BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

DAFTAR PUSTAKA. Arsyad, A., (2009), Media Pembelajaran, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nia Prihatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keterampilan proses serta menumbuhkan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013 (penjelasan pada Lampiran 1), yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan memang memiliki peranan penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan institusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ARTIKEL ILMIAH. Oleh Lamtaruli Purba RSA1C113025

dituntut untuk lebih produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan suatu perubahan yang positif. Proses belajar bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator dari kelemahan kegiatan pembelajaran berkaitan dengan implementasi belajar, yaitu lemahnya proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran yang selama ini berlangsung kurang mendorong kegiatan siswa untuk dapat terlibat dan aktif mengembangkan pengetahuan karena kegiatan masih sering didominasi guru (Wasonowati, 2014). Kimia adalah salah satu mata pelajaran ilmu alam yang mempelajari gejala-gejala alam, tetapi mengkhususkan diri di dalam mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Selain itu, Mata pelajaran kimia merupakan produk pengetahuan alam yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hukum dari proses kerja ilmiah. Karena itu Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit di kalangan siswa SMA (Assriyanto, 2014). Kesulitan pembelajaran ini dapat diatasi dengan cara pengelolaan pembelajaran kimia yang baik terutama dalam tahap perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar (Rusminiati, 2015). Materi titrasi asam basa mempelajari tentang pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dalam larutan lain. Materi ini memerlukan analisis yang tinggi yang berkaitan dengan volume-volume larutan pereaksi yang disebut dengan analisis volumetri. Materi titrasi asam basa adalah salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa jika hanya diberikan secara teori saja, sehingga harus diimbangi dengan kegiatan praktikum dan pemecahan masalah. Materi ini merupakan materi yang memerlukan analisis, konsep dan perhitungan yang teliti sehingga dalam penyampaian materi harus dilakukan dengan tepat (Ernawati, 2014). Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dan dilengkapi media penghantar pembelajaran merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kegiatan belajar

2 mengajar pada materi ini. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap pelajaran, dan memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan mereka mencapai hasil belajar yang lebih baik (Pratiwi, 2014). Pemilihan model pembelajaran juga harus sesuai dengan materi yang disampaikan karena materi yang berbeda diperlukan model pembelajaran yang berbeda pula agar pencapaian tujuan dan hasil belajar menjadi maksimal. Pemilihan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik siswa (Assriyanto, 2014). Di SMA Negeri 1 Tanjung Tiram, Proses pembelajaran kimia khususnya pada materi Titrasi Asam Basa masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru, materi hanya disampaikan dengan metode konvensional. Cara penyampaian ini tidak sesuai dengan karakteristik materi Titrasi Asam-Basa. Karena materi ini memerlukan analisis yang tinggi yang berkaitan dengan volume-volume larutan pereaksi yang disebut dengan analisis volumetri. Materi titrasi asam basa adalah salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa jika hanya diberikan secara konvensional saja. Dalam hal ini peneliti menerapkan model pembelajaran problem based learning terintegrasi discovery learning. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran berbasis masalah dengan menghadapkan siswa pada permasalahanpermasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan (Aji Trihatmo, 2012). Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) juga merupakan model pengajaran yang berpusat pada siswa yang melibatkan pembelajaran melalui pemecahan masalah melalui suatu keadaan yang nyata (Etherington, 2011). Model pembelajaran berbasis masalah membuat siswa dituntut untuk belajar melalui pengalaman langsung berdasarkan masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam Problem Based Learning kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui

3 proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan (Magdalena, 2014). Pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelebihan dalam hal membantu mengembangkan berpikir kritis, komunikasi secara lisan dan tulisan dan mengembangkan kerja kelompok (Awang, 2008). Selain itu model Problem Based Learning juga dapat menimbulkan proses kognitif siswa menjadi lebih baik dengan kebiasaan berpikiran baik (Chin dan Chia, 2005). Sehingga pembelajaran berbasis masalah sangat cocok untuk pengantar ilmu karena membantu siswa mengembangkan keterampilan dan kepercayaan untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah mereka yang belum pernah dilihat sebelumnya. Beberapa penelitian tentang penerapan model problem based learning yang dilakukan oleh Nurhayati (2014) mengenai Penerapan Model Problem based learning menggunakan Media Powerpoint terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan hidrokarbon diperoleh pengaruh sebesar 73,86%. Juga hasil penelitian Pratiwi (2014) menunjukkan pembelajaran berbasis masalah efektif diterapkan pada materi reaksi redoks kelas X SMA yang dilihat dari ketercapaian pembelajaran yaitu 76,25% peserta didik memiliki aktivitas belajar tinggi; 81,25% peserta didik mencapai KKM materi reaksi redoks; dan 90,63% peserta didik memiliki sikap sangat baik melalui penilaian angket serta 82,29% peserta didik memiliki sikap baik melalui penilaian observasi. Selanjutnya, model pembelajaran penemuan atau discovery learning merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya (Jauwad, 2015). Pembelajaran Discovery Learning dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip

4 (Balım, 2009). Oleh karena itu dengan pembelajaran Dicovery Learning siswa juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, serta membina daya kreativitas produktif (Rusminiati, 2015). Pembelajaran yang menggunakan discovery learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa karena siswa dilatih untuk mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan melalui sintaks nya seperti pada tahap stimulation siswa diajak untuk mengamati dan menanya, tahap problem statement siswa diajak untuk menanya dan mengumpulkan informasi, tahap data collection siswa diajak untuk mencoba dan mengamati, tahap data processing siswa diajak untuk menalar dan menanya dan tahap terakhir verification siswa diajak untuk menalar, dan mengkomunikasikan (Pratiwi, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan Titin Oktaviani Pamungkas (2009) mengenai penerapan Discovery Learning diketahui dapat meningkatkan hasil belajar siswa, nilai rata-rata kelas eksperimen (93,53) lebih besar dari pada nilai rata-rata kelas kontrol (81,28). Ada pula hasil penelitian Hendri pratomo (2008) yang mengindikasikan bahwa siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep konsep ilmiah ketika pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan Discovery Learning. Hasil belajar siswa diperoleh nilai rata rata 66,5 untuk nilai kelas kontrol dan 79,5 untuk nilai kelas eksperimen. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning terintegrasi model pembelajaran discovery learning merupakan salah satu pola pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa, sehingga siswa mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis, Hasil penelitian kurniawan menyatakan bahwa penelitian dengan problem based learning dan discovery learning sama-sama mampu meningkatkan hasil belajar siswa (Kurniawan, 2015). Selain model pembelajaran, media juga mempengaruhi keberlangsungan proses pembelajaran dan hasil belajar.

5 Penggunaan suatu model pembelajaran akan lebih baik jika disertai dengan media (Fadliana, 2013). Media pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi (Azhar Arsyad, 2009). Salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran, dan diyakini dapat lebih meningkatkan minat belajar siswa adalah media audio visual, Media audio visual juga merupakan salah satu sarana alternatif dalam melakukan proses pembelajaran berbasis tekhnologi (Haryoko, 2009). Media audio visual yaitu jenis media selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan sebagainya. Kemampuan ini dianggap lebih baik dan lebih menarik (Sanjaya, 2011). Penggunaan audio visual dalam pembelajaran sain menguntungkan karena dapat memberikan kesempatan yang luas kepada siswa dan guru untuk mengembnagkan kemampuannya dalam investigasi dan analisis, sekaligus dapat membentuk pengetahuan dan pemahaman yang baru dalam melihat suatu permasalahan, serta mendapatkan cara pemecahan masalah dalam pembelajaran (Silitonga, 2006). Penelitian yang dilakukan Mizan taufiqurrahman (2009) dibuktikan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara pemanfaatan media audio visual dengan upaya meningkatkan kompetensi siswa, ditunjukkan dengan koefisien korelasi rxy=0,662. Sehingga didapatkan pada taraf signifikan rt(0,05)=0,250 dan taraf signifikansi rt(0,01)=0,325 karena r0>rt maka hasilnya signifikan. Sejalan dengan itu dalam jurnal penelitian karya Sapto Haryoko(2009) hasil dari penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual. Meskipun penelitian dengan menggunakan model problem based learning dengan discovery learning sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian dengan pengintegrasian model problem based learning dengan discovery learning menggunakan media audio visual belum banyak dilakukan. Oleh karna itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul Penerapan model problem based learning terintegrasi discovery learning menggunakan media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.

6 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah mengoptimalisasi pembelajaran kimia melalui penerapan model problem based learning terhadap hasil belajar siswa 2. Bagaimanakah mengoptimalisasi pembelajaran kimia melalui penerapan model discovery learning terhadap hasil belajar siswa 3. Bagaimanakah memaksimalkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa melalui pengintegrasian model problem based learning dengan discovery learning 4. Apakah dengan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran kimia dapat memaksimalkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa 5. Bagaimanakah memaksimalkan peningkatan hasil belajar kimia siswa pada materi titrasi asam basa melalui pengintegrasian model problem based learning dan discovery learning dengan media audiovisual 1.3.Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah maka masalah dalam penelitian ini dibatasi. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem based learning terintegrasi dengan discovery learning 2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audiovisual 3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI PMS SMA Negeri 1 Tanjung Tiram. 4. Pokok bahasan yang disajikan kepada siswa dalam penelitian ini adalah pokok bahasan titrasi asam basa

7 1.4. Rumusan Masalah Untuk memberikan arahan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning terintegrasi Discovery Learning menggunakan media audio visual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning terintegrasi Discovery Learning? 2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning terintegrasi discovery learning menggunakan media audio visual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model problem based learning terintegrasi discovery learning? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning terintegrasi Discovery Learning menggunakan media audio visual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model Problem Based Learning terintegrasi Discovery Learning. 2. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning terintegrasi discovery learning menggunakan media audio visual lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model problem based learning terintegrasi discovery learning.

8 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Siswa, Melalui model Problem Based Learning terintregasi Discovery Learning menggunakan media audio visual dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajar kimia pada materi titrasi asam basa. 2. Bagi Pendidik, dapat memperluas wawasan pengetahuan melalui model dan metode pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan hasil belajar peserta didik 3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran kimia disekolah 4. Bagi Peneliti, Sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang 5. Secara teoritis hasil penelitian sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang bermaksud mengadakan penelitian pada permasalahan yang sama atau berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 1.7. Defenisi operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dalam memahami setiap variabel yang ada pada penelitian ini, maka perlu diberi definisi operasional untuk mengklarifikasi hal tersebut. Adapun definisi operasional dari penelitian adalah : 1. Model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah 2. Model discovery learning merupakan suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya

9 3. Media audio visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik dalam proses pembelajaran kimia khususnya titrasi asam dan basa. 4. Hasil Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. 5. Berpikir kritis adalah sebuah proses aktif yang meliputi cara berpikir teratur atau sistematis untuk memahami informasi lebih mendalam, sehingga membentuk sebuah keyakinan kebenaran informasi yang didapat atau pendapat yang disampaikan. Proses aktif menunjukkan keinginan atau motivasi untuk mpenemukan jawaban dan mencapai pemahaman. Dalam penelitian ini kemampuan berpikir kritis siswa diukur melalui lembar observasi kemampuan berpikir kritis. 6. Titrasi Asam-Basa merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam atau basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi oleh larutan yang molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan disertai penambahan indikator.