BAB I PENDAHULUAN. akan merasa bosan dan merasa dunia yang dijalaninya berputar seperti itu-itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hiburan publik. Kesuksesaan film dikarenakan mewakili kebutuhan imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. ialah komunikasi melalui tanda (sign) yang mempunyai makna dan arti yang

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Iklan pada hakikatnya adalah aktivitas menjual pesan (selling message) dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari scene dalam iklan Teh Pucuk Harum Versi Ulat Kalah Rebutan di Media

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya serta merta berhubungan dengan seks dan hura-hura saja, namun. sebuah kesenangan juga berhubungan dapat dengan materi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kemungkinan bahwa ada proses penerimaan makna yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB IV PENUTUP. perlindungan dan tuntunan dari pihak laki-laki, bahkan dalam lirik lagu tersebut

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian tersebut dipaparkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Fenomena iluminati sebenarnya sudah ada sejak lama, teori

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan

BAB III METODE PENELITIAN

MEDIA & CULTURAL STUDIES

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian unsur patriotisme dalam film Sang Kiai akan dilaksanakan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis terhadap film Air Terjun Pengantin

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekarang ini hiburan sangatlah penting bagi setiap orang. Hiburan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang menuntut untuk dipenuhi karena kebutuhan manusia itu sendiri bukan hanya kebutuhan fisik belaka, namun sebuah kebutuhan juga menyangkut kepuasan batin. Untuk sekarang ini saja hanya untuk sebuah hiburan, masyarakat rela mengeluarkan sejumlah uang hanya untuk memenuhi kepuasan batin tersebut. Tanpa hiburan manusia akan merasa bosan dan merasa dunia yang dijalaninya berputar seperti itu-itu saja. Selain itu film juga dapat memberikan sebuah informasi atau sudut pandang bagi penontonnya. Hiburan memiliki beragam jenis dan bentuk. Mulai dari hanya sekedar jalan-jalan, rekreasi, dan hangout yang tidak membutuhkan alat pemuas kebutuhan batin hingga hiburan seperti mendengarkan musik, menonton bioskop, menonton vcd atau dvd dll yang dalam teknisnya itu semua merupakan hiburan yang membutuhkan alat dalam pencapaian menuju pemuasan kebutuhan batin tersebut. Hiburan yang menggunakan alat salah satunya adalah film. Media film merupakan media hiburan yang paling banyak digemari oleh masyarakat atau khalayak umum dikarenakan media tersebut memiliki dua unsur yang menarik perhatian orang yaitu audio (suara) serta visual (gambar). Kedua elemen tersebut apabila digabungkan dapat memiliki efek yang luar biasa. 1

Unsur visual atau gambar dapat berpengaruh besar pada pola pikir orang yang melihatnya dan audio atau suara dapat berpengaruh besar terhadap psikologis orang yang mendengarkannya. Disamping itu media film sangat populer di khalayak luas. Media ini juga bisa diakses dengan mudah melalui internet, rental atau membeli film tersebut di toko-toko yang menjual film. Film juga bisa di konsumsi semua orang tanpa dibatasi oleh jenis kelamin, usia, dan sebagainya. Karena beberapa kemudahan yang telah disebutkan di atas maka pembuat film memiliki kesempatan untuk menjadikan media film menjadi media damai untuk menyuarakan ide, gagasan, pikiran, bahkan pandangan dalam menilai sesuatu. Dengan adanya media film juga pembuat film bisa secara tidak langsung menyelipkan sebuah ideologi kepada khalayak luas. Ini membuat khalayak yang tidak memiliki dasar ideologi yang kuat akan terpengaruh oleh sudut pandang tersebut yang lama kelamaan akan berpengaruh kepada lingkungannya juga. Media film juga merupakan media yang memiliki tingkat keberhasilan persuasif yang cukup tinggi, ini bisa dibuktikan dari fenomena-fenomena yang sekarang tengah terjadi dimasyarakat. Banyak sekali film-film sekarang yang banyak mengangkat isu-isu sosial, kritikan-kritikan dan sebagainya. Salah satunya adalah feminisme khususnya patriarki. Dengan media film ini penonton akan disuguhkan ideologi dari film tersebut. Terutama penonton anak kecil dan remaja yang mudah sekali terpengaruh dengan apa yang mereka lihat, dengarkan dan rasakan. 2

Dalam sebuah film lambang atau icon sangatlah memiliki peran penting dalam penyampaian pesan dari apa yang diinginkan pembuat film kepada khalayak atau penonton. Lambang juga mengartikan benda, tanda atau sesuatu menjadi suatu pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak. Tidak jarang lambang tersebut mengalami miss communication dari struktur pemikiran apa yang diinginkan pembuat film menjadi struktur pemikiran yang lain. Pemahaman penonton atau keberhasilan penyampaian pesan oleh si pengirim yang disini adalah pembuat film sangatlah penting karena jika penonton atau khalayak salah menginterpretasikan maksud dari tanda tersebut dapat menyebabkan salah kaprah, salah presepsi, penolakan dan yang paling ekstrim adalah adanya perlawanan. Terutama bagi penonton yang awam akan tanda, simbol, icon-icon dan perwujudan bentuk tanda yang lainnya yang biasa kita sebut dengan istilah semiotik. Miss communication juga bisa tercipta akibat dari pengalaman seseorang yang pernah dia alami. Karena pengalaman setiap orang berbeda dari satu orang dengan yang lainnya. Ilmu yang mempelajari tentang semiotik adalah semiotika. Semiotika berasal dari kata Semeon σηµειωτικός, semeio-tikos, yang artinya an interpreter of sign. Kata semiotika tersebut berasal dari kata atau dari bahasa Yunani. Jadi, semiotika adalah ilmu tentang tafsir tanda, termasuk pula sistem tanda. Terdapat beberapa orang yang serius dalam mempelajari ilmu semiotika tersebut, salah satunya adalah Roland Barthes. Pemikir Roland Barthes beranggapan bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Alex Sobur, 2009 : 63). 3

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes menjelaskan apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama (Alex Sobur, 2009 : 68-69). Tidak seperti Saussure yang hanya membahas tentang makna tanda pada tataran pertama, Roland Barthes juga menyinggung soal mitos, yakni kepercayaan yang dibuat oleh konstruksi sosial di suatu lingkungan tertentu yang dimana dia asumsikan sebagai makna tanda pada tataran kedua. Yang membedakan dari penelitian semiotik lain dengan penelitian semiotik ini adalah kebanyakan penelitian semiotik yang membahas patriarki fokus tentang perempuan yang dijadikan alat demi mencapai kepuasan lakilaki, atau hanya menyinggung tentang unsur seks saja. Tapi pada penelitian ini masalah yang akan dibahas lebih kompleks dimana perempuan bukan hanya dijadikan budak seks saja melainkan karena sistem patriarki yang berjalan dimasyarakat membuat perempuan terkalahkan dalam berbagai bidang seperti politik, budaya, sosial, ekonomi, bahkan psikologisnya. Itu membuat penelitian ini layak untuk dipelajari lebih dalam lagi. Sebutan feminis atau seorang feminis yaitu orang yang menganut paham feminisme. Merupakan sebuah gagasan kesetaraan wanita terhadap laki-laki. Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman) berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Dalam pengertian yang paling luas feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang 4

dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya. Berbicara tentang wanita merupakan masalah yang kompleks. Sekarang ini kita tidak lagi membahas wanita yang selalu diatur atau menurut. Tetapi kompleksitas disini adalah berbicara tentang cara bertingkah wanita di dunia nyata. Seperti yang kita ketahui dunia perempuan tidak hanya tampak sebagai dunia yang independen yang dibentuk oleh sifat wanita itu sendiri. Tapi dunia wanita sangat dipengaruhi oleh dunia laki-laki. Kondisi ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang, kemudian berpengaruh pada mainset laki-laki sebagai orang yang lebih unggul atau berada diatas posisinya sedangkan perempuan sebagai makhluk kedua, bahkan tidak dianggap. Kondisi ini memberikan dampak terhadap adanya atau tidak adanya kesetaraan gender dalam kondisi tersebut. Sebagaimana dinyatakan oleh Lois Tyson (2006 : 86) kaum feminis tidak menyangkal perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, nyatanya banyak wanita yang menyukai perbedaan tersebut. Tapi mereka tidak setuju bahwa perbedaan seperti ukuran fisik, bentuk dan sifat laki-laki membuat mereka secara alami lebih hebat dari wanita misalnya lebih cerdas, lebih logis, memimpin dengan lebih berani atau bahkan lebih baik. Sehingga feminisme membedakan antara sex (jenis kelamin) yang mengacu pada perbedaan biologis kita sebagai laki-laki dan perempuan, dengan kata gender yang mengacu pada perbedaan antara feminin dan maskulin. Dengan kata lain perempuan tidak selalu dilahirkan feminin, dan 5

laki-laki tidak selalu dilahirkan maskulin. Sebaliknya kategori-kategori gender dibangun oleh masyarakat. Mengapa pandangan terhadap gender merupakan salah satu contoh dengan apa yang disebut konstruksi sosial. Konstruksi sosial telah menunjukkan pria yang membentuk dunia wanita. Dengan demikian keberadaan perempuan di dunia lebih pada otoritas pria yang menilai wanita dari biologisnya saja yang berbeda sebagai kekurangan dan bukan sebagai sifat wanita. Kepercayaan bahwa laki-laki lebih unggul membuat patriarkal mengambil tempat yang luas di masyarakat. Menurut Collins lanjutan kamus bahasa inggris (2009) patriarkal adalah merupakan suatu sistem dimana laki-laki memiliki semua atau sebagian besar kekuatan dan kepentingan. Singkat kata dapat dikatakan bahwa perempuan adalah objek superioritas laki-laki. Dalam sistem patriarki, laki-laki mememegang peranan penting, karena laki-laki di ibaratkan menjadi pusat. Laki-laki memiliki otoritas lebih dibanding perempuan. Laki-laki merupakan pihak yang memiliki peran dalam mengambil keputusan. Menurut Lois Tyson (2006 : 89) dalam bukunya Critical Theory Today A User-Friendly Guide Second Edition menjelaskan bahwa sistem patriarki juga membagi wanita menjadi dua tipe yaitu tipe good girl atau wanita yang disini dijelaskan menjadi wanita yang penurut, sabar, lemah, sederhana, dan malu-malu serta tipe bad girl dimana wanita dalam tipe ini dijelaskan menjadi wanita yang kuat, percaya diri, yakin akan kemampuan diri sendiri, serta agresif. 6

Dalam cerita dongeng seperti Snow White, Sleeping Beauty dan Cinderella diceritakan bahwa seorang putri yang cantik jelita, muda, memiliki sifat penyayang, sabar, lemah dan sederhana yang memiliki masalah atau dijebak oleh seorang bad girl entah itu berupa seorang ratu yang jahat, yang serakah, penyihir atau saudara tiri dan ibu tiri yang selalu menyiksa si tokoh utama yang bertipe good girl. Dan tentu saja disana tidak akan terlewatkan akan adanya seorang pangeran tampan yang akan menyelamatkan seorang putri yang cantik jelita tersebut dari sebuah masalahnya dan menikahi putri tersebut lalu akan hidup bahagia selama-lamanya. Dari alur cerita atau plot dongeng diatas dapat dijelaskan bahwa seorang laki-laki merupakan jaminan kebahagiaan seorang perempuan. Tanpa adanya pangeran tampan yang memiliki sifat pemberani dan baik hati tersebut maka kehidupan seorang putri tentu akan tetap menderita selamanya. Snow White and The Huntsman merupakan salah satu film produksi Hollywood yaitu Universal Studio. Film ini diproduksi tahun 2012, menceritakan dongeng terkenal asal Jerman yang bernama Snow White and Seven Dwarfs. Cerita dongeng yang di buat ulang kembali ini menandakan bahwa cerita rakyat atau cerita dongeng tersebut masih eksis di masyarakat. Selain itu film Snow White and The Huntsman karya Ruppert Sander merupakan versi dongeng Snow White yang paling akhir atau yang paling update karena dirilis tahun 2012. Itu mencerminkan bahwa sistem patriarki masih berkembang secara terus menerus dalam masyarakat luas hingga saat ini. Karena sebuah film mencerminkan lingkungan sosial dimana film itu dibuat, dan dilihat dari produksi perilisan yang disebarkan diseluruh dunia 7

menandakan bahwa film tersebut atau dongeng tersebut diterima di seluruh negara didunia. Itulah alasan mengapa film ini dijadikan objek penelitian. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti ingin membahas semiotik lebih dalam hingga tataran kedua, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : Apakah terdapat unsur-unsur dominasi lakilaki (patriarki) terhadap perempuan yang ada dalam film Snow White and The Huntsman karya sutradara Rupert Sanders? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat unsur-unsur dominasi laki-laki (patriarki) terhadap perempuan yang ada dalam film Snow White and The Huntsman karya sutradara Rupert Sanders tersebut. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan referensi bagi kajian ilmu komunikasi terlebih tentang feminisme, khususnya adanya dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam berbagai bidang di kehidupan sehari-hari seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dapat disebut sebagai sistem patriarki serta memberikan kontribusi akademis tentang analisis deskriptif yang berguna bagi peneliti maupun pihak-pihak yang berkepentingan. 8

2. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran, informasi atau pesan serta menjadi suatu wacana untuk khalayak dan sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian semiotik Roland Barthes selanjutnya, bahwa dicurigai hingga sekarang ini sistem patriarki tersebut masih eksis dan berjalan dengan baik di masyarakat. 9

10