KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/273/2018 TENTANG TIM PELAKSANA UJI COBA TATA LAKSANA PENYAKIT GINJAL TAHAP AKHIR DALAM RANGKA PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit ginjal tahap akhir, perlu dilakukan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan; b. bahwa untuk memperluas pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), perlu dilakukan pelatihan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan, serta uji coba peningkatan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di rumah sakit dan puskesmas; c. bahwa berdasarkan hasil rekomendasi Tim Penilaian Teknologi Kesehatan, Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) lebih cost effective dibandingkan dengan hemodialisis; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Tim Pelaksana Uji Coba Tata Laksana Penyakit Ginjal Tahap Akhir Dalam Rangka Peningkatan Cakupan Pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD);
-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3609); 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 812/Menkes/PER/VII/2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676); 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508); 9. Keputusan Menteri kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/642/2017 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Penyakit Ginjal Tahap Akhir;
-3- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG TIM PELAKSANA UJI COBA TATA LAKSANA PENYAKIT GINJAL TAHAP AKHIR DALAM RANGKA PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD). KESATU : Susunan tim pelaksana uji coba tata laksana penyakit ginjal tahap akhir dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) yang selanjutnya disebut Tim Pelaksana sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. KEDUA : Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU, bertugas: a. menyusun road map pelaksanaan peningkatan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD); b. menyusun perencanaan anggaran untuk uji coba peningkatan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD); c. menyusun kurikulum dan modul pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan untuk pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD); d. menyusun kriteria, melakukan pemeriksaan, dan penilaian dalam rangka mengusulkan rumah sakit dan puskesmas untuk ditetapkan sebagai penyelenggara uji coba pelaksanaan peningkatan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD); e. memastikan ketersediaan perbekalan kesehatan untuk uji coba pelaksanaan peningkatan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD); f. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan uji coba peningkatan pelayanan Continuous Ambulatory Peritonel Dyalisis (CAPD); dan
-4- KETIGA KEEMPAT KELIMA KEENAM g. memberikan masukan dan rekomendasi terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisis (CAPD) berdasarkan uji coba peningkatan pelayanan Continuous Ambulatory Peritonel Dyalisis (CAPD). : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU dapat membentuk panitia yang bersifat ad hoc. : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU wajib menyampaikan laporan kegiatan secara berkala kepada Menteri Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. : Seluruh pembiayaan yang timbul dari pelaksanaan tugas Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Kesehatan dan sumber dana lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 2018 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd NILA FARID MOELOEK
-5- LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/273/2018 TENTANG TIM PELAKSANA UJI COBA TATA LAKSANA PENYAKIT GINJAL TAHAP AKHIR DALAM RANGKA PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PELAKSANA UJI COBA TATA LAKSANA PENYAKIT GINJAL TAHAP AKHIR DALAM RANGKA PENINGKATAN CAKUPAN PELAYANAN CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) Pelindung : Menteri Kesehatan Pembina : 1. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan; 4. Staf Khusus Menteri Bidang Pelayanan Kesehatan; dan 5. Staf Khusus Menteri Bidang Pembangunan dan Pembiayaan. Ketua : Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Ketua Pelaksana : Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) Sekretaris : Kepala Subdit Rumah Sakit Pendidikan Anggota : 1. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer; 2. Direktur Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan; 3. Direktur Pelayanan Kefarmasian; 4. Direktur Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT; 5. Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular; 6. Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; 7. Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; 8. Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan;
-6-9. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan; 10. Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan; 11. dr. Aida Lydia dr. SpPD-KGH PhD; 12. Dr. dr. Lestariningsih SpPD-KGH; 13. Dr. dr.ria Bandiara SpPD-KGH; 14. dr. Afiatin SpPD-KGH; 15. Prof. Rully MA Roesli dr. SpPD-KGH PhD; 16. dr.rubin S Gondodipoetro SpPD-KGH; 17. Dr. dr. Rudi Supriyadi MKes SpPD-KGH; 18. dr.lilik Sukesi SpPD-KGH KIC; 19. dr.santoso SpPD-KGH; 20. M. Syamsul Bakhri,S.Kep.,Ners 21. Toni Rahmat Jaelani,S.Kep.,Ners 22. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat; 23. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya; 24. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi; 25. Kepala Dinas Kesehatan Kota Sumedang; 26. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon; dan 27. Direktur RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung 28. Direktur RSUD Al- Ihsan Kabupaten Bandung 29. Direktur RSUD Gunung Jati Cirebon 30. Direktur RSUD Cibabat Cimahi 31. Direktur RSUD Dokter Soekardjo Tasikmalaya; 32. Direktur RSUD Kabupaten Sumedang; 33. Kepala Subdit Pelayanan Medik dan Keperawatan; dan 34. Kepala Subdit Pelayanan Penunjang. Sekretariat : Sub Direktorat Rumah Sakit Pendidikan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, ttd NILA FARID MOELOEK