BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Likuiditas adalah suatu hal yang fundamental bagi perusahaan untuk dikelola, tak terkecuali bank. Pengelolaan yang terencana dan terkontrol dengan cermat akan berdampak pada profitabilitas serta kelancaran perusahaan dalam menjalankan operasional bisnisnya. Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Walaupun terlihat hal sepele, tetapi kelancaran memenuhi kewajiban jangka pendek merupakan hal yang wajib untuk dijaga perusahaan. Likuiditas perbankan lebih menyeluruh dan detail dibandingkan dengan perusahaan secara umum. Likuiditas perbankan dapat dilihat dari 2 segi persepsi. Pertama dilihat dari segi aktiva, likuiditas dikatakan sebagai kekuatan untuk mengubah segala aset ke dalam bentuk tunai. Dari segi passiva sendiri likuiditas adalah suatu kekuatan bank dalam dalam mencukupi kebutuhan berupa dana melalui peningkatan portofolio liabilitas. Marozva (2015) mengatakan bahwa pembalikan cepat arus keuangan dalam kondisi pasar menggambarkan bahwa likuiditas itu dengan cepat menguap, dan sudah mencukupi untuk mendapatkan keuntungan karena lembaga keuangan itu terpaksa untuk menjual aset meskipun nilainya di bawah harga pasar atau meminjam dengan suku bunga yang memiliki beban di atas pengembalian aset. Hal itu juga diungkapkan oleh Bordelau dan Graham (2010) yang menyatakan bahwa likuiditas turut andil dalam krisis keuangan beberapa tahun terakhir. 1
2 Ketidakpastian menyebabkan sumber pembiayaan mudah menguap, sehingga banyak bank dengan cepat kekurangan uang tunai untuk memenuhi kewajiban mereka saat jatuh tempo. Anwar (2016) mengatakan bahwa secara garis besar, pengelolaan likuiditas itu dapat dibagi menjadi 2 macam, yang pertama adalah mengestimasi kebutuhan akan sumber keuangan yang berasal dari pengumpulan dana dan pengeluaran keuangan serta berbagai instrumen pembiayaan. Kedua adalah tindakan yang dilakukan bank agar dapat memenuhi kewajiban dan kebutuhan jangka pendeknya. Maka dari itu, diperlukan identifikasi yang tepat mengenai karakteristik tiap instrumen bank baik dari sisi aktiva maupun passiva yang dapat mempengaruhinya. Kemampuan likuiditas bank dikategorikan baik apabila bank dapat memberikan dana kepada para deposan ketika mereka melakukan transaksi penarikan. Apabila bank tidak dapat memenuhi dana yang ditarik dari deposan atau si pemakai dana tidak mampu mengembalikan dana yang dipinjamnya, maka akan timbul risiko bagi bank. Risiko yang akan muncul tentunya berkaitan dengan proses likuiditas perbankan tersebut. Risiko likuiditas dapat bersumber dari 2 komponen neraca, yaitu dari sisi aset dan kewajiban. Risiko tersebut muncul bagi bank karena disamping mereka harus mencari dan menghimpun dana, bank juga harus menyalurkan dananya dengan lancar terutama pada saat jatuh tempo. Pembiayan yang baik dalam mencari sumber tentu menandakan hal positif bagi bank. Rengasamy (2014) mengatakan bahwa pembiayaan berbanding lurus dengan ROA.
3 Pada keadaan normal, likuiditas bank berperan untuk menjaga kepercayaan proses operasionalnya. Olagunju, David dan Samuel (2012) mengatakan bahwa kurangnya aset tunai atau likuid di neraca perusahaan dapat berdampak kepada perusahaan dengan melewatkan insentif yang seharusnya diberikan oleh para pemasok kredit, layanan, dan barang. Hilangnya insentif tersebut dapat mengakibatkan biaya barang ataupun jasa yang lebih tinggi yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dengan naik turunnya profitabilitas bisnis. Selalu ada kebutuhan bagi perusahaan untuk mempertahankan tingkat likuiditas. Likuiditas yang tidak mencukupi menjadi salah satu masalah utama penyebab kegagalan bank, tetapi aset yang likuid memliki kesempatan untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Tingkat pengembalian yang tinggi juga memiliki risiko yang tinggi pula. Hal inilah yang menyebabkan adanya dilema dalam menentukan keseimbangan komposisi antara likuiditas dan profitabilitas. Dalam likuiditas sering dijumpai perbedaan antara likuiditas aset dengan kewajiban atau biasa disebut gap likuiditas yang menyebabkan tidak seimbangnya likuidasi sehingga kinerja perusahaan menjadi terganggu. Perbedaan ini disebabkan karena ukuran dan jatuh tempo aset dan kewajiban. Ramadanti dan Meiranto (2015) mengatakan bahwa semakin tinggi gap likuiditas, maka akan semakin tinggi pula risiko likuiditas yang berdampak pada turunnya profitabilitas bank. Perlu dilakukan manajemen likuiditas yang terstruktur agar dapat terkelola dengan baik. Pada umumnya, disepakati bahwa ada hubungan negatif antara liabilitas dengan profitabilitas bank, tetapi ada bukti yang bertentangan dengan teori
4 sebelumnya. Bordeleau dan Graham (2010) mengatakan bahwa perlu adanya pertimbangan antara kestabilan terhadap gangguan likuiditas dan biaya untuk menahan aset lancar yang kurang menguntungkan karena berdampak pada kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dari peluang yang ada di pasar. Hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan, modal atau kemampuan dalam memperluas modal kredit mereka. Pendapatan yang meningkat dapat menandakan bahwa kinerja perusahaan positif. Kinerja Perusahaan adalah sebuah kemampuan atau prestasi perusahaan yang dicapai dalam menjalankan operasional bisnisnya. Salah satu cara untuk menilai kinerja perusahaan dapat dilihat dari sisi keuangannya, yang mencerminkan hasil dari operasional perusahaan tersebut. Baik atau tidaknya kinerja keuangan sebuah perusahaan termasuk bank dapat diketahui dari meningkatnya pendapatan yang berdampak pula terhadap laba perusahaan. Dari beberapa penelitian mengenai likuiditas dan kinerja bank, sebagian besar dari mereka menggunakan pendekatan teoritis dan beberapa penelitian yang berusaha menguji secara empiris masalah ini menggunakan net interest margin sebagai indikator terhadap kinerja bank. Maudos dan Guevara (2004) mengemukakan bahwa adanya hubungan positif antara likuiditas dengan net interest margin. Sementara itu, bank adalah lembaga jasa keuangan yang memiliki tugas utama untuk menghimpun dana dari masyarakat. Dana yang dihimpun tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan operasional bank. Persaingan bisnis terutama di perbankan saat ini telah berkembang pesat. Banyak bank yang sudah mulai membuka perusahaannya untuk investor umum.
5 Dilihat dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 43 bank sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia. 4 dari jumlah tersebut adalah bank negara, sedangkan sisanya merupakan bank swasta. Tak dapat dipungkiri, dengan semakin berkembangnya pesaing di perbankan, maka setiap bank dituntut untuk memberikan kinerja yang terbaik terutama bagi para nasabahnya. Likuiditas bagi bank sangatlah penting, karena pada umumnya sebagian besar aset bank berbentuk uang tunai. Hampir setiap waktu, selalu ada nasabah yang akan menarik ataupun menyimpan tabungannya ke bank. Pengelolan likuiditas yang baik bisa berdampak pada lancarnya proses penarikan dan penyimpanan deposito oleh nasabah. Kelancaran proses tersebut dapat membuat para nasabah semakin percaya bahwa bank tersebut memiliki kinerja yang baik. Likuiditas membuat bank harus terus-menerus memikirkan cara agar membuatnya berjalan dengan lancar. Hal tersebut memberikan tekanan bagi perusahaan, jika tidak dikelola dengan baik maka likuiditas perusahaan terancam tersendat. Ada salah satu cara dalam mengurangi tekanan tersebut, yaitu dengan perubahan aset tidak likuid menjadi likuid. Jenkinson (2008) mengatakan bahwa ketika bank mebutuhkan dana besar, teknik sekuritisasi biasa digunakan oleh perbankan untuk merubah kelancaran aset seperti kredit kepemilikan rumah. Berdasarkan latar belakang tentang likuiditas dan kinerja bank tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Likuiditas, Pembiayaan, dan Gap Likuiditas terhadap Kinerja Bank.
6 1.2. Rumusan Masalah Seperti yang telah dipaparkan di bagian latar belakang, adapun rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah likuiditas berpengaruh positif pada kinerja bank di Indonesia? 2. Apakah pembiayaan berpengaruh positif terhadap kinerja bank di Indonesia? 3. Apakah gap likuiditas berpengaruh negatif terhadap kinerja bank di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji pengaruh likuiditas terhadap kinerja bank di Indonesia. 2. Untuk menguji pengaruh pembiayaan terhadap kinerja bank diindonesia. 3. Untuk menguji pengaruh gap likuiditas terhadap kinerja bank di Indonesia. 1.4. Kontribusi Penelitian Kontribusi yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perbankan Bagi perbankan, penelitian ini berkonstribusi sebagai bahan pertimbangan bagi manajer atau pihak internal bank dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Adapun kebijakan ini berkaitan tentang langkah yang yang harus diambil untuk menjaga stabilitas likuiditas perusahaan dari krisis keuangan yang melanda sewaktu-waktu. Apalagi, bank merupakan sebuah perusahaan yang hampir seluruh asetnya berupa aset lancar. 2. Bagi Investor Bagi investor, penelitian ini berkontribusi sebagai bahan pertimbangan dalam memilih calon perusahaan yang memiliki prospek bagus untuk investasi. Adanya
7 penelitian ini dapat menambah pedoman bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan dengan melihat dari likuiditasnya. 3. Bagi Akademisi Bagi akademisi, penelitian ini berkontribusi sebagai bahan dalam proses pembelajaran baru mengenai penilaian kinerja perusahaan dari segi likuiditas. 4. Bagi Pemerintah Sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan dan aturan khususnya mengenai likuiditas bank. 1.5. Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan terbatas pada perusahaan-perusahaan sektor perbankan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia. Adapun data penelitian yang digunakan tahun 2013 sampai 2016. Kinerja bank diukur menggunakan Net Interest Margin.Likuiditas diukur menggunakan Qurrent Ratio. Pembiayaan diukur menggunakan LDR (Loan to Deposit Ratio). Gap Likuiditas diukur dengan selisih aset jatuh tempo dalam setahun dikurangi dengan kewajiban jatuh tempo setahun.