PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 120 EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TRINSING KABUPATEN BARITO UTARA Oleh: Fahri Sandy 1), Hendro Suyanto 2), dan Wawan Sonianto 3) Daerah Irigasi Trinsing merupakan jaringan irigasi tua yang terdapat di Kabupaten Barito Utara yang memiliki luas pelayanan ± 687 ha. Daerah Irigasi Trinsing merupakan jaringan irigasi sistem terbuka dan terdapat suatu bendung tetap sebagai peninggi muka air yang mengairi daerah persawahan maupun perkebunan milik penduduk setempat. Dalam pelaksanaan pemberian air irigasi, jumlah air yang digunakan harus cukup untuk disalurkan ke setiap saluran sampai ke petakan sawah. Saluran pembawa memiliki peran yang sangat penting dalam menyalurkan air yang ada pada bendung Trinsing sesuai dengan kebutuhan sehingga, perlu dilakukan kajian efisiensi penyaluran air irigasi di daerah irigasi Trinsing Kabupaten Barito Utara. Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman terhadap jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi pemberian air irigasi adalah istilah umum yang dapat diterapkan pada pelaksanaan pemberian air irigasi dalam bentuk kuantitatif yang dinyatakan dalam persentase terhadap jumlah air yang tersedia. Maksud dari konsep efisiensi tersebut adalah untuk menunjukan sampai di mana peningkatan dapat dilakukan yang akan menghasilkan pemberian air irigasi yang lebih efisien. Hasil dari pengukuran efisiensi terhadap saluran pembawa di daerah irigasi Trinsing dengan megukur debit masuk dan debit keluar pada saluran dengan menggunakan metode pelampung menunjukan rata-rata debit yang mengalir pada saluran sekunder kiri dan saluran sekunder kanan masing-masing sebesar 0,032 m 3 /dtk dan 0,267 m 3 /dtk dengan efisiensi pada saluran sekunder kiri rata-rata sebesar 72,29% artinya kehilangan air yang terjadi adalah sebesar 27,71% sedangkan efisiensi saluran sekunder kanan rata-rata sebesar 54,39% artinya kehilangan air yang terjadi adalah sebesar 45,61%. Berdasarkan nilai efisiensi pada masing-masing saluran diperoleh efisiensi secara keseluruhan sebesar pada 63,65% dan kehilangan air yang terjadi adalah 36,35%. Ini menunjukan bahwa nilai efisiensi adalah di bawah rata-rata. Kata Kunci: Daerah Irigasi Trinsing, Debit, Efisiensi Penyaluran Air, Kehilangan Air PENDAHULUAN Air irigasi merupakan salah satu media atau sarana yang paling dominan bagi tanaman dalam pertumbuhannya. Tidak hanya tanaman, perkembangan dalam pemberian air irigasi dapat pula digunakan untuk perkebunan, peternakan maupun perikanan. Semakin berkembangnya wilayah pada suatu daerah menyebabkan terjadinya perubahan terhadap kondisi suatu lahan. Kebutuhan air yang terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pemenuhan kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk serta adanya perubahan musim selalu erat kaitannya dengan kebutuhan akan air. Hal ini sangat berpengaruh terhadap lahan-lahan yang akan diusahakan sebagai lahan pertanian. Oleh karena itu upaya penyaluran dan pemakaian air irigasi harus dilaksanakan secara lebih efisien dan efektif. Jumlah air yang digunakan dalam pelaksanaan pemberian air irigasi harus disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman sehingga pemberian air dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi seoptimal mungkin dapat dialirkan pada lahan potensial yang ada. Melihat potensi yang ada, keberadaan saluran irigasi diupayakan memenuhi kebutuhan pasokan air, dalam hal ini air yang disalurkan ke lahan harus tepat waktu dan jumlah dengan yang dibutuhkan di lahan. Daerah Irigasi Trinsing merupakan jaringan irigasi tua yang terdapat di Kabupaten Barito Utara yang memiliki luas pelayanan ± 687 ha. Daerah Irigasi Trinsing merupakan jaringan irigasi sistem terbuka dan terdapat suatu bendung tetap sebagai peninggi muka air yang mengairi daerah persawahan maupun perkebunan milik penduduk setempat. Saluran pembawa memiliki peran yang sangat penting dalam menyalurkan air yang ada pada bendung Trinsing sesuai dengan kebutuhan, sehingga perlu dilakukan kajian efisiensi 1) Fahry Sandy adalah mahasiswa Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangkaraya. 2) Ir. Hendro Suyanto, M.T. adalah staf pengajar di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. 3) Wawan Sonianto, S.T. adalah staf pengajar di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 121 penyaluran air irigasi di daerah irigasi Trinsing Kabupaten Barito Utara. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui besarnya debit aliran pada saluran sekunder. 2. Mengetahui besarnya nilai efisiensi pemberian air di saluran sekunder. 3. Mengetahui besarnya kehilangan air di saluran sekunder. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Irigasi Istilah irigasi yang paling sederhana adalah dapat dikatakan sebagai suatu usaha untuk mendekatkan air kepada tanaman yang membutuhkan air tanpa mengenal cara, tempat dan waktu (Fatchan Nurrochmad, 2000). Menurut Hansen (1992), irigasi adalah suatu seni yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan keberadaban manusia atau dikatakannya bahwa peradaban manusia ternyata mengikuti perkembangan irigasi, peradaban meningkat dengan meningkatnya daerah yang beririgasi. Irigasi secara umum didefinisikan sebagai cara-cara pemanfaatan air yang ada untuk keperluan mencukupi pertumbuhan dan tumbuhnya tanaman-tanaman terutama bagi tanaman pokok. Secara umum lagi irigasi diartikan sebagai pemanfaatan keberadaan air yang ada di dunia ini tidak saja untuk pertanian tetapi untuk kebutuhan dan keperluan hidup dan kelestarian dunia itu sendiri. Efisiensi Irigasi Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder dan primer. Bila angka kehilangan air naik maka efisiensi akan turun dan begitu pula sebaliknya. Efisiensi diperlukan karena adanya pengaruh kehilangan air yang disebabkan oleh evaporasi, perkolasi, infiltrasi, kebocoran dan rembesan. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah. Mengacu pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986) maka efisiensi irigasi ditetapkan yaitu pada jaringan tersier = 80%, jaringan sekunder = 90%, jaringan primer = 90% sehingga faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan adalah 80% x 90% x 90% = 65%. Efisiensi Penyaluran Air Konsep efisiensi pemberian air irigasi yang paling awal untuk mengevaluasi kehilangan air adalah efisiensi saluran pembawa air. Kehilangan air di saluran dapat diukur dengan beberapa metode. Salah satu metode adalah inflow-outflow atau teknik keseimbangan air pada suatu ruas saluran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur debit inflow pada pangkal saluran dan debit outflow pada ujung saluran. Efisiensi penyaluran air dinyatakan dengan persamaan: METODE PENELITIAN Jenis Data Data Primer... (1) Data primer merupakan data yang didapat dari hasil pengamatan/observasi di lapangan secara langsung. Data primer yang dikumpulkan berupa: 1. Kecepatan aliran 2. Data dimensi saluran sekunder Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari orang atau lembaga lain yang telah dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa peta/skema jaringan irigasi Trinsing, Kabupaten Barito Utara.
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 122 Metode Pengukuran Debit Metode pengukuran di lapangan yang dilakukan adalah inflow outflow untuk setiap pengamatan yaitu dengan mengukur kecepatan aliran pada saluran pengamatan kemudian dicari debit nilai pada pangkal saluran dan ujung saluran untuk mengetahui efisiensi masing-masing saluran. Pengukuran debit di lapangan pada prinsipnya sama dengan metode konvensional, yaitu dengan mengukur penampang basah saluran dan kecepatan aliran hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan Pengukuran Penampang Basah Saluran Pada pengukuran penampang saluran, alat yang digunakan berupa alat ukur sederhana seperti meteran, meteran rol dan mistar ukur. Alat ukur ini digunakan untuk mendapatkan dimensi penampang basah saluran secara langsung di lapangan. Pada penelitian ini langkah awal dalam mengukur penampang basah saluran ialah dengan menentukan segmen pembagian saluran dan titik pangkal maupun ujung penampang saluran yang akan ditinjau. Setelah ditentukan titik pengukuran kemudian dilakukan pengukuran penampang saluran terlebih dahulu untuk mendapatkan kondisi eksisting penampang saluran di lapangan. Parameter yang diukur dalam pengukuran penampang eksisting saluran: a. Lebar atas penampang saluran (T) (satuan meter) b. Lebar dasar saluran (b) (satuan meter) c. Tinggi saluran (H) (satuan meter) Gambar 1. Pengukuran Penampang Eksisting Saluran Parameter yang diukur dalam pengukuran penampang basah saluran: a. Lebar atas penampang basah saluran (Tb) (satuan meter) b. Lebar dasar saluran (b) (satuan meter) c. Tinggi basah saluran (h) (satuan meter) d. Kemiringan Talud (m) Gambar 2. Pengukuran Penampang Basah Saluran Pada pengukuran tinggi basah saluran, pengukuran dilakukan beberapa kali pada beberapa titik untuk mendapatkan tinggi penampang basah rerata saluran. Gambar 3. Pengukuran Tinggi Basah Saluran Pengukuran Kecepatan Aliran Di Lapangan Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dapat dilakukan apabila dikehendaki besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif rendah. Cara ini masih dapat digunakan untuk praktek dalam keadaan untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan aliran. Cara pengukuran dengan prinsip mencari besarnya waktu yang diperlukan untuk bergeraknya pelampung pada sepanjang jarak tertentu. Prosedur pengukuran kecepatan aliran dengan metode pelampung dilakukan sebagai berikut: a. Menentukan titik awal, misalnya titik A, yang berfungsi sebagai titik acuan untuk melepaskan b. Menentukan panjang (L) lintasan c. Menentukan titik akhir, titik ini terletak pada akhir lintasan pelampung, dianggap sebagai titik akhir lintasan (titik B). d. Pelampung dilepaskan dari titik awal bergerak menuju titik akhir, waktu tempuh pelampung untuk bergerak
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 123 menuju titik akhir diukur dengan stopwatch. e. Pengukuran pada masing masing ruas dilakukan beberapa kali kemudian diambil rata-rata. f. Panjang lintasan pelampung (L) dan waktu (t), dapat dihitung kecepatan aliran dengan rumus: Tabel 1. Kecepatan Aliran pada Saluran... (2) Perhitungan Debit Prosedur perhitungan debit dengan metode pelampung sebagai berikut: 1. Menggambar penampang basah di hulu dan hilir. 2. Menggambar lintasan 3. Menghitung panjang tiap lintasan 4. Menghitung kecepatan aliran permukaan tiap pelampung berdasarkan panjang lintasan 5. Menentukan nilai kecepatan aliran pada setiap batas bagian penampang. 6. Menghitung kecepatan rata-rata pada setiap bagian penampang basah. 7. Menghitung luas bagian penampang basah saluran. 8. Menghitung debit dengan persamaan Q = A x v. Analisis Debit Pada saluran Sekunder Analisis debit masuk pada pangkal dan debit keluar pada ujung saluran dihitung berdasarkan data pengukuran kecepatan aliran, dan luas penampang basah saluran. Hasil perhitungan debit aliran dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Debit Pada Saluran Sekunder ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Teknik Analisis Data 1. Analisis kecepatan aliran dengan metode 2. Analisis debit masuk pada pangkal dan debit keluar pada ujung saluran sekunder. 3. Analisis kehilangan air pada saluran sekunder dengan cara selisih antara debit masuk pada pangkal dan debit keluar pada ujung saluran. 4. Analisis efisiensi pada masing-masing saluran dan efisiensi secara keseluruhan pada saluran sekunder. Analisis Kecepatan Aliran Proses pengukuran dilakukan pada setiap segmen saluran yang telah ditentukan dan dilakukan pengukuran pada pangkal dan ujung segmen saluran. Hasil pengukuran kecepatan aliran dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis Kehilangan Air Dan Efisiensi Kehilangan air dan efisiensi dianalisis tiap ruas pengukuran sesuai segmen masing-masing saluran sekunder. Kehilangan dan efisiensi dianalisis berdasarkan persentase perbandingan antara debit masuk dan debit keluar pada Tabel 2. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 124 Tabel 3. Analisis Kehilangan Air dan Efisiensi Hasil analisis kehilangan air dari masingmasing saluran memperlihatkan bahwa besarnya kehilangan air secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan, sehingga perbedaan efisiensinya juga relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaaan waktu dan perubahan suhu pada pagi, siang dan sore tidak terlalu berpengaruh pada kehilangan air. Analisis Efisiensi Pada Masing-Masing Saluran Tabel 4. Efisiensi Secara Keseluruhan pada Masing-Masing Saluran Tabel 5. Efisiensi Total Saluran Sekunder Daerah Irigasi Trinsing Efisiensi rata rata pada saluran sekunder kiri dan saluran sekunder kanan masing-masing 72,29% dan 54,39%. Persentase kehilangan air yang terjadi pada saluran sekunder kiri adalah 27,71%, sedangkan untuk saluran sekunder kanan adalah 45,61%. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga kehilangan air rata-rata pada saluran sekunder kiri adalah 0.0098 m3/det dan pada saluran sekunder kanan 0.163 m3/det. menurut Direktorat Jenderal Pengairan, (1986) yang menyatakan efisiensi keseluruhan untuk jaringan irigasi semi teknis sebesar 40% 50% maka irigasi ini masih tergolong baik. Berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi pada Kriteria Perencanaan Bagian Saluran (KP-03) menyebutkan bahwa pada umumnya kehilangan air di jaringan irigasi saluran sekunder berkisar antara 5% 10%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kehilangan air melebihi kehilangan air yang disyaratkan untuk masing-masing saluran tersebut. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian Efisiensi Penyaluran Air Irigasi di Daerah Irigasi Trinsing Kabupaten Barito Utara dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut: 1. Rata-rata debit yang mengalir pada saluran sekunder kiri dan saluran sekunder kanan masing-masing sebesar 0.032 m 3 /dtk dan 0,267 m 3 /dtk. 2. Efisiensi Saluran sekunder kiri Daerah Irigasi Trinsing adalah rata-rata sebesar 72,29% artinya kehilangan air yang terjadi adalah sebesar 27,71% untuk saluran sepanjang 2.481 meter. 3. Efisiensi Saluran sekunder kanan Daerah Irigasi Trinsing adalah rata-rata sebesar 54,39% artinya kehilangan air yang terjadi adalah sebesar 45,61% untuk saluran yang ditinjau sepanjang 2.932 meter. 4. Efisiensi penyaluran air irigasi daerah Irigasi Trinsing secara keseluruhan adalah sebesar pada 63,34% dan kehilangan air yang terjadi adalah 36,66%, artinya nilai efisiensi adalah di bawah rata-rata. Berdasarkan ketentuan yang ada maka irigasi Trinsing termasuk kurang baik dalam penyaluran air irigasinya. Saran Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan pembahasan dan
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 125 kesimpulan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah perlu meningkatkan perawatan sarana dan prasarana Irigasi Trinsing seperti perbaikan pintu maupun bangunan air lainnya serta membersihkan tumbuhan dan sampah-sampah yang menutupi aliran air pada saluran untuk memudahkan dalam pembagian air. 2. Perlu adanya penanganan perbaikan tanggul dan pengendalian erosi maupun sedimentasi pada saluran dalam upaya peningkatan efisiensi saluran. 3. Perlu dilakukan studi lanjutan pada daerah Irigasi Trinsing seperti faktor penyebab terjadinya kehilangan air dan menerapkan pola tanam untuk menentukan besarnya kebutuhan air untuk tanaman. 4. Perlu adanya sosialisasi atau kerjasama antara pemerintah, pengelola maupun pihak petani untuk mendukung terlaksananya sistem manajemen air yang baik sesuai dengan harapan bersama. Hansen, E, Vaughan. Israelsen, Orson W. Stringham, Glen E. Tachiyan, Pipin Endang dan Soetjipto. 1992. Dasar-dasar dan Praktik lrigasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Nurrochmad, F. 2000. Manajemen Irigasi. Yogyakarta: Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM. Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik, Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga. Soewarno. 2000. Hidrologi Operasional, Jilid I. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Sumadiyono, A. 2011. Analisis Efisiensi Pemberian Air di Jaringan Irigasi Karau. Tesis, ITB. Triatmodjo, B. 1993. Hidrolika II. Yogyakarta: Penerbit Beta Offset. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pengairan Departemen PU. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Bandung: CV. Galang Persada.