP Dr. M. Djamil Padang, pada tahun 2015 jumlah pasien Diabetes Melitus yang melakukan kunjungan di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP. DR. M. Djamil Padang sekitar 4176 orang dengan rata-rata kunjungan perbulan

3 sekitar 348 orang (Rekam Medis Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP M. Djamil Padang). Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Smeltzer & Bare, 2002). Komplikasi mikrovaskuler meliputi retinopati, nefropati dan neuropati, sedangkan komplikasi makrovaskuler meliputi penyakit arteri koroner, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Wattana et al, 2007). Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan di Indonseia karena dapat menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). Komplikasi diabetes dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan, gaya hidup, terlambatnya terdiagnosis DM, dan tidak menjalani pengobatan secara teratur. Di negara maju terdapat 50% pasien tidak terdiagnosa DM, dan kemungkinan jumlah tersebut lebih besar di negara berkembang seperti Indonesia (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009). Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), di Indonesia terdapat sekitar 8,4 juta jumlah pasien diabetes mellitus yang tidak terdiagnosis.

4 Pengelolaan atau manajemen diri diabetes merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu dalam pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal terpenting dalam mengendalikan dan mencegah komplikasi diabetes (Xu et al., 2008, dalam Astuti 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Claudi et al (2008, dalam Oftedal 2011) menunjukkan bahwa manajemen diri diabetes seringkali jauh dari optimal. Paterson (1998, dalam Oftedal, 2011) mengatakan bahwa sebagian besar pasien DM menganggap perilaku manajemen diri sebagai tantangan karena banyaknya tindakan perawatan diri yang harus dilakukan sehingga banyak individu yang gagal melakukan pengelolaan DM (Wentzel, 2008 dalam Oftedal, 2011). Manajemen diri di definisikan sebagai kemampuan pasien untuk memahami kondisi kesehatan mereka dan mengelola elemen kunci dari perawatan mereka (Harvey et al., 2008). Manajemen diri merupakan hal yang lebih menonjol pada DM tipe 2 dibandingkan dengan DM tipe 1. Hal ini dikarenakan yang berperan penting dalam manajemen diri DM tipe 1 ialah suntik insulin. Sedangkan pada DM tipe 2 dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satu pemicu DM tipe 2 ialah gaya hidup, sehingga pasien dengan DM Tipe 2 akan mempunyai kondisi yang lebih baik apabila memperbaiki gaya hidupnya (Taylor, 2006, dalam Hasanat, 2015). Selanjutnya Taylor (2006, dalam Hasanat, 2015) menyebutkan bahwa faktor gaya hidup dapat diubah yaitu melakukan olahraga, menurunkan berat badan bagi mereka yang mempunyai berat badan berlebih, manajemen stres,

5 dan mengontrol diet (kebiasaan makan) agar kadar glukosa tetap normal, sebelum dibantu oleh obat dan insulin. Perilaku manajemen diri yang dapat dilakukan penderita diabetes mencakup mengatur pola makan, latihan fisik, pengobatan, pemantauan glukosa darah, perawatan kaki, dan berhenti merokok (Toobert, 2000). Manajemen diri yang efektif memberikan kontribusi untuk kontrol glukosa darah, menurunkan tekanan darah dan kolesterol, menghindari komplikasi, dan peningkatan kualitas hidup (Funnell et al., 2007). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen dri pada pasien DM diantaranya yaitu usia, lama menderita DM, pengetahuan, spiritual, efikasi diri, dukungan sosial, social environmental support dan social problem-solving. Menurut Wu et al (2007), prediktor paling kuat dalam perubahan perilaku dalam melakukan manajemen diri ialah self-efficacy (efikasi diri). Bandura (1994, dalam Astuti 2014) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mencapai suatu tingkat kinerja yang mempengaruhi setiap peristiwa dalam hidupnya. Efikasi diri menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri, dan berperilaku dari waktu ke waktu (Beckerle & Lavin, 2013). Efikasi diri mempengaruhi perilaku manajemen diri orang yang hidup dengan DM Tipe 2 (Wu et al. 2007). Individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi berharap kesuksesan dalam pencapaian tujuan, sedangkan orang-orang dengan tingkat rendah efikasi diri meragukan kemampuan mereka untuk

6 mencapai tujuan (Pajares, (2002, dalam Hunt 2011). Efikasi diri yang kuat berkaitan dengan partisipasi dalam diabetes perilaku manajemen diri (King et al, 2010). Efikasi diri pada pasien DM tipe 2 berfokus pada keyakinan pasien untuk mampu melakukan prilaku yang dapat mendukung perbaikan penyakitnya dan meningkatkan manajemen perawatan dirinya seperti diet, latihan fisik, medikasi, kontrol glukosa dan perawatan DM secara umum (Wu et al., 2006). Penelitian yang dilakukan oleh King et al (2010) mengatakan bahwa efikasi diri sangat terkait dengan perilaku manajemen diri yang meliputi diet yang sehat, melakukan aktivitas fisik, dan pengobatan. Meningkatkan efikasi diri (keyakinan) pasien diabetes terhadap manajemen diri merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Hunt et al (2012) yang menyebutkan efikasi diri memiliki hubungan yang positif dengan manajemen diri. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 April 2016, didapatkan data bahwa mayoritas kasus diabetes di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang ialah Diabetes Melitus tipe 2. Peneliti melakukan wawancara kepada 10 orang dengan pasien DM tipe 2 yang berkunjung, dan didapatkan hasil 6 orang memiliki kebiasaan makan yang tidak baik, dimana sering makan makanan berlemak dan jarang mengonsumsi buah dan sayuran. Ada 7 orang memiliki kebiasaan latihan yang kurang, 6 orang tidak menggunakan obat dan atau insulin sesuai yang disarankan, 7 orang tidak memeriksa glukosa darah secara rutin, dan 8 orang tidak melakukan perawatan kaki secara rutin.

7 Pasien dengan diabetes melitus sering merasa khawatir dengan komplikasi yang di timbulkan penyakitnya. Dari 10 orang responden, 8 orang merasa tidak yakin dapat memeriksa glukosa darah mandiri, 5 orang tidak yakin dapat melakukan diet yang sehat, 6 orang tidak yakin dapat olahraga secara rutin, 4 orang tidak yakin dapat menjalani pengobatan secara teratur, dan 8 orang tidak yakin dapat melakukan perawatan kaki. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Efikasi Diri dengan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUP M.Djamil Padang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana hubungan efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP M.Djamil Padang? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP M.Djamil Padang 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah a. Diketahui gambaran efikasi diri pada pasien diabetes melitus tipe 2

8 b. Diketahui gambaran manajemen diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 c. Diketahui hubungan efikasi diri dengan manajemen diri pada pasien diabetes melitus tipe 2 D. Manfaat Penenlitian 1. Bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan referensi kepustakaan untuk menambah pengetahuan tentang diabetes melitus tipe 2 khususnya tentang efikasi diri dan manajemen diri pada pasien diabetes melitus tipe 2. 2. Bagi Pelayanan keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data dasar dalam memberikan pelayanan keperawatan. Tim kesehatan dan pasien dapat berkolaborasi dalam meningkatkan efikasi diri dan manajemen diri pada pasien diabetes mellitus. 3. Bagi Responden Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pasien DM tipe 2 agar dapat melakukan manajemen diri dengan baik, dan salah satu cara meningkatkan manajemen diri yaitu dengan meningkatkan efikasi diri. Karena dengan melakukan manajemen diri yang baik dapat mengontrol kadar gula darah, mengurangi komplikasi dan peningkatan kualitas hidup pasien.