E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013


BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. (InfoDatin, 2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF PAKET INA-CBG S DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA PASIEN DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 27,6% meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (Alashek et al, 2013). Data dari Indonesian Renal Registry (2014)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah kesehatan dunia karena di berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM di berbagai penjuru dunia. World Health Organisation (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penderita DM yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penderita DM dari 7 juta pada tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat angka prevalensi dari laporan keduanya, tetap menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Pranoto et al., 2011). Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) penyakit DM berada pada peringkat nomor empat penyakit tidak menular dan terjadi peningkatan prevalensi DM seiring dengan bertambahnya usia dan menurun pada usia 65 tahun. Hal ini tentu dapat berdampak negatif, karena penyakit DM sebagian besar diderita oleh penduduk yang berusia produktif. Selain itu, penyakit DM juga berdampak pada kejadian penyakit baru seperti gagal jantung dan gagal ginjal, kebutaan, kelainan pembuluh darah dan syaraf, stroke serta berbagai komplikasi lain. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) penyakit DM menduduki peringkat kelima dengan jumlah 7.434 kasus dan selalu menduduki peringkat 10 besar penyakit serta menjadi penyebab kematian nomor enam di rumah sakit DIY dengan jumlah kematian 214 pada tahun 2011 (Dinkes DIY, 2013). Penyakit DM selalu menjadi sepuluh besar penyakit terbanyak di RSUD Kota Yogyakarta, baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pada tahun 2011-2012 penyakit DM menduduki peringkat pertama dengan jumlah kasus sebanyak 10.746 pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 12.294 pada tahun 2012.

2 Jumlah penderita DM yang terus meningkat, selain berdampak pada diri penderita itu sendiri juga berdampak pada peningkatan jumlah biaya yang harus dibayarkan oleh sektor terkait lain (biaya langsung dan tidak langsung). Biaya langsung yang terdiri dari: biaya rawat jalan, biaya rawat inap, biaya laboratorium, biaya profesional (dokter, farmasis, perawat dan profesi lain yang terlibat), biaya obat (modern dan tradisional) serta biaya transportasi. Sedangkan biaya tidak langsung seperti: biaya yang ditimbulkan akibat kehilangan produktifitas dan menurunnya kualitas hidup seorang penderita DM (Riewpaiboon. A et al, 2011). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Dalam pelaksanaan program JKN, pemerintah menggunakan INA-CBG s yang merupakan sistem pembayaran kepada rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Tarif paket INA-CBG s rencananya akan dikoreksi setiap tahun menyesuaikan dengan inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia (Kemenkes, 2013). Pelaksanaan JKN menuntut rumah sakit agar lebih meningkatkan mutu, efisiensi serta pelayanan yang berorientasi pada pasien. Perubahan metode pembayaran pada era JKN, berdampak pada perubahan cara pandang dan cara mengelola rumah sakit, perubahan proporsi dan penerimaan rumah sakit serta perubahan beban risiko keuangan dan mutu pelayanan rumah sakit (Wibowo, 2013). B. Perumusan Masalah Jumlah penderita DM di Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal efisiensi biaya kesehatan adalah dengan pelaksanaan program JKN. Penelitian ini akan

3 mengidentifikasi komponen biaya medik langsung penderita DM peserta BPJS dan pasien umum, sehingga diperoleh gambaran pembiayaan pasien DM di RSUD Kota Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum: Mengetahui perbedaan total biaya yang dihabiskan oleh pasien BPJS dan pasien umum rawat jalan dan rawat inap. 2. Tujuan Khusus: a. Menghitung biaya medik langsung pada pelayanan kesehatan pasien DM rawat jalan dan rawat inap pasien peserta BPJS (biaya per rawat jalan dan biaya per rawat inap). b. Menghitung biaya medik langsung pada pelayanan kesehatan pasien DM rawat jalan dan rawat inap pasien umum. c. Menghitung komponen biaya medik langsung yang menghabiskan biaya terbesar pada pelayanan kesehatan pasien DM rawat jalan dan rawat inap. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Rumah Sakit Menjadi masukan dalam penentuan tarif pelayanan kesehatan penyakit DM pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan rumah sakit dalam upaya efisiensi biaya rawat jalan dan rawat inap. 2. BPJS Kesehatan Menjadi masukan bagi BPJS dalam menentukan besaran biaya pengobatan dan perawatan pasien rawat jalan dan rawat inap penyakit DM. 3. Peneliti Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan mengembangkan pengetahuan khususnya mengenai efisiensi biaya penyakit diabetes melitus.

4 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness studies of diabetes mellitus: A systematic review dengan menggunakan 30 artikel jurnal yang telah diterbitkan dalam bahasa inggris dari tahun 2007-2011 dengan desain penelitian yang digunakan bervariasi serta kategori biaya yang digunakan juga bervariasi. Diperkirakan biaya total untuk penanganan DM menghabiskan sekitar US$141,6 juta US$174 juta (biaya langsung berkisar antara US$150 US$ 14.060 per pasien per tahun sedangkan biaya tidak langsung berkisar antara US$ 39,6 US$ 7.164 per pasien per tahun. Biaya rawat inap adalah biaya terbesar yang dihabiskan diikuti dengan jasa dokter dan obat-obatan. 2. Soewondo et al (2013) dengan judul Challenges in diabetes management in Indonesia: A literature review. Studi ini melakukan review data yang tidak dipublikasikan yang berasal dari data Departemen Kesehatan dan Asuransi Kesehatan. Penelitian ini menyajikan data prevalensi, insidensi, kematian, biaya, komplikasi, biaya komplikasi serta biaya pengobatan. Data dari survey kesehatan tahun 2007 menunjukkan prevalensi diabetes sebesar 5,7% yang mana lebih dari 70% adalah kasus diabetes yang tidak terdiagnosis. Jika penanganan penyakit DM tidak ditangani secara serius akan berdampak pada pertumbuhan prevalensi diabetes di Indonesia dan dapat menimbulkan masalah dalam era JKN. Langkah penting untuk menangani masalah ini antara lain menempatkan diabetes dan penyakit tidak menular lainnya yang menempati posisi teratas kedalam agenda pemerintahan dan membuat rencana nasional, mengidentifikasi kesenjangan wilayah dan membuat wilayah prioritas, serta mengembangkan kerangka kerja untuk kegiatan yang terkoordinasi serta melibatkan semua pihak yang terkait. 3. Andayani dan Imaningsih (2007) dengan judul Cost Analysis of Antidiabetic Drug for Diabetes Mellitus Outpatient in Kodya Yogyakarta Hospital dengan menggunakan metode retrospektif. Hasil yang diperoleh adalah komponen biaya terbesar terletak pada pembelian obat sebesar 96,4%

5 dari total jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pasien DM, diikuti dengan biaya konsultasi dan pemeriksaan laboratorium (Andayani & Imaningsih 2007). 4. Sari (2013) dengan judul Perbandingan Biaya Riil dengan Tarif Paket INA-CBG s dan Analisis Faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil Pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Inap Jamkesmas di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang bersifat komparatif dan data yang diambil secara retrospektif. Hasil yang diperoleh terdapat perbedaan selisih positif untuk penyakit DM dengan kode INA-CBG s E-4-10-I dan selisih negatif untuk penyakit DM dengan kode INA-CBG s E-4-10-II dan E-4-10-III. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi biaya riil pada pasien rawat inap jamkesmas DM dengan kode INA-CBG s E-4-10-II adalah biaya obat/barang medik, biaya pemeriksaan patologi klinik dan biaya labu darah. Faktor yang mempengaruhi biaya riil pada pasien rawat inap jamkesmas DM dengan kode INA-CBG s E-4-10-III adalah biaya visite, biaya pemeriksaan patologi klinik, biaya pelayanan instalasi dialisis, dan biaya obat/barang medik. (Sari 2013).