Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

DAFTAR RUJUKAN. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara, Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan satu di antara makhluk Allah SWT yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah yang kompleks dan selalu berubah. Karena yang menjadi. subyek dan obyek pendidikan adalah semua manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

Transkripsi:

1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini merupakan kebutuhan pokok bagi semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi seseorang. Dalam era globalisasi ini, ilmu pengetahuan semakin berkembang, dengan menawarkan berbagai solusi masalah sesuai dengan metode- metode yang ada dalam ilmu tersebut. Apabila setiap ilmu yang ada dibangun dengan tidak dilandasi menggunakan ilmu agama, maka manusia akan semakin sulit mengenal agama yang dianutnya. Khususnya para siswa akan mencari pemecahan permasalahan yang mereka hadapi sesuai dengan solusi dari ilmu yang mereka pelajari. Seharusnya pendidikan diarahkan kejalan yang benar yang didasari dengan pondasi agama, sehingga dapat membentuk sebuah karakter yang tercermin dari kepribadian mereka sehari-hari. Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda. Pendidikan sering juga diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk membimbing anak yang belum 1

2 dewasa ke tingkat kedewasaan dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya dan dapat berdiri diatas kaki sendiri. 1 Pada saat anak dilahirkan, anak membawa sifat fitrah yang masih penuh akan kebersihan. Kemudian pada perkembangannya tergantung pada pendidiknya dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada anak tersebut. Seorang guru harus menyadari dan memahami bahwa pendidikan agama Islam yang dilakukan seorang guru bukan merupakan sebuah fenomena, akan tetapi harus dipahami bahwa pendidikan agama Islam merupakan sebuah kebutuhan dan aktifitas yang berarti bahwa sebuah upaya yang dirancang secara sadar untuk membantu siswa dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, yang dijiwai berdasarkan ajaran agama Islam. Maka tugas guru lebih lanjut bukan hanya mentrasfer ilmu pengetahuan agama Islam kepada peserta didiknya, akan tetapi guru harus berusaha mengolah pembelajaran yang berimplikasi bukan hanya berpengaruh pada ranah kognitif saja, akan tetapi juga harus menanamkan keribadian yang mencerminkan keislaman. Sehingga dapat terwujudnya pendidikan yang menitik beratkan pada karakter bagi peserta didik. 2 Memang kelihatannya tidak adil jika dipandang guru dan lembaga pendidikan yang dikaitkan dengan menurunnya moral bangsa kita, sementara masyarakat dan keluarga seolah-olah luput dari perhatian, padahal keduanya memegang peranan yang sangat penting. Kenyataan 1 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm 92 2 Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, ( Yogyakarta: Teras, 2007), hlm 15

3 menunjukkan bahwa tantangan dalam konteks budaya tidak cukup hanya dilaksanakan dalam pembelajaran yang dilakukan dilembaga pendidikan. Sementara ini pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Kegagalan ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif sementara dari pertumbuhan kesadaran nilai- nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai agama, akibatnya terjadi terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama, atau dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral. 3 Dilain pihak, Rasidah (1995) juga mengemukakan beberapa kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, baik dalam pemahaman materi pendidikan maupun dalam pelaksanaannya, yaitu (1) dalam bidang teologi, ada kecenderungan pada faham fatalistik; (2) bidang akhlak berorientasi pada urusan sopan santun belum dipahami sebagai keseluruhan pribadi manusia beragama; (3) bidang ibadah yang diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian; (4) dalam bidang hukum ( fiqih) cenderung dipelajari sebagai tata aturan yang tidak akan berubah sepanjang masa, 2005 ) hlm 23 3 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Agama Islam, ( Jakarta; Raja Grafindo Persada,

4 dan kurang memehami dinamika dan jiwa hukum Islam; (5) agama Islam cenderung diajarkan sebagai dogma dan kurang mengembangkan rasionalitas serta kecintaan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan; (6) orientasi mempelajari Al-Qur an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum pada pemahaman arti dan penggalian makna. 4 Selama ini telah banyak pemikiran dan kebijakan yang diambil dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan agama Islam yang nantinya dapat memberikan nuansa baru bagi pengembangan sistem pendidikan di Indonesia dan sekaligus hendak memberikan kontribusi dalam menjabarkan makna pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membangun watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5 Munculnya pemikiran yang memberikan solusi pembaharuan pada pendidikan agama Islam memang sangat beralasan, sekarang ini banyak sekali masalah yang timbul di negara kita ini yang rata-rata disebabkan oleh rendahnya penjiwaan terhadap agama yang mereka anut. Walhasil entah kita akaui atau tidak bangsa Indonesia masih mengalami suasana keprihatinan bertubi-tubi, hasil survei menunjukkan bahwa 4 Muhaimin, pengembangan Kurikulum... hlm 24-25 5 UU Sisdiknas no. 20/ 2003

5 negeri kita masih bertengger dalam jajaran negara yang paling korup didunia, KKN melanda berbagai institusi, disiplin makin longgar makin meningkatkan tindak kriminal, tindak kekerasan, konsumsi minuman keras dam narkoba sudah melanda di kalanagan mahasiswa dan pelajar, kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah sifat gotong royong yang menjadi identitas bangsa kita mulai ditinggalakan, maka dapat disimpulkan bahwa negara kita mengalami krisis akhlak. Oleh karena itu setiap muslim khususnya harus mempelajari ilmu akhlak dan cabang-cabangnya dengan tujuan supaya setiap muslim bisa mengontrol setiap tindakan yang dilakukannya. Dalam lembaga pendidikan yang diteliti oleh penulis tentunya mempunyai keunikan dibanding dengan lembaga pendidikan yang lain. Pertama, lembaga tersebut berada dibawah naungan yayasan yang berlatar belakang pondok pesantren yang memiliki misi dalam mendidik akhlakul karimah para peserta didiknya, yang kedua letak lembaga pendidikan yang berada di pusat kota Tulungagung yang tentunya mempunyai tantangan tersendiri dalam mewujudkan pendidikikan berkarakter, yang terakhir dilihat dari para pendidiknya yang sebagian besar lulusan dari pesantren yang nantinya berbengaruh pada metode pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidiknya. Dalam hal ini kebanyakan lembaga pendidikan yang berada dilingkup pesantren lebih mengedepankan pemahaman mengenai akhlak,

6 karena para peserta didik dibimbing oleh guru yang memang mempunyalai latar belakang sebagai seorang santri. Maka berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengadaan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kepribadian muslim peserta didiknya. Dengan lokasi di MA Al- Ma arif Pondok Pesanten Panggung maka penulis mengkaji tentang Pelaksanaan Pembelajaran Guru Aqidah Akhlaq dalam meningkatkan Kepribadian Muslim Peserta Didik di MA Al- Ma arif B. Fokus Penelitian Fokus penelitian mempunyai tujuan untuk menentukan dan menghindari suatu penelitian yang tidak mengarah, berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka peneliti mengemukakan fokus penelitian sebgai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kepribadian peserta didik di MA Al- Ma arif? 2. Bagaimanakah strategi dan metode guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kepribadian muslim peserta didik di MA Al- Ma arif? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kepribadian muslim peserta didik di MA Al- Ma arif?

7 C. Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitian Adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kepribadian peserta didik di MA Al- Ma arif 2. Untuk mengetahui strategi dan metode guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kepribadian muslim peserta didik di MA Al- Ma arif 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kepribadian muslim peserta didik di MA Al- Ma arif D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sebagai sumbangan pemikiran penulis kedlam khazanah keilmuan sehingga dapar diketahuni proses pelaksanaan pembelajran, strategi dan metode, guru Aqidah Akhlak dalam meningkatkan kepribadian muslim peserta didiknya 2. Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh : a. Bagi Penulis Untuk menembah wawasan serta pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Kususnya dalam proses pelaksaaan pembelajaran

8 guru Aqidah Akhlak dalam meningkatakan kepribadian muslim Peserta Didik. b. Bagi Kepala Madrasah Hasil penelitian ini bagi kepala madrasah dapat digunakan sebagai acuan dan strategi dalam meningkatakan pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan kepribadian muslim peserta didik. c. Bagu Guru Aqidah Akhlak Diharapakn penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan kepribadian muslim peserta didiknya. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat penting dan berguna sebgai calon tenaga pendidik. E. Penegasan Istilah Judul skripsi ini adalah Pelaksanaan Pembelajaran Guru Aqidah Akhlak dalam Meningkatkan Kepribadian muslim Peserta Didik di MA Al- Ma arif. Untuk menghindari kesalahan dalam memahaminya perlu dikemukakakn penegasan istilah yang terkandung didalamnya : 1. Secara Konseptual a. Pelaksanaan

9 Pelaksanaan merupakan proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dan sebagainya). 6 b. Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar yang mempunyai makna proses pengalaman perubahan perilaku, yang berbentuk kegiatan yang dapat diamati atau tidak dapat diamati, artinya keseluruhan interaksi antara seseorang dengan rangsangan lingkungan yang sesuai. 7 c. Guru Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempattempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau, di rumah, dan sebagainya. 8 Guru adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya / profesinya mengajar. 9 d. Kepribadian Istilah kepribadian berasal dari bahasa Inggris personality dan ada juga yang menyebut individuality, yang artinya sifat atau 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 627. 7 Setiawan B, dkk., Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989), hlm. 246. 8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet. I, hlm. 40 9 Team Penyusun Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), hlm. 330

10 ciri khas.kepribadian adalah sifat dan tingkah laku seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri sendiri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain. 10 e. Muslim Muslim adalah sebutan bagi orang yang beragama Islam, yang dalam pengertian dasar dan idealnya adalah orang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh kepada ajaran agama Islam. 11 f. Peserta didik Dilihat dari kedudukannya, peserta didik (anak didik) adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. 12 2. Secara Oprasional Secara oprasional yang dimaksut Pelaksanaan Pembelajaran Guru Aqidah Akhlak dalam Meningkatkan Kepribadian Muslim Peserta Didik adalah merupakan suatu gejala atau langkah- langkah yang dilakukan Guru Aqidah Akhlak baik dalam melakukan pembelajaran, menggunakan metode dalam rangka meningkatkan kepribadian muslim peserta didik. 10 Kartini Kartono dan Gali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung : Satelit, 1987), hlm. 349 11 Departemen Agama, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : CV Anda Utama, 1993), hlm. 881 12 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta : Wacana Ilmu, 1997), hlm. 79

11 F. Sistematika Pembahasan Didalam skripsi ini disusun lima bab, masing- masing bab terdiri dari beberapa sub atau bagian dan sebelum memulai bab pertama, lebih dahulu penulis sajikan beberapa bagian permulaan, sistematikanya meliputi: halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, isi, daftar lampiran dan abstrak. Bagian isi terdiri dari: Bab I: Pendahuluan, terdiri dari: ( a) latar belakang masalah, (b) fokus penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) penegasan istilah, (f) sistematika pembahasan BAB II: Kajian Pustaka, terdiri dari : (a) pembahasan tentang pengertian Pembelajaran (b) Pembahasan tentang strategi dan juga metode yang diterapakan Guru Aqidah (c) Pembahasan pendekatan yang dilakukan guru (d) Pembahasan tentang kepribadian muslim (e ) Penelitian terdahulu BAB III : Metode penelitian terdiri dari : (a) pendekatan dan jenis penelitian (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) sumber data, (e) prosedur pengumpulan data, (f) teknik analisis data, (g) pengecekan keabsahan temuan, (h) Tahap- tahap penelitian Bab IV : paparan hasil penelitian, terdiri dari : (a) latar belakang dan objek penelitian, (b) paparan data, (c) temuan penelitian, (d) pembahasan. Bab V : Penutup, terdiri dari : (a) kesimpulan, (b) saran.

12 Bagian Akhir, terdiri dari : (a) daftar rujukan, (b) lampiran- lmpiran, (c) surat pernyataan keaslian, (d) daftar riwayat hidup