Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Keluarga Berencana

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Keinginan Pasangan Usia Subur (Pus) dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menjelaskan bahwa sejak tahun laju

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

SINOPSIS RENCANA TESIS ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PASANGAN USIA SUBUR TIDAK MENGGUNAKAN KONTRASEPSI DI DESA CERME KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Table of Contents

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR


BAB I PENDAHULUAN.

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI RUMAH BERSALIN RACHMI PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

PENGARUH STATUS SOSIAL, EKONOMI TERHADAP PARTISIPASI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SUKOMANUNGGAL KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

HUBUNGAN ANTARA EFEK SAMPING KONTRASEPSI DMPA DENGAN KEJADIAN DROP OUT

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI DETERMINAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PACARKELING KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Kepatuhan Akseptor Melakukan KB Suntik

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DROP OUT AKSEPTOR KB DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA PARITAS DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DUSUN GETASAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Yogyakarta

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Rahma., et al, Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan KB...

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

1. Rinda Ika Maiharti 2. Kuspriyanto. S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

Faktor Sosiodemografi yang Memengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian UN-

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar negara-negara di dunia yaitu masalah kependudukan. Laju

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU DROP OUT KB DI DESA CARINGIN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. masa mendatang), keterjangkauan pelayanan kontrasepsi (lokasi tempat tinggal,

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia

BAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah

Transkripsi:

Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Wahyu Dwi Diana Kartika Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Alamat Korespondensi: Wahyu Dwi Diana Kartika E-mail:wahyu.dwi-12@fkm.unair.ac.id Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 ABSTRACT Family planning unmet need in Indonesia fl uctuates across years. This research was conducted to know about the factor that infl uenced to family planning unmet need in district of Gresik. The type of research was analytical observational and cross sectional approach. The research include comparative research for unmet need and met need group. Interview are conducted on 118 pairs of fertile age. The subject was taken from population by stratified random sampling. The independent variables of this research is age, education, work status, family income, religion, the attitude of fertile age on family planning programme, and acces of family planning (geography, social, economy, organization, kind and health service quality, and information acces). Examined toward the factors was infl uenced to unmet need by using multiple logistic regression show that the attitude of fertile age on family planning programme, social acces, kind and health service quality acces, and information acces have meaningful effect to unmet need. The conclusion of this research is the attitude factor in pair of fertile age to family planning programme, social acces, kind and health service quality acces, and acces to get the information was have meaningful for family planning unmet need. Keywords: unmet need, family planning ABSTRAK Angka unmet need keluarga berencana di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap unmet need keluarga berencana di Kabupaten Gresik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Wawancara dilakukan pada 118 Pasangan Usia Subur dengan cara Stratifi ed Random Sampling. Variabel bebas dari penelitian ini adalah umur, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, agama, sikap terhadap keluarga berencana, dan akses pelayanan keluarga berencana (akses geografi, akses sosial, akses ekonomi, akses organisasi, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan, dan akses informasi). Pengujian terhadap faktor yang berpengaruh terhadap kejadian unmet need dengan menggunakan regresi logistik berganda menunjukkan bahwa sikap terhadap keluarga berencana, akses sosial, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan, dan akses informasi mempunyai pengaruh bermakna terhadap kejadian unmet need. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah faktor sikap pasangan usia subur terhadap keluarga berencana, akses sosial, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan, dan akses pasangan usia subur untuk mendapatkan informasi mempunyai pengaruh bermakna terhadap kejadian unmet need keluarga berencana. Kata kunci: unmet need, PENDAHULUAN Unmet need atau kebutuhan ber-kb yang tidak terpenuhi merupakan salah satu indikator terhadap kinerja pelayanan program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Menurut WHO (2014), wanita unmet need adalah wanita pada usia subur dan aktif secara seksual tetapi sama sekali tidak menggunakan metode kontrasepsi padahal tidak ingin anak segera atau ingin menunda kehamilan. Pada tahun 2010 penurunan unmet need terbesar ada di Amerika Tengah dan Afrika Utara, yaitu sebesar 9%. Sebagian besar negara memiliki tingkat unmet need yang stabil atau berkurang, 70

Kartika, dkk., Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need 71 namun lebih dari 20% perempuan di Afrika timur, Afrika tengah dan Afrika barat masih memiliki keadaan unmet need. Kawasan Asia memiliki angka unmet need yang sangat besar di dunia, yaitu sebesar 65% (Pusat Komunikasi Publik Sekjen Kementerian Kesehatan RI, 2013). Data Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan kenaikan setelah beberapa periode mengalami penurunan yaitu 8,2% (Herowati, 2010). Sedangkan angka unmet need di Jawa Timur Pada Tahun 2007 sebesar 12,% (BKKBN, 2013). Faktor yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi diantaranya adalah wanita yang berpendidikan tinggi dan bekerja diluar rumah ternyata tingkat penggunaan kontrasepsinya tinggi, menginginkan jumlah anak yang lebih sedikit, dan persentase unmet need rendah. Persentase unmet need yang tinggi terdapat pada kelompok wanita dengan usia muda dan juga pada kelompok usia tua, mereka yang tidak mempunyai anak dan yang mempunyai satu anak, serta wanita yang memiliki jumlah anak hidup lebih dari lima anak. Alasan yang dikemukakan untuk tidak menggunakan kontrasepsi adalah alasan kesehatan, efek samping, larangan penggunaan (suami keluarga, dan masyarakat), tidak adanya akses pelayanan, dan kurangnya informasi. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 jika dilihat menurut alat atau cara kontrasepsi maka alasan terbanyak adalah takut efek samping sebesar 12,3% dan masalah kesehatan sebesar 10,1% (Juliaan, 2009). Setelah mengetahui pengertian unmet need dan faktor yang mempengaruhinya, maka dapat disimpulkan bahwa strategi penurunan unmet need tidak hanya dapat dilakukan pada salah satu faktor saja melainkan harus dilakukan secara komprehensif yang mencakup seluruh faktor penyebab unmet need (Ardiana, 2012). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (survey research) dengan rancangan cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 118 PUS. Besar sampel untuk tiap kelompok, yaitu kelompok unmet need dan kelompok met need adalah 59 PUS. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling Stratified Random Sampling yaitu mengelompokkan desa yang ada di Kecamatan Duduksampeyan sesuai dengan hasil pencapaian unmet need keluarga berencana, yaitu Desa Bendungan dengan besar sampel sebanyak 30 PUS, Desa Palebon dengan besar sampel sebanyak 60 PUS, dan Desa Kramat dengan besar sampel 28 PUS. Variabel dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pendapatan keluarga, sikap terhadap keluarga berencana, akses sosial, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan, dan akses informasi. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi unmet need keluarga berencana adalah uji regresi logistik berganda. HASIL PENELITIAN Karakteristik Umur Responden Responden yang dikaji adalah pasangan usia subur sehingga pembagian umur hanya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu dewasa awal dan dewasa madya. Pada kelompok unmet need umur dewasa awal sebanyak PUS (%) dan dewasa madya sebanyak 32 PUS (54,2%). Sedangkan pada kelompok met ned umur dewasa awal sebanyak 35 PUS (59,3%) dewasa madya sebanyak 24 PUS (40,7%). Karakteristik Pendidikan Responden yang unmet need memiliki pendidikan rendah sebanyak 31 PUS (52,5%), pendidikan sedang sebanyak PUS (%), dan pendidikan tinggi sebanyak 1 PUS (1,7%). Sedangkan pada kelompok met need responden yang berpendidikan rendah sebanyak PUS (%), pendidikan sedang sebanyak 29 PUS (49,2%), dan pendidikan tinggi sebanyak 3 PUS (5,1%). Karakteristik Pendapatan Keluarga yang unmet need memiliki pendapatan sedang sebanyak 5 PUS (8,5%) dan yang berpendapatan 54 PUS (91,5%). Sedangkan kelompok met need responden yang berpendapatan sedang sebanyak 3 PUS (5,1%) dan yang berpendapatan tinggi sebanyak 56 PUS (94,9%).

72 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 4, No. 1 Juli 2015: 70 75 Tabel 1. Sosiodemografi Responden Umur Dewasa awal Dewasa Madya Pendidikan SD/MI-SMP/MTs SMA/MA D1/D3/PT Pendapatan Sedang Tinggi Sosiodemografi Responden Kejadian unmet need KB Ya Tidak n % n % 32 31 1 5 54 54,2 52,5 1,7 8,5 91,5 35 24 29 3 3 56 59,3 40,7 49,2 5,1 5,1 94,9 Sikap terhadap yang unmet need memiliki sikap mendukung sebanyak PUS (%) dan tidak mendukung sebanyak 32 PUS (54,2%). Sedangkan pada kelompok met need responden memiliki sikap mendukung sebanyak 54 PUS (91,5%) dan tidak mendukung sebanyak 5 PUS (8,5%). Akses Layanan Akses Sosial yang unmet need terhambat terhadap akses sosial sebanyak 44 PUS (74,6%) dan tidak terhambat sebanyak 15 PUS (25,4%). Sedangkan pada kelompok met need semua responden tidak terhambat terhadap akses sosial. Akses Jenis dan Kualitas Layanan Kesehatan yang unmet need terhambat terhadap akses jenis Tabel 2. Sikap terhadap Sikap Terhadap Sikap terhadap KB Mendukung Tidak Mendukung Kejadian unmet need KB Ya Tidak n % n % 32 54,2 54 5 91,5 8,5 dan kualitas layanan kesehatan sebanyak 12 PUS (20,3%) dan tidak terhambat sebanyak 47 PUS (79,7%). Sedangkan pada kelompok met need semua responden tidak terhambat terhadap akses jenis dan kualitas layanan kesehatan. Akses Informasi unmet need terhambat terhadap akses informasi sebanyak 19 PUS (32,2%) dan tidak terhambat sebanyak 40 PUS (67,8%). Sedangkan kelompok met need responden terhambat terhadap akses informasi sebanyak 1 PUS (1,7%) dan tidak terhambat sebanyak 58 PUS (98,3%). Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara masing-masing faktor terhadap unmet need keluarga berencana, penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda dengan tingkat signifikansi 5%. Dari hasil uji regresi logistik didapat dua variabel yang signifikan yaitu sikap terhadap keluarga berencana dan akses informasi. Dari hasil uji regresi logistik variabel sikap terhadap KB, akses sosial, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan, dan akses informasi pengaruh terhadap kejadian unmet need keluarga berencana. Tabel 3. Akses Layanan Akses Layanan Akses Sosial Terhambat Tidak Terhambat Akses Jenis dan Kualitas Layanan Kesehatan Terhambat Tidak Terhambat Akses Informasi Terhambat Tidak Terhambat Kejadian unmet need KB Ya Tidak n % n % 44 15 12 47 19 40 74,6 25,4 20,3 79,7 32,2 67,8 0 59 0 59 1 58 0,0 100,0 0,0 100,0 1,7 98,3

Kartika, dkk., Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need 73 PEMBAHASAN Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden termasuk dalam umur dewasa madya. Variabel ini tidak berpengaruh terhadap kejadian unmet need. Menurut Ekarini (2008), kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan sangat dipengaruhi oleh kesehatan PUS, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Oleh karena itu umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi akseptor KB. Sebab, umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan kontrasepsi. Teori tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena proporsi umur responden unmet need cenderung sama dengan responden met need. Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden yang unmet need termasuk dalam umur dewasa madya. Variabel ini tidak berpengaruh terhadap kejadian unmet need. Menurut Permana (2012), pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap terhadap metode kontrasepsi. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respons yang lebih rasional daripada yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap pembaharuan, lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan sosial. Baik langsung maupun tidak langsung dalam hal. Pengetahuan tentang secara umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan, pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang mengikuti program, makin besar pula pandangan pasangan suami istri bahwa anak adalah alasan penting untuk mengikuti program, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi pasangan usia subur untuk mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk mengatur jumlah anaknya. Teori tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena jumlah responden baik yang met need dan unmet need untuk pendidikan rendah, sedang, dan tinggi proporsi yang diperoleh hampir sama. Pendapatan Keluarga bahwa sebagian besar responden yang unmet need mempunyai pendapatan sedang. Variabel ini tidak berpengaruh terhadap kejadian unmet need. Keadaan sosial ekonomi yang rendah umumnya berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, timbulnya masalah kesehatan disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi. Kondisi ekonomi keluarga yang lemah mempengaruhi daya beli, termasuk kemampuan membeli alat dan obat kontrasepsi (BAPPENAS, 2013). Teori tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan karena di Kecamatan Duduksampeyan pelayanan kontrasepsi sudah digratiskan oleh pemerintah sehingga pendapatan yang didapat oleh keluarga tidak berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi oleh pasangan usia subur. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Duapadang (2013), yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan dengan unmet need KB pada pasangan usia subur. Sikap PUS terhadap bahwa sebagian besar responden yang unmet need tidak mendukung keluarga berencana. Variabel sikap terhadap keluarga berencana menunjukkan adanya pengaruh terhadap kejadian unmet need. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Novitalia (2009), bahwa sikap berkorelasi positif dengan penggunaan alat kontrasepsi. Sikap positif cenderung diikuti oleh tindakan yang mencerminkan sikap tersebut. Sikap positif merupakan kesediaan seseorang untuk bertindak sesuai dengan penilaiannya terhadap konsep KB. Semakin baik sikap seseorang terhadap KB, maka dapat diperkirakan bahwa partisipasinya akan tinggi.

74 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 4, No. 1 Juli 2015: 70 75 Akses Sosial bahwa distribusi responden berdasarkan akses sosial adalah paling banyak tidak terhambat. Variabel akses sosial menunjukkan adanya pengaruh terhadap kejadian unmet need. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Permana (2012) variabel akses sosial mempengaruhi partisipasi seseorang dalam ber- KB. Makin tinggi dukungan keluarga maka semakin tinggi pula partisipasi untuk ber-kb. Sebaliknya, jika dukungan tersebut rendah maka partisipasinya akan rendah pula. Akses Jenis dan Kualitas Layanan Kesehatan bahwa responden tidak terhambat dalam megakses jenis dan kualitas layanan kesehatan. Variabel akses jenis dan kualitas layanan kesehatan menunjukkan adanya pengaruh terhadap kejadian unmet need. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suseno (2011), yang menunjukkan bahwa akses jenis dan kualitas layanan kesehatan mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi oleh akseptor KB. Kualitas pelayanan yang baik yang disediakan oleh tempat pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KB berperan sangat penting untuk kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi bagi akseptor dan calon akseptor sehingga tidak terjadi drop out dan discontinuation yang merupakan pendorong terjadinya unmet need. Akses Informasi bahwa distribusi responden tidak terhambat dalam mengakses informasi. Variabel akses informasi menunjukkan adanya pengaruh terhadap kejadian unmet need. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suseno (2011), bahwa pilihan metode, kompetensi teknis tenaga kesehatan, informasi yang diberikan kepada klien hubungan interpersonal, mekanisme tindak lanjut dan kontinuitas merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh penyedia layanan kesehatan guna peningkatan pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi dan penerimaan metode yang efektif bagi wanita, serta mempengaruhi pilihan metode. Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Faktor yang mempengaruhi unmet need keluarga berencana dapat diketahui dengan cara menginteraksikan seluruh faktor yang berhubungan dengan unmet need keluarga berencana diantaranya adalah umur, pendidikan, pendapatan keluarga, sikap terhadap keluarga berencana, akses sosial, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan, dan akses informasi. bahwa dari hasil uji regresi logistik didapat empat variabel yang signifikan yaitu sikap terhadap keluarga berencana, akses sosial, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan dan akses informasi. Variabel sikap terhadap keluarga berencana, akses sosial, akses jenis dan layanan kesehatan dan akses informasi saling berkaitan atau saling berinteraksi satu sama lain. Sikap terhadap keluarga berencana berhubungan dengan akses sosial di mana jika keluarga dan masyarakat mendukung maka seseorang akan mendukung keluarga berencana begitu pula sebaliknya. Demikian pula dengan seseorang yang bersikap positif terhadap keluarga berencana akan menerima program keluarga berencana dengan baik sehingga dapat menerima informasi yang berkaitan dengan program berencana dan tempat layanannya. Sebaliknya, jika seseorang bersikap negatif terhadap keluarga berencana maka akan sulit untuk menerima informasi tentang keluarga berencana. Terbatasnya informasi yang didapatkan akan membuat seseorang tidak bisa menerima program keluarga berencana. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi yaitu umur, pendidikan, dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap kejadian unmet need keluarga berencana. Sikap PUS terhadap keluarga berencana berpengaruh terhadap kejadian unmet need keluarga berencana.

Kartika, dkk., Faktor yang Mempengaruhi Unmet Need 75 Faktor akses pelayanan keluarga berencana yaitu akses sosial, akses jenis dan kualitas layanan kesehatan, dan akses informasi berpengaruh terhadap kejadian unmet need keluarga berencana. Saran Upaya mengatasi unmet need harus dilakukan secara komprehensif mencakup berbagai faktor yang mempunyai pengaruh kuat. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor penyebab unmet need yang berasal dari masyarakat seperti sikap terhadap keluarga berencana dan akses sosial adalah dengan melakukan pengkajian terlebih dahulu mengenai karakteristik masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan sosial budaya yang ada di masyarakat sebelum memberikan tindakan untuk mengurangi kejadian unmet need. Sedangkan faktor dari petugas dan tempat layanan keluarga berencana yaitu akses jenis dan kualitas layanan kesehatan dan akses informasi dapat dilakukan pelatihan berkala, perbaikan mutu layanan, perbaikan tempat layanan keluarga berencana, dan evaluasi terhadap penerima layanan itu sendiri yaitu masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Ardiana, I/Apa Itu Unmet Need Dalam Keluarga Berencana.http://www.bkkbn.go.id/ ViewArtikel.aspx?ArtikelID=75 (Sitasi 16 Agustus 2014). BAPPENAS/Penanggulangan Kemiskinan.http:// www.bappenas.go.id/index.php/download_ file/view/8910/1739/ (Sitasi 22 November 2013) BKKBN. 2013. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Program: Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Timur Bulan Januari Mei 2013. Surabaya; BKKBN Provinsi Jawa Timur. Duapadang, D, Ismail A.B, dan Subirman. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Temindung Tahun 2013. PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEPENDUDUKAN, Jember: 16 Nopember 2013. Ekarini. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Partisipasi Pria dalam di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Tesis. Semarang; Universitas Diponegoro: 36. Herowati, D. 2010. Kebutuhan KB yang tidak Terpenuhi di Jawa Timur (Determinan Unmet Need dan Kinerja Pengelola Program KB). Surabaya; PUSLITBANG Keluarga Sejahtera: 1. Juliaan, F. 2009. Unmet Need dan Kebutuhan Pelayanan KB di Indonesia (Analisa Lanjut SDKI 2007). Jakarta: Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi: 1 2. Novitalia, A.A.S.D. 2009. Analisis Faktor Perilaku dan Relasi Gender dalam Unmet Need Kontrasepsi Pada Wanita di Kota Surabaya. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga. Permana, A.B. 2012. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakikutsertaan KB pada Wanita Usia Subur yang Tidak Ingin Anak Lagi di Kecamatan Tegalsari Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga. Pusat Komunikasi Publik Sekjen Kementerian Kesehatan RI/Abaikan KB, Daerah Perlu Diberi Sanksi.http://kliping.depkes.go.id/ file/15504-abaikan%20kb,%20daerah%20 Perlu%20Diberi%Sanksi.PDF. (Sitasi 14 November 2013). Suseno, M.R. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak Terpenuhi (Unmet Need for Family Planning) di Kota Kediri. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, vol. 2, 1. WHO/Unmet need for Family Planning. http:// www.who.int/reproductivehealth/topics/ family_planning/unmet_need_fp/en/ (Sitasi 16 Agustus 2014).