BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hingga 1,5 L dengan ph normal antara 6-7 dan dapat berubah-ubah sesuai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan jaringan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu penyakit metabolik kronik yang ditandai dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Pengobatan diabetes tipe 2 yang agresif. Lebih dini lebih baik. Perjalanan penyakit Diabetes tipe 2 : Keadaan patologik yang mendasarinya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme kronis dengan multi-etiologi (banyak penyebab) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan zat yang disekresikan oleh kelenjar saliva menuju ke rongga mulut. Sekresi saliva berperan dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut. Rata-rata produksi saliva harian seseorang yang sehat berkisar antara 1 hingga 1,5 L dengan ph normal antara 6-7 dan dapat berubah-ubah sesuai dengan laju alir saliva, mulai dari 5,3 (laju alir saliva rendah) hingga 7,8 (laju alir saliva puncak). Cairan saliva merupakan sekresi eksokrin yang terdiri dari 99% air dan kandungan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat) serta protein (enzim, imunoglobulin, faktor antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, dan beberapa jenis polipeptida serta oligopeptida) yang berperan dalam kesehatan rongga mulut. Komponen-komponen ini akan berinteraksi dan berperan dalam berbagai fungsi saliva seperti pengecapan, proteksi dan lubrikasi, kapasitas buffer, dan menjaga integritas email gigi (Almeida dkk., 2008). Saliva dapat dikumpulkan secara non-invasif dan digunakan sebagai alat diagnostik untuk memberikan informasi mengenai kesehatan mulut atau status penyakit mulut seseorang (Nassar dkk., 2014). Faktor utama yang mempengaruhi komposisi saliva adalah indeks laju alir saliva yang bervariasi berdasarkan tipe, intensitas, dan durasi stimulus. Ketika laju alir saliva tinggi, konsentrasi protein total, natrium, kalsium, klorida, dan bikarbonat akan meningkat seiring dengan 1

2 meningkatnya ph sedangkan konsentrasi dari fosfat inorganik dan magnesium akan berkurang (Almeida dkk., 2008). Magnesium merupakan mineral yang membantu proses pembentukan gigi dan terdapat hubungan antara magnesium saliva dengan status karies seseorang. Kadar magnesium saliva tidak terstimulasi total adalah sekitar 0,32 mmol/l, sedangkan pada saliva terstimulasi kadarnya sekitar 0,25 mmol/l (Al-Zawahi dan Ali, 2007). Komponen fosfor saliva berperan dalam proses remineralisasi gigi. Indikator biokimiawi saliva seperti fosfor berperan dalam menentukan kerentanan seseorang terhadap karies sehingga dapat digunakan sebagai alat diagnostik dalam manajemen risiko karies (Kamboj dkk., 2012). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perubahan laju alir dan komposisi saliva adalah adanya penyakit sistemik (Almeida dkk., 2008). Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronis yang umum ditemukan. Indonesia menduduki urutan ke-7 sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia. Data dari International Diabetes Federation menunjukkan bahwa prevalensi nasional penyakit diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 yang sebelumnya 4,6% menjadi 5,1% pada tahun 2012 (Soewondo dkk., 2013). Diabetes melitus memiliki ciri adanya hiperglikemia akibat insufisiensi sekresi insulin dan atau menurunnnya sensitivitas terhadap insulin yang berhubungan dengan metabolisme glukosa, lipid, dan protein yang abnormal. Diabetes melitus memiliki hubungan dengan komposisi dan fungsi saliva yang menyebabkan terganggunya proses homeostasis

3 di rongga mulut sehingga penderita penyakit ini rentan terhadap penyakit rongga mulut (Pedersen, 2004). Prevalensi penyakit diabetes melitus tipe 2 mengalami peningkatan secara drastis dan meliputi 90% insidensi global penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 2 atau adult-onset diabetes atau non-insulin dependent diabetes mellitus merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh kombinasi sekresi insulin dari sel B di pankreas yang tidak mencukupi dan resistensi insulin oleh jaringan terutama pada otot skeletal dan sel hepar (Pedersen, 2004). Kadar gula darah atau kontrol glikemik penting dalam manajemen penyakit diabetes melitus (Vernillo, 2003). Pengendalian penyakit diabetes melitus tipe 2 yang baik dapat menurunkan kejadian komplikasi kronis akibat penyakit ini (American Diabetes Association, 2002). Berdasarkan kontrol glikemiknya, penyakit diabetes melitus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu diabetes melitus terkontrol dengan kadar gula darah puasa <140 mg/dl atau gula darah sewaktu <200 mg/dl, dan diabetes melitus tidak terkontrol dengan kadar gula darah puasa 140 mg/dl atau gula darah sewaktu 200 mg/dl (Panchbai dkk., 2010). Hiperglikemi berat atau berkepanjangan berhubungan dengan adanya komplikasi oral dan sistemik. Komplikasi oral pada penderita diabetes melitus tidak terkontrol ditemukan lebih berat dibandingkan dengan penderita diabetes melitus terkontrol (Vernillo, 2003). Manifestasi oral yang sering ditemukan pada penderita diabetes melitus adalah gingivitis, abses gingiva, rasa terbakar pada mukosa oral, karies gigi, penumpukan plak, perubahan pada proses penyembuhan luka, kelainan pengecapan, halitosis, mulut kering serta hipoplasi email pada anak

4 yang terlahir dari ibu yang memiliki penyakit diabetes melitus (Panchbai dkk., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Ben-Aryeh dkk. (1993) menunjukkan bahwa laju alir saliva tidak terstimulasi pasien diabetes melitus tipe 2 lebih rendah secara signifikan dibandingkan pada orang sehat. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana kadar magnesium dan fosfor saliva pada penderita diabetes melitus tipe 2? C. Keaslian Penelitian Panchbai dkk. (2010) melaporkan bahwa laju alir saliva penderita diabetes melitus tipe 2 lebih rendah dibandingkan pada orang sehat. Mata dkk. (2004) menyatakan bahwa kadar magnesium saliva penderita diabetes melitus tipe 1 dan 2 terkontrol lebih tinggi dibandingkan pada orang sehat. Shirzaiy dkk. (2013) mendapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar fosfor saliva penderita diabetes melitus tipe 2 dengan orang sehat. Sejauh penulis ketahui, penelitian mengenai kadar magnesium dan fosfor pada saliva penderita diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol belum pernah dilakukan. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar magnesium dan fosfor saliva pada penderita diabetes melitus tipe 2.

5 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi ilmiah mengenai kadar magnesium dan fosfor saliva pada penderita diabetes melitus tipe 2. 2. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya.