BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu jenis penyakit yang berkembang di daerah tropis, vektor utama dengue di Indonesia nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. 4,5,7 Vektor ini bersarang di bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampungan air, kaleng bekas dan lain lainnya. 21 Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia penyakit DBD bukan sesuatu hal baru lagi, apalagi penyakit ini merupakan wabah yang menakutkan masyarakat. 15 Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD, karena virus penyebab dan nyamuk penularnya tersebar luas baik di rumah maupun ditempat tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut. 14 Penyakit DBD perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, mengingat jumlah kasusnya yang cenderung meningkat setiap tahun. Jumlah orang yang meninggal jauh lebih banyak dibandingkan kasus kematian manusia karena flu burung atau avian influenza. Daerah yang terjangkit DBD adalah wilayah yang ada penduduk, karena antar rumah jaraknya berdekatan, yang memungkinkan penularan karena jarak terbang A. aegypti 40 100 meter, 4,7 A. aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. 4,5 Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah propinsi di Indonesia dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit sampai tahun 2005 sebanyak 330 kabupaten/kota (75%), dengan jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 95.279 kasus dengan CFR sebesar 1,36%, dan angka insiden 43,43 kasus per 100.000 penduduk. Demam Berdarah Dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu berupa kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Jakarta dan Surabaya mencatat 58 kasus DBD dengan 24 kematian (CFR = 41, 5 %). Pada tahun berikutnya kasus DBD menyebar ke lain kota yang berada di wilayah Indonesia dan dilaporkan 1
meningkat setiap tahunnya. Kejadian luar biasa penyakit DBD terjadi di sebagian besar daerah perkotaan dan beberapa daerah pedesaan. 21 Berdasar data statistik kasus DBD di Jawa Tengah tahun 2005 berjumlah 7.144 kasus yang tersebar di semua kabupaten/kota dengan Incident Rate sebesar 2,17 per 100.000 penduduk dan 181 orang meninggal dari 7.144 kasus (CFR 2,53%). Dari tahun 2006 tercatat 2316 jiwa terserang DBD dan terus mengalami peningkatan hingga awal 2010 tercatat 17,881 jiwa terserang DBD. Kejadian DBD di Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Banjarnegara terjadi kasus DBD dengan CFR sebesar 5% dan 11,11%. Kabupaten lain yang mempunyai CFR > 2% salah satunya dengan angka kematian tertinggi terjadi di Kabupaten Demak (12,31%). 21 Berdasarkan data statistik di Dinas Kesehatan Kabupaten Demak dari tahun 2009 tercatat 470 jiwa terserang DBD dan 6 jiwa meninggal, tahun 2010 tercatat 637 jiwa dan 9 jiwa meninggal, tahun 2011 tercatat 110 jiwa dan 2 jiwa meninggal. Menurut data statistik di Puskesmas Karangtengah dari tahun 2009 2011 mengalami peningkatan kejadian DBD. Pada tahun 2009 angka kejadian DBD sebanyak 17 orang. Tahun 2010 sebanyak 19 orang. Dan pada tahun 2011 meningkat sebanyak 29 orang, sedangkan di Desa Grogol sendiri angka kejadian DBD pada tahun 2011 terdapat orang 21 penderita. 3,4,5 Terjadinya Endemi DBD di suatu wilayah itu bisa diakibatkan karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku sehat. Selain itu, faktor kepadatan penduduk dan suhu panas juga ikut menyuburkan berjangkitnya jenis penyakit ini. Pada umumnya masyarakat yang tidak berperilaku hidup sehat dalam wilayah yang padat penduduk dan cuaca panas, sehingga penyakit DBD banyak menjangkiti di daerah-daerah datar dan perkotaan. 20,4 Menurut Notoatmojo (2003), perilaku hidup bersih sehat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor presdiposisi dimana ada kepercayaan, faktor lingkungan, dan dari individu (pengetahuan, sikap, tindakan). Untuk faktor pendukung terdiri dari tersedianya fasilitas kesehatan dan tingkat ekonomi keluarga serta faktor pendorong terdapat sikap dan perilaku petugas kesehatan, sikap dan perilaku tokoh masyarakat serta sikap dan perilaku keluarga itu sendiri. 11,12,13 2
Perilaku masyarakat mempunyai peranan cukup penting terhadap penularan DBD. Namun perilaku tersebut harus didukung oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan yang benar sehingga dapat diterapkan dengan benar. Sekarang ini masih ada anggapan berkembang di masyarakat yang menunjukan perilaku tidak sesuai seperti anggapan bahwa DBD hanya terjadi di daerah kumuh dan PSN tidak tampak jelas hasilnya dibanding fogging. Anggapan seperti ini sering diabaikan, padahal sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam mengambil keputusan khususnya terhadap penularan DBD. 7 Dengan mempertimbangkan berbagai hal tersebut diatas peneliti mempunyai pemikiran bahwa untuk dapat menghindari dan mengurangi kejadian atau terjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) maka diperlukan Perilaku Kesehatan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan praktik. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Hubungan Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Demam Berdarah di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas Karangtengah Demak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : Adakah hubungan Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas Karangtengah Demak? C. Tujuan Penelitian C.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas Karangtengah 3
C.2. Tujuan Khusus 1. Mendiskripsikan pengetahuan masyarakat tentang DBD di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas Karangtengah 2. Mendiskripsikan sikap masyarakat tentang DBD di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas Karangtengah 3. Mendiskripsikan praktik masyarakat tentang DBD di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas Karangtengah 4. Mengidentifikasikan Kejadian DBD di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas Karangtengah Demak. 5. Menganalisis hubungan pengetahuan masyarakat tentang DBD dengan 6. Menganalisis hubungan sikap masyarakat tentang DBD dengan 7. Menganalisis hubungan praktik masyarakat tentang DBD dengan D. Manfaat D.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dalam lingkup kesehatan masyarakat, terutama dalam hal penanggulangan DBD. D.2. Manfaat praktis 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, sebagai masukan untuk pengelolaan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. 2. Bagi Puskesmas Karangtengah Demak sebagai acuan untuk pencegahan dan penanggulangan DBD di Desa Grogol. 3. Bagi masyarakat, sebagai acuan untuk pencegahan dan pengobatan DBD. 4
4. Sebagai masukan kepada institusi pendidikan tentang hubungan Perilaku Kesehatan dengan Kejadian DBD dalam rangka penatalaksanaan, pengendalian penyakit DBD di masyarakat. 5. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. 5