BAB 1 PENDAHULUAN. ASI merupakan makanan alamiah yang harus diberikan bayi sejak usia

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPS SURATNI BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

DAMPAK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN SAKIT PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

1

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Global Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI merupakan makanan alamiah yang harus diberikan bayi sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan makanan ataupun minuman lainnya selama 6 bulan pertama kehidupan, di imbangi dengan pemberian makanan pendamping ASI setelah 6 bulan di teruskan sampai 2 tahun menyusui dapat mengurangi kematian anak balita sekitar 20%. Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung pada keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) satu jam pertama setelah kelahiran (Roesli 2008). Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai risiko 17 kali mudah rentang mengalami diare dan tiga sampai empat kali kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI (Depkes RI, 2005). Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007 menunjukkan bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia enam bulan diberi ASI Eksklusif. Oleh karena itu, sebagian besar bayi di Indonesia tidak mendapatkan manfaat ASI terkait dengan gizi dan perlindungan terhadap penyakit (UNICEF, 2012). Menurut WHO dan UNICEF (2012) laporan anak dunia 2011 yaitu dari 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama. Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif secara nasional hanya 33,6%, dan 35% menurut WHO Global Data Bank 2012 (Kurniawan, 2013). Persentase cakupan Pemberian 1

2 ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2014 yang sebesar 52,3% sedikit menurun bila dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar 54,3%. Tahun 2015 sebesar 55,7%. Di Jawa Timur cakupan pemberian ASI Eksklusif sekitar 74,1%, sedangkan di Ponorogo sendiri cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2015 sebesar 77,7% dan data bulan Januari sampai September 2016 sebesar 72,9%, Cakupan pemberian ASI Ekslusif terendah tahun 2016 yaitu Ponorogo Utara sebesar 39,1% (Dinkes Ponorogo, 2016). Puskesmas Ponorogo Utara membawahi 10 Desa, Cakupan ASI Eksklusif terendah adalah Desa Pinggirsari 60,0%. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai di dalam kandungan ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. ASI mengandung nutrisi esensial yang cukup untuk kebutuhan bayi dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan imunoglobulin (Munasir dan Kurniati, 2008). ASI akan merangsang pembentukan daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi pula sebagai imunisasi aktif (Roesli, 2005). limfosit dalam ASI dapat melintasi dinding usus bayi dan masuk melalui sirkulasi darah, sehingga dapat mengaktifkan sistem imun bayi (Chantry dkk, 2006). ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai pertahanan nonspesifik maupun spesifik. Pertahanan nonspesifik diperankan oleh sel seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor protektif larut, sedangkan sel spesifik diperankan oleh sel limfosit dan produknya (Matondang et al, 2008). Sel limfosit T berasal dari 80% sel limfosit yang terdapat dalam ASI. Sel limfosit T dapat

3 menghancurkan kapsul bakteri E.coli dan mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi melalui ASI (Munasir dan Kurniati, 2008). Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (matur). ASI bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga suatu cairan yang terdiri dari sel hidup seperti sel darah putih dan mengandung antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus. Daya kekebalan bayi ditujukan terhadap kuman patogen, kuman tersebut seperti E.coli dan Enterovirus yaitu kuman penyebab diare. Keuntungan lain yang terdapat dalam ASI antara lain steril, tersedia dengan suhu optimal, produksi disesuaikan kebutuhan bayi, mengandung antibodi dan tidak menyebabkan alergi. ASI memberikan zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna, Kandungan antibodi dan sel darah putih dapat melindungi bayi dari infeksi, serta faktor-faktor pertumbuhan dan hormon dapat menstimulasi pertumbuhan dan maturasi pada sistem pencernaan bayi. (Hendrawati et al 2005). ASI harus diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan, diantaranya dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit seperti otitis media, pneumonia, bakteriemia, meningitis, dan infeksi traktus urinarius pada bayi yang memperoleh ASI ketimbang bayi yang mendapatkan Pengganti Air Susu Ibu (PASI). Fakta tersebut terlihat pada enam bulan pertama, namun bisa tampak hingga tahun kedua. Sehingga dengan memberi ASI dapat mengurangi angka kematian lebih rendah dari pada bayi yang mendapatkan PASI (Roesli, 2008)

4 Konseling menyusui merupakan cara yang efektif dan tepat untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif (Qureshi et al, 2011). Strategi peningkatan cakupan ASI Eksklusif melalui konselor ASI untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI Ekslusif bagi bayinya. Seorang konselor tidak hanya membantu ibu menghilangkan kesulitannya dalam menyusui, tetapi konselor juga adalah seorang profesional, pendidik, coach, motivator, sahabat, bahkan mungkin bisa dikatakan sebagai tokoh inspirasional (Dewi, 2015). Sebelum menjadi konselor laktasi yang bersertifikat, mereka harus mengikuti pelatihan dengan modul dari World Health Organization (WHO) dan United Nation of Children s Fund (UNICEF) selama empat puluh jam (Dewi, 2015). Kementerian kesehatan mengupayakan agar setiap pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas dan Rumah Sakit tersedia konselor ASI sehingga dapat membantu para ibu yang memiliki kendala memberikan ASI (Kemenkes, 2011). Strategi konseling secara formal maupun nonformal dengan informasi yang lengkap dan digabungkan melalui kegiatan diskusi dengan target konseling terpenuhi sehingga bisa memotivasi dan meningkatkan praktik ASI Eksklusif bagi ibu (Widodo dkk, 2003). Dengan adanya konselor ASI diharapkan pengetahuan masyarakat pada umumnya dan ibu pada khususnya tentang pentingnya ASI Eksklusif meningkat sehingga dapat menurunkan angka kesakitan pada bayi.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebaagai berikut: Apakah ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan frekuensi kejadian sakit pada Balita? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan frekuensi kejadian sakit pada Balita di Desa Pinggirsari Wilayah Kerja Puskesmas Ponorogo Utara 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pemberian ASI Eksklusif 2. Mengidentifikasi frekuensi kejadian sakit pada balita 3. Mengetahui hubungan pemberian ASI Ekslusif dengan frekuensi kejadian sakit pada Balita 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Menambah ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang keperawatan Anak 2. Bagi Institusi Kesehatan Menambah beragam penelitian bagi dunia kesehatan dan dapat dijadikan referensi dalam dunia penelitian

6 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Responden Memberikan gambaran kepada ibu balita yang memberikan ASI Ekslusif dengan Frekuensi kejadian sakit yang diderita oleh balita. 2. Peneliti Menambah wawasan dan memeperluas ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Frekuensi kejadian sakit 3. Peneliti Selanjutnya Bisa dijadikan referensi dalam penelitian yang akan datang tentang ASI Eksklusif 1.5 Keaslian Penulisan Penelitian yang telah dilakukan terkait Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Frekuensi Kejadian Sakit Balita adalah sebagai berikut: 1. Eka Putri Rahmandhani dkk (2013) Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun di Puskesma Kuranji Kota Padang. Variabelnya ASI Ekslusif dan angka kejadian diare. Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross sectional) Sampel penelitian 135 bayi diambil dari populasi ibu yang mempunyai bayi umur 0-1 tahun yang berkunjung ke posyandu di daerah kerja Puskesmas Kuranji, Kota Padang dengan metode simple random sampling. menunjukkan diare akut lebih sering pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif (74,3%) dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif (26,5%) dengan uji statistik sangat bermakna

7 (p < 0,5). Nilai X 2 dari tabel kontingensi adalah 19,9 maka nilai C (koefisien kontingensi) yang didapatkan adalah 0,5 (C 0). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang. Menurut Effendi dan Singarimbun dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Survai (2011), nilai C yang berada antara 0,5-0,75 mengartikan bahwa kekuatan hubungan antara dua variabel bersifat sedang. Persamaan analisis data menggunakan rumus chi square (X 2 ). Perbedaannya peneliti sekarang menggunakan pendekatan korelasi sedangkan peneliti diatas study cross sectional 2. Winda wijayanti (2010) Hubungan Antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Variabelnya ASI Ekslusif dan kejadian diare. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang untuk mengetahui adanya kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI ekslusif. Hasil penelitian dari 60 responden menunjukan distribusi bayi yang menderita diare pada bayi dengan ASI ekslusif 43,33% dan bayi tanpa ASI ekslusif 56,67%. Dari perhitungan dengan uji statistik chi square yang diolah dengan statistical product and service solution (SPSS) 16 for Windows menghasilkan p < 0,005 dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti bermakna. Hal ini menunjukan hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan menurunnya tingkat kejadian diare pada balita. Persamaan sampling penelitian sama-sama menggunakan Purposive Sampling.

8 Perbedaannya peneliti sekarang menggunakan variabel ASI Ekslusif dan frekuensi sakit balita sedangkan peneliti diatas variabelnya ASI Ekslusif dan Diare pada Bayi 0-6 Bulan 3. Putri Rahmitasari dkk (2012) Perbedaan Frekuaensi Diare Antara Bayi yang diberi ASI Ekslusif dengan Bayi yang diberi Susu Formula pada Rentang Usia 2-4 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Klaten Jawa Tengah. Metode yang dipakai adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa kuesioner. Dari 80 sample yang diperoleh, 21 diantaranya atau 26,25% pernah mengalami diare dan 59 sisanya yaitu sebesar 73,75% tidak pernah mengalami diare, sedangkan 21 responden yang pernah mengalami diare tersebut, 6 responden diantaranya adalah bayi ASI eksklusif dan sisanya yaitu 15 responden merupakan bayi susu formula (ASI tidak eksklusif). hasil uji statistik dengan Kolmogorov-Smirnov Test, menunjukkan bahwa nilai p = 0.032 (p < 0,05) sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi diare yang bermakna antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan bayi yang diberi susu formula. Persamaan sama sama meneliti pengaruh tentang pemberian ASI Eksklusif pada balita. Perbedaannya peneliti sekarang menggunakan pendekatan korelasi sedangkan peneliti diatas study cross sectional