BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

Ditandai dg penurunan kekuatan fisik & daya ingat Dibagi dlm 2 bagian :

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DAN SEKSUALITAS PADA LANSIA

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diketahui dan kesimpulan yang ditarik dari hal yang dikenali manusia. tentang pengetahuan tersebut dalam situasi tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tidak selalu diidentikkan semata-mata untuk menghasilkan keturunan (prokreasi),

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TENTANG ANDROPAUSE DI DESA SAMBI BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian ternyata tidak semua pasangan dapat mengalami. Hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah, proses penuaan merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada

PREVALENSI ANDROPAUSE PADA PRIA USIA 30 TAHUN KE ATAS DI KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN Oleh: IKE SETIAWATI NIM: G2A

Unita Werdi Rahajeng

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PRIA USIA TAHUN YANG MENGALAMI ANDROPAUSE DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG (STUDI DI KECAMATAN TEMBALANG)

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil pengindraan terhadap suatu obyek yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek tersebut. Pengetahuan akan memberikan pengaruh terhadap sikap atau perilaku seseorang (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan meliputi pendidikan, pekerjaan, dan umur (Mubarak, 2006). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi,2010). Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan seperti lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebudayaan adalah perilaku norma, kebiasaan, nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat yang 6

7 akan menghasilkan suatu pola hidup. Sedangkan informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness (kesadaran) adalah seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) adalah dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. Evaluation (menimbang-nimbang) adalah individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi. Trial (mencoba) yaitu dimana individu mulai mencoba perilaku baru. Adoption (adopsi) adalah subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo, 2007). Pengetahun yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. Tingkat pengetahuan yang paling rendah adalah tahu (know) yang didapat berdasarkan proses mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya yang kemudian akan masuk dalam tingkatan memahami (comprehention) ketika ia sudah dapat mengintepretasikan suatu obyek dengan benar. Tingkatan berikutnya adalah mulai muncul kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya (application) sehingga kemudian mampu untuk menganalisis suatu obyek (analalysis) suatu materi kedalam komponen-komponen yang masih

8 berkaitan satu sama lain. Ketika telah mampu untuk menyatakan, maka tingkatan pengetahuan selanjutnya adalah menghubungkan bagian-bagian untuk menyusun suatu formula baru (synthesis). Tahapan yang paling tinggi dalam suatu proses pengetahuan adalah melakukan evaluasi (evaluation) dengan memberikan penilaian terhadap suatu obyek atau materi dengan menggunakan kriteria-kriteria atau yang telah ada (Notoadmojo, 2007). Pada masing-,masing individu memiliki tingkat pengetahuan yang berbedabeda. Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan seseorang dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kategori baik bila nilai akumulasinya 76%-100%, kategori cukup bila nilai akumulasinya 56%-75%, dan kategori kurang bila nilai akumulasinya <56%. Tingkat pengetahuan ini diperoleh dari suatu pengukuran pengetahuan yang dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari individu tersebut. 2.2 Lansia Lanjut Usia (Lansia) adalah adalah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 1998 yang dimaksud lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis dan organ tubuhnya. (Kemenkes RI, 2014). WHO (World Health Organization) dalam Wahyunita 2010 menetapkan 65 tahun sebagai usia yang yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Batasan lansia menurut WHO dalam Wahyunita (2010) dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu usia pertengahan (midlle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)

9 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Keberhasilan pembangunan Negara di dunia dalam segala bidang termasuk kesehatan akan memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan masyarakat yang berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (UHH) dan semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia dari tahun ketahun. Didapatkan jumlah penduduk di dunia pada tahun 2013 sebanyak 7,2 milyar dan akan meningkat pada tahun 2100 sebanyak 10,9 milyar penduduk, sedangkan jumlah lansia di negara berkembang pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 554 juta jiwa dan akan meningkat pada tahun 2100 sebanyak 2,3 milyar (Kemenkes RI, 2014). Proyeksi presentase kelompok umur lansia (60 tahun keatas) di Indonesia pada tahun 2013 sampai tahun 2100 akan meningkat dari 8,9% menjadi 41%. Komposisi penduduk lansia di Indonesia yang berjenis kelamin perempuan pada tahun 2012 sebanyak 10.046.073 jiwa (54%) lebih banyak dari lansia laki-laki yaitu 8.538.832 (46%) jiwa (Kemenkes RI, 2014). Pada tahapan lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Sehingga di dalam tubuh akan menumpuk semakin banyak distorsi metabolik dan struktural yang menyebabkan lansia mengalami penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, Diabetes Mellitus, Obesitas, Kolesterol, Alzheimer, dll. Selain itu ciri-ciri perubahan fisik lansia yang dapat dijumpai seperti penglihatan dan pendengaran menurun, kulit tampak mengendur, aktivitas menurun, serta adanya penumpukan lemak di bagian perut dan panggul (Wahyunita, 2010).

10 Beberapa persoalan dan keluhan-keluhan yang timbul pada usia lanjut seperti: persoalan pada organo biologi (meliputi: demetia, gangguan-gangguan fungsi afektif, sulit tidur, diabetes mellitus, hipertensi dll), Psiko-edukatif (meliputi: perasaan kesepian, kehilangan, ditolak, dll) serta persoalan sosio-ekonomik dan budaya(meliputi: kesulitan keuangan, kesulitan mendapatkan pekerjaan, tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, dll) (Wahyunita, 2010). Pada proses menua seluruh sistem atau fungsi tubuh mengalami penurunan. Penurunan fungsi tersebut kemudian menimbulkan berbagai tanda atau keluhan yang menunjukkan manifestasi proses penuaan yang dapat dilihat dari luar, baik dalam tahap transisi maupun klinik. Delapan sistem yang mengalami perubahan pada proses penuaan seperti : sistem endokrin, sistem imun, sistem metabolisme, sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal, sistem otot, sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat serta sistem seksual dan reproduksi (Pangkahila, 2011) Pada lansia pria perubahan sistem seksual dan reproduksi ditandai dengan penurunan hormon testosteron yang disertai dengan berkurangnya kekuatan fisik, disfungsi seksual, kekuatan otot serta fungsi kognitif yang sering disebut sebagai andropause. Andropause umumnya terjadi pada usia 50-60 tahun namun andropause juga bisa terjadi pada usia yang sangat bervariasi (Wahyunita, 2010). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryandari (2005) berdasarkan kuisioner ADAM di Sleman Yogyakarta, didapatkan dari 56 pria dengan kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 27 orang (48,21%) yang sudah memasuki masa andropause, dari 48 pria dengan kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 24 orang (50%) mengalami gejala andropause serta dari 6 pria dengan kelompok umur 50-60 tahun keatas sebanyak 16 orang (50%) mengalami gejala andropause. Presentase andropause pada pria

11 meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan produksi hormon testosteron berkurang. 2.3 Andropause 2.3.1 Definisi Andropause Andropause berasal dari kata yunani yang dimulai dengan awalan andro yang berarti pria dan pause yang berarti penghentian. Istilah andropause menunjukkan suatu sindrom (kumpulan gejala) yang disebabkan karena hormon testosteron menurun pada pria usia lanjut. Istilah lain yang yang kerap digunakan sebagai istilah lain andropause ialah ADAM (Androgen Deficiency in Aging Males, PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Males), Male Menopause, Male Climacterium, Viropause, Andropenia, dan Penopenia. Penurunan hormone testosterone pada pria mengakibatkan penurunan dalam beberapa aspek seperti kenyamanan fisik secara umum, fungsi seksual, fungsi kognitif, volume sel darah merah, kekuatan otot, masa tulang disertai resiko fraktur yang meningkat, serta sistem imun. Di pihak lain terjadi peningkatan dalam masa lemak sehingga mengubah komposisi tubuh, terutama obesitas viseral, penyakit kardiovaskular, serta gangguan perasaan dan tidur (Pangkahila, 2011). Pada pria usia lanjut, dorongan seksual dan fungsi ereksi bereaksi hanya terhadap testosteron yang levelnya lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang lebih muda. Pria berusia lanjut memerlukan level testosteron lebih tinggi untuk mencapai fungsi seksual yang normal. Selain mengakibatkan disfungsi seksual, testosteron yang berkurang juga mengakibatkan pembentukan sel spermatozoa terganggu, kelelahan, depresi, perasaan bingung, rasa panas, keringat malam hari. Perubahan komposisi tubuh, khususnya obesitas visceral merupakan akibat lain testosteron yang

12 menurun. Maeskipun istilah andropause atau ADAM ditujukan bagi pria usia lanjut, tetapi gejala yang sama juga terjadi pada pria yang berusia lebih muda yang mengalami penurunan atau kekurangan hormone testosteron karena penyebab tertentu. (Pangkahila, 2011). 2.3.2 Faktor-faktor Penyebab dan Gejala Andropause Timbulnya gejala dan tanda andropause dapat terjadi karena pengaruh faktor internal dan faktor eksternal. Pengaruh dari faktor internal bisa tumbuh dari diri sendiri atau genetik yang terjadi karena adanya perubahan hormonal atau organik. Selain itu bisa juga karena seseorang sudah mengidap penyakit tertentu seperti hipertensi, hiperkolesterol, obesitas atau diabetes mellitus. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2014) menyatakan bahwa obesitas sentral menjadi salah satu faktor resiko terjadinya andropause yang disebabkan pada seorang pria dewasa dengan obesitas biasanya memiliki karakteristik profil hormone yang digambarkan sebagai ''hyperestrogenic hypogonadotropic hipogonadisme''. Dimana peningkatan estrogen pada laki-laki obesitas dalam sirkulasi menyebabkan feddback negatif kepada hipotalamus dan hipofisis anterior, sehingga mengakibatkan penurunan produksi testosteron. Pengaruh dari faktor eksternal juga bisa didapat dari faktor lingkungan yang tidak lagi kondusif. Dapat bersifat fisik seperti kandungan bahan kimia yang bersifat estrogenik yang sering digunakan dalam bidang pertanian, pabrik dan rumah tangga. Faktor psikis yang berperan yaitu kebisingan dan perasaan tidak nyaman, sering terpapar sinar matahari dan polusi yang menyebabkan stress. Gaya hidup tidak sehat juga juga ditengarai dapat mempengaruhi gejala andropause, misalnya merokok, mengkonsumsi alkohol, kebiasaan begadang dan pola makan yang tidak seimbang (Wahyunita, 2010). Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

13 Setiawan (2010) pada lansia pria di kecamatan Laweyan Surakarta didapatkan bahwa lansia yang mempunyai kebiasaan merokok mempunyai faktor resiko 4 kali lebih besar untuk lebih cepat terjadinya andropause daripada lansia yang tidak merokok. Menurut Gandaputra (2001), selain itu etanol yang digunakan oleh para pemakai alcohol kronis dapat menyebabkan penurunan dosis kadar testosteron sebesar 19-27%, penurunan ini bersifat reversibel bila pemakaian alkohol dihentikan. Beberapa kumpulan gejala yang timbul pada lansia yang mengalami andropause antara lain : gangguan vasomotor (meliputi : tubuh terasa panas, berkeringat, gangguan tidur, rasa gelisah, takut), gangguan fungsi kognitif dan suasana hati (meliputi : mudah lelah, menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental, keluhan depresi, hilangnya rasa percaya diri, dan menghargai diri sendiri), gangguan virilitas (meliputi : menurunnya kekuatan tubuh, berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan dan masa otot, kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak di daerah abdominal, dan osteoporosis), gangguan seksual (meliputi : menurunnya minat terhadap seksual (libido), perubahan tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi) (Wahyunita, 2010). 2.3.3 Cara Mendiagnosa Andropause Andropause sering tidak dapat di diagnosa dengan pasti sebab dan gejala yang muncul terkadang tidak jelas dan sangat bervariasi bahkan banyak pria yang tidak mengakui bahwa mereka mengalami masalah. Diagnosis andropause secara sederhana dapat ditegakkan dengan menggunakan ADAM screening questionnaire. Kuisioner ini menunjukkan sensitifitas 88 persen dan spesivisitas 60 persen untuk mendeteksi hypogonadism pada pria di atas 40 tahun. Selain itu, instrumen lain yang lebih ekstensif dan telah divalidasi yaitu menggunakan The Aging Males Symptoms

14 (AMS) untuk mengetahui penurunan kesehatan dan kualitas hidup. Namun, kedua kuesioner tersebut tidak dapat menggantikan anamnesis yang mendalam karena untuk mendiagnosa andropause juga harus dilakukan tahap-taphap seperti: (Pangkahila, 2011) 1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar testosterone serum, total testosterone bebas, SBHG, DHEA, DHEAs 2. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi tubuh dan pemeriksaan psikologi 3. Alloanamnesa (anamnesa terhadap keluarga atau saudara).