BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil pengindraan terhadap suatu obyek yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek tersebut. Pengetahuan akan memberikan pengaruh terhadap sikap atau perilaku seseorang (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan meliputi pendidikan, pekerjaan, dan umur (Mubarak, 2006). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi,2010). Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan seperti lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku norma, kebiasaan, nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat yang 6
7 akan menghasilkan suatu pola hidup. Sedangkan informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran) adalah seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) adalah dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. Evaluation (menimbang-nimbang) adalah individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi. Trial (mencoba) yaitu dimana individu mulai mencoba perilaku baru. Adoption (adopsi) adalah subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo, 2007). Pengetahun yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. Tingkat pengetahuan yang paling rendah adalah tahu (know) yang didapat berdasarkan proses mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya yang kemudian akan masuk dalam tingkatan memahami (comprehention) ketika ia sudah dapat mengintepretasikan suatu obyek dengan benar. Tingkatan berikutnya adalah mulai muncul kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya (application) sehingga kemudian mampu untuk menganalisis suatu obyek (analalysis) suatu materi kedalam komponen-komponen yang masih
8 berkaitan satu sama lain. Ketika telah mampu untuk menyatakan, maka tingkatan pengetahuan selanjutnya adalah menghubungkan bagian-bagian untuk menyusun suatu formula baru (synthesis). Tahapan yang paling tinggi dalam suatu proses pengetahuan adalah melakukan evaluasi (evaluation) dengan memberikan penilaian terhadap suatu obyek atau materi dengan menggunakan kriteria-kriteria atau yang telah ada (Notoadmojo, 2007). Pada masing-,masing individu memiliki tingkat pengetahuan yang berbedabeda. Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan seseorang dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik bila nilai akumulasinya 76%-100%, kategori cukup bila nilai akumulasinya 56%-75%, dan kategori kurang bila nilai akumulasinya <56%. Tingkat pengetahuan ini diperoleh dari suatu pengukuran pengetahuan yang dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari individu tersebut. 2.2 Lansia Lanjut Usia (Lansia) adalah adalah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 1998 yang dimaksud lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis dan organ tubuhnya. (Kemenkes RI, 2014). WHO (World Health Organization) dalam Wahyunita 2010 menetapkan 65 tahun sebagai usia yang yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Batasan lansia menurut WHO dalam Wahyunita (2010) dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu usia pertengahan (midlle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)
9 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Keberhasilan pembangunan Negara di dunia dalam segala bidang termasuk kesehatan akan memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (UHH) dan semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia dari tahun ketahun. Didapatkan jumlah penduduk di dunia pada tahun 2013 sebanyak 7,2 milyar dan akan meningkat pada tahun 2100 sebanyak 10,9 milyar penduduk, sedangkan jumlah lansia di negara berkembang pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 554 juta jiwa dan akan meningkat pada tahun 2100 sebanyak 2,3 milyar (Kemenkes RI, 2014). Proyeksi presentase kelompok umur lansia (60 tahun keatas) di Indonesia pada tahun 2013 sampai tahun 2100 akan meningkat dari 8,9% menjadi 41%. Komposisi penduduk lansia di Indonesia yang berjenis kelamin perempuan pada tahun 2012 sebanyak 10.046.073 jiwa (54%) lebih banyak dari lansia laki-laki yaitu 8.538.832 (46%) jiwa (Kemenkes RI, 2014). Pada tahapan lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Sehingga di dalam tubuh akan menumpuk semakin banyak distorsi metabolik dan struktural yang menyebabkan lansia mengalami penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, Diabetes Mellitus, Obesitas, Kolesterol, Alzheimer, dll. Selain itu ciri-ciri perubahan fisik lansia yang dapat dijumpai seperti penglihatan dan pendengaran menurun, kulit tampak mengendur, aktivitas menurun, serta adanya penumpukan lemak di bagian perut dan panggul (Wahyunita, 2010).
10 Beberapa persoalan dan keluhan-keluhan yang timbul pada usia lanjut seperti: persoalan pada organo biologi (meliputi: demetia, gangguan-gangguan fungsi afektif, sulit tidur, diabetes mellitus, hipertensi dll), Psiko-edukatif (meliputi: perasaan kesepian, kehilangan, ditolak, dll) serta persoalan sosio-ekonomik dan budaya(meliputi: kesulitan keuangan, kesulitan mendapatkan pekerjaan, tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, dll) (Wahyunita, 2010). Pada proses menua seluruh sistem atau fungsi tubuh mengalami penurunan. Penurunan fungsi tersebut kemudian menimbulkan berbagai tanda atau keluhan yang menunjukkan manifestasi proses penuaan yang dapat dilihat dari luar, baik dalam tahap transisi maupun klinik. Delapan sistem yang mengalami perubahan pada proses penuaan seperti : sistem endokrin, sistem imun, sistem metabolisme, sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal, sistem otot, sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat serta sistem seksual dan reproduksi (Pangkahila, 2011) Pada lansia pria perubahan sistem seksual dan reproduksi ditandai dengan penurunan hormon testosteron yang disertai dengan berkurangnya kekuatan fisik, disfungsi seksual, kekuatan otot serta fungsi kognitif yang sering disebut sebagai andropause. Andropause umumnya terjadi pada usia 50-60 tahun namun andropause juga bisa terjadi pada usia yang sangat bervariasi (Wahyunita, 2010). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryandari (2005) berdasarkan kuisioner ADAM di Sleman Yogyakarta, didapatkan dari 56 pria dengan kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 27 orang (48,21%) yang sudah memasuki masa andropause, dari 48 pria dengan kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 24 orang (50%) mengalami gejala andropause serta dari 6 pria dengan kelompok umur 50-60 tahun keatas sebanyak 16 orang (50%) mengalami gejala andropause. Presentase andropause pada pria
11 meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan produksi hormon testosteron berkurang. 2.3 Andropause 2.3.1 Definisi Andropause Andropause berasal dari kata yunani yang dimulai dengan awalan andro yang berarti pria dan pause yang berarti penghentian. Istilah andropause menunjukkan suatu sindrom (kumpulan gejala) yang disebabkan karena hormon testosteron menurun pada pria usia lanjut. Istilah lain yang yang kerap digunakan sebagai istilah lain andropause ialah ADAM (Androgen Deficiency in Aging Males, PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Males), Male Menopause, Male Climacterium, Viropause, Andropenia, dan Penopenia. Penurunan hormone testosterone pada pria mengakibatkan penurunan dalam beberapa aspek seperti kenyamanan fisik secara umum, fungsi seksual, fungsi kognitif, volume sel darah merah, kekuatan otot, masa tulang disertai resiko fraktur yang meningkat, serta sistem imun. Di pihak lain terjadi peningkatan dalam masa lemak sehingga mengubah komposisi tubuh, terutama obesitas viseral, penyakit kardiovaskular, serta gangguan perasaan dan tidur (Pangkahila, 2011). Pada pria usia lanjut, dorongan seksual dan fungsi ereksi bereaksi hanya terhadap testosteron yang levelnya lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang lebih muda. Pria berusia lanjut memerlukan level testosteron lebih tinggi untuk mencapai fungsi seksual yang normal. Selain mengakibatkan disfungsi seksual, testosteron yang berkurang juga mengakibatkan pembentukan sel spermatozoa terganggu, kelelahan, depresi, perasaan bingung, rasa panas, keringat malam hari. Perubahan komposisi tubuh, khususnya obesitas visceral merupakan akibat lain testosteron yang
12 menurun. Maeskipun istilah andropause atau ADAM ditujukan bagi pria usia lanjut, tetapi gejala yang sama juga terjadi pada pria yang berusia lebih muda yang mengalami penurunan atau kekurangan hormone testosteron karena penyebab tertentu. (Pangkahila, 2011). 2.3.2 Faktor-faktor Penyebab dan Gejala Andropause Timbulnya gejala dan tanda andropause dapat terjadi karena pengaruh faktor internal dan faktor eksternal. Pengaruh dari faktor internal bisa tumbuh dari diri sendiri atau genetik yang terjadi karena adanya perubahan hormonal atau organik. Selain itu bisa juga karena seseorang sudah mengidap penyakit tertentu seperti hipertensi, hiperkolesterol, obesitas atau diabetes mellitus. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2014) menyatakan bahwa obesitas sentral menjadi salah satu faktor resiko terjadinya andropause yang disebabkan pada seorang pria dewasa dengan obesitas biasanya memiliki karakteristik profil hormone yang digambarkan sebagai ''hyperestrogenic hypogonadotropic hipogonadisme''. Dimana peningkatan estrogen pada laki-laki obesitas dalam sirkulasi menyebabkan feddback negatif kepada hipotalamus dan hipofisis anterior, sehingga mengakibatkan penurunan produksi testosteron. Pengaruh dari faktor eksternal juga bisa didapat dari faktor lingkungan yang tidak lagi kondusif. Dapat bersifat fisik seperti kandungan bahan kimia yang bersifat estrogenik yang sering digunakan dalam bidang pertanian, pabrik dan rumah tangga. Faktor psikis yang berperan yaitu kebisingan dan perasaan tidak nyaman, sering terpapar sinar matahari dan polusi yang menyebabkan stress. Gaya hidup tidak sehat juga juga ditengarai dapat mempengaruhi gejala andropause, misalnya merokok, mengkonsumsi alkohol, kebiasaan begadang dan pola makan yang tidak seimbang (Wahyunita, 2010). Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
13 Setiawan (2010) pada lansia pria di kecamatan Laweyan Surakarta didapatkan bahwa lansia yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai faktor resiko 4 kali lebih besar untuk lebih cepat terjadinya andropause daripada lansia yang tidak merokok. Menurut Gandaputra (2001), selain itu etanol yang digunakan oleh para pemakai alcohol kronis dapat menyebabkan penurunan dosis kadar testosteron sebesar 19-27%, penurunan ini bersifat reversibel bila pemakaian alkohol dihentikan. Beberapa kumpulan gejala yang timbul pada lansia yang mengalami andropause antara lain : gangguan vasomotor (meliputi : tubuh terasa panas, berkeringat, gangguan tidur, rasa gelisah, takut), gangguan fungsi kognitif dan suasana hati (meliputi : mudah lelah, menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental, keluhan depresi, hilangnya rasa percaya diri, dan menghargai diri sendiri), gangguan virilitas (meliputi : menurunnya kekuatan tubuh, berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan dan masa otot, kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak di daerah abdominal, dan osteoporosis), gangguan seksual (meliputi : menurunnya minat terhadap seksual (libido), perubahan tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi) (Wahyunita, 2010). 2.3.3 Cara Mendiagnosa Andropause Andropause sering tidak dapat di diagnosa dengan pasti sebab dan gejala yang muncul terkadang tidak jelas dan sangat bervariasi bahkan banyak pria yang tidak mengakui bahwa mereka mengalami masalah. Diagnosis andropause secara sederhana dapat ditegakkan dengan menggunakan ADAM screening questionnaire. Kuisioner ini menunjukkan sensitifitas 88 persen dan spesivisitas 60 persen untuk mendeteksi hypogonadism pada pria di atas 40 tahun. Selain itu, instrumen lain yang lebih ekstensif dan telah divalidasi yaitu menggunakan The Aging Males Symptoms
14 (AMS) untuk mengetahui penurunan kesehatan dan kualitas hidup. Namun, kedua kuesioner tersebut tidak dapat menggantikan anamnesis yang mendalam karena untuk mendiagnosa andropause juga harus dilakukan tahap-taphap seperti: (Pangkahila, 2011) 1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar testosterone serum, total testosterone bebas, SBHG, DHEA, DHEAs 2. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi tubuh dan pemeriksaan psikologi 3. Alloanamnesa (anamnesa terhadap keluarga atau saudara).