POLA KESANTUNAN DIREKTIF DI KALANGAN PEMUDA BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DALAM INTERAKSI SOSIAL DENGAN ORANG TUA DI KECAMATAN TANON ARTIKEL PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Diajukan Oleh: SEPTIN ARIYANI A

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

ABSTRACT Keywords: rhetoric interpersonal, pragmatic, speech act, lecture, students ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

TINDAK TUTUR LANGSUNG LITERAL DAN TIDAK LANGSUNG LITERAL PADA PROSES PEMBELAJARAN MICRO TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

KAJIAN PRAGMATIK TERHADAP TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU SMA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 6 SUNGAI PENUH DALAM PROSES PEMBELAJARAN TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA WACANA HUMOR AH TENANE DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESANTUNAN BERTUTUR DI KALANGAN AWAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOYOLALI: TINJAUAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

OLEH: SURAHMAT NPM:

Transkripsi:

POLA KESANTUNAN DIREKTIF DI KALANGAN PEMUDA BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DALAM INTERAKSI SOSIAL DENGAN ORANG TUA DI KECAMATAN TANON ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diajukan Oleh: NUNIK TRI ISTIANA A 310110058 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

POLA KESANTUNAN DIREKTIF DI KALANGAN PEMUDA BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DALAM INTERAKSI SOSIAL DENGAN ORANG TUA DI KECAMATAN TANON Nunik Tri Istiana A310110058 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta istiananunik11@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur drektif dan pola kesantunan berdasarkan skala pragmatik yang terjadi di kalangan pemuda berlatar belakang budaya Jawa dalam interaksi sosial dengan orang tua di Kecamatan Tanon. Data penelitian berupa satuan lingual dalam bentuk kata, frasa, klausa, maupun kalimat pada tindak tutur direktif yang mengandung kesantunan di kalangan pemuda dalam interaksi sosial dengan orang tua. Analisis data menggunakan teknik padan pragmatis, dengan hasil kajian tergantung dari penafsiran mitra tutur itu sendiri. Hasil temuan dapat disimpulkan bahwa, berdasarkan kajian mengenai bentuk tindak tutur direktif peneliti menemukan bentuk tindak tutur direktif memerintah 3 tuturan, meminta 13 tuturan (meminta berupa ungkapan permintaan 3 tuturan, ungkapan permintaan berdasarkan penanda implisit 5 tuturan, ungkapan penawaran 2 tuturan, ungkapan harapan 2 tuturan, ungkapan permohonan 1 tuturan). Bentuk tindak tutur direktif memberi nasihat ditemukan 10 tuturan dengan rincian, memberi nasihat berupa masukan 4 tuturan, berupa rekomendasi 1 tuturan, nasihat berupa peringatan 5 tuturan. Sedangkan hasil temuan mengenai skala kesantunan, yaitu berdasarkan skala untung-rugi ditemukan 13 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang baik, 6 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang sedang, dan 7 data memiliki kesantunan yang rendah. Sementara berdasarkan skala kemanasukaan, peneliti menemukan 8 tuturan yang memiliki tingkat kesantunan yang baik, sedangkan 18 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang rendah. Terakhir, berdasarkan skala ketaklangsungan peneliti menemukan 7 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang baik dan 19 tuturan lainnya memiliki tingkat kesantunan yang rendah. Berkaitan dengan skala ketaklangsungan ditemukan 23 tuturan yang dipengaruhi adanya jarak sosial karena unsur keakraban dan rentang usia serta 3 tuturan dipengaruhi adanya otoritas atau wewenang. Kata kunci: direktif, pragmatik, dan skala kesantunan.

1 A. PENDAHULUAN Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memanfataakan bahasa sebagai media untuk berkomunikasi. Kualitas seseorang dalam bertutur dapat dilihat dalam interaksi sosial yang melingkupi kehidupan sehari-hari. Komunikasi antara penutur dengan mitra tutur dikenal dengan istilah peristiwa tutur. Rohmadi (2010:29) berpendapat bahwa peristiwa tutur bertujuan menggambarkan satu rangkaian tindak tutur dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Selengkapnya, hal itu masih berkaitan dengan aspek-aspek yang melingkupi tuturan dalam suatu komunikasi antara penutur dan lawan tutur. Komunikasi yang baik dapat dilihat ketika seorang penutur mampu menyampaikan pesan dengan baik sehingga dapat diterima oleh mitra tutur. Menurut Ritonga (2005:1), dalam komunikasi pesan menjadi salah satu unsur penentu efektivitas tidaknya suatu tindak komunikasi. Bahkan unsur pesan menjadi unsur utama selain keterlibatan komunikator dan komunikan sebagai wujud terjadinya komunikasi antarmanusia. Tanpa adanya pesan, komunikasi antarmanusia tidak akan pernah terjadi. Ujaran yang disampaikan dalam membangun sebuah interaksi hendaknya memilki tingkat kesantunan yang dianggap tidak merugikan kedua pihak atau lebih yang terlibat dalam komunikasi. Penggunaan ujaran yang melibatkan kesesuaian pesan pembicara terhadap pendengar dalam suatu percakapan bukan hanya gambaran bagaimana menyampaikan makna dan gagasan, melainkan juga bukti interaksi sosial (Azies dan Chaedar, 2000:14-15). Dalam penelitian ini menggunakan salah satu bentuk tindak tutur ilokusi sebagai titik fokus kajian, yaitu bentuk tindak tutur direktif. Oleh Searle (dalam Tarigan, 1986:47) tindak tutur direktif adalah salah satu kategori tindak ilokusi yang bermaksud menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan,

2 menganjurkan, menasihatkan. Seperti halnya Yule (2006:93) mendefinisikan tindak tutur direktif dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). Tindak tutur direktif yang dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari tuturan kalangan pemuda berlatar belakang budaya Jawa yang mengandung kesantunan disesuaikan dengan skala. Hal ini dikhususkan dalam interkasi sosial antara pemuda dengan orang tua yang berada di wilayah Kecamatan Tanon. Prayitno (2011:36) menganggap latar belakang budaya Jawa dalam hubungan interaksi sosial dinilai memiliki kedudukan yang tinggi. Orang Jawa dalam berkomunikasi perlu menghormati orang lain sesuai kedudukannya untuk menghindari konflik, sehingga hubungan antara penutur dengan mitra tutur terjalin harmonis. Bentuk tindak tutur direktif yang terjadi di kalangan pemuda dalam interaksi sosial dengan orang tua dapat dilihat pada contoh berikut. Data 01 Sutiyah : Lha iki tek lungguhane kebak. (Ini tempat duduknya kok sudah penuh). Dewi : Mbak Yah, jenengan mriki mawon. (Mbak Yah, kamu ke sini). Konteks: Tuturan terjadi di sela-sela kegiatan penyembelihan hewan di sebuah masjid di kelurahan Gabugan. Sutiyah (P) dan Dewi (MT) sama-sama berjenis kelamin perempuan. MT jauh lebih mudah daripada P. Berdasarkan tuturan di atas, penutur (P) memberitahu mitra tutur (MT) bahwa ada tempat duduk untuk dirinya. Kondisi sebenarnya tidak ada lagi tempat kosong, melainkan P ingin memberikan tempat duduknya untuk MT. Tuturan yang disampaikan P dikatakan sebagai bentuk tindak tutur direktif meminta karena adanya penanda lingual mriki. Kata tersebut memuat permintaaan yang menunjuk pada sebuah tindakan. Penanda menjelaskan adanya sebuah perintah dari P untuk MT. sehubungan dengan kedudukan P lebih rendah dari MT tuturan

3 yang disampaikan berupa permintaan dari keinginan P yang meminta MT untuk melakukan sebuah tindakan. Sehubungan dengan skala pengukur tingkat kesantunan, dapat dikatakan bahwa berdasarkan skala untung-rugi tuturan di atas memiliki tingkat kesantunan yang baik karena memprioritaskan keuntungan bagi MT. Berdasarkan skala pilihan memiliki kesantunan yang baik karena adanya kesempatan terhadap MT dari pilihan yang diajukan oleh P. Namun, jika dilihat dari skala ketaklangusungan, tuturan di atas memiliki kesantunan yang kurang baik karena tuturan P terhadap MT bersifat langsung. Selain hal itu dipengaruhi adanya faktor jarak sosial di antara keduanya yang cukup dekat terbukti dengan sapaan P yang menunjukkan keakraban. Sesuai contoh analisi di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian terhadap pola kesantunan direktif yang digunakan oleh kalangan pemuda terhadap orang tua. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana pola kesantunan direktif berdasarkan skala yang dilakukan oleh pemuda terhadap orang tua. Penelitian tentang pola kesantunan direktif pernah juga dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya: (1) Rendiyanto (2012) meneliti Analisis Tindak Tutur Direktif antara Guru Murid di Mts Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Beliau meneliti tentang tindak tutur direktif dan penerapan skala kesantunan yang digunakan guru murid. (2) Subekti (2011) meneliti Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Karya Musfar Yasin (Sebuah Tinjauan Pragmatik). Penelitian Subekti mengkaji tentang realisasi tindak tutur direktif dan skala kesantunan. Beliau meneliti tentang tindak tutur direktif dan penerapan skala kesantunan yang digunakan guru murid. Namun berbeda dengan penelitian tenang pola kesantunan direktif yang pernah dilakukan, dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada pola kesantunan bentuk tindak tutur direktif kalangan pemuda terhadap orang tua. Peneliti mencoba menganalisis bentuk-bentuk tindak

4 tutur direktif menggunakan teori dari Kreidler (1998) dan menganalisis tentang skala kesantunan direktif menggunakan teori Leech (1993). Dengan demikian, untuk menunjang penelitian lebih terstruktur, maka penelitian ini berjudul Pola Kesantunan Direktif di Kalangan Pemuda Berlatar Belakang Budaya Jawa dalam Interaksi Sosial dengan Orang Tua di Kecamatan Tanon. Penelitian ini hanya difokuskan pada bentuk tindak tutur direktif di kalangan pemuda dalam interaksi sosial dengan orang tua, khususnya di wilayah Kecamatan Tanon. Penulis juga menunjukkan tentang deskripsi kesantunan direktif yang terlihat antara pemuda dengan orang tua dalam mengungkapkan gagasan yang telah disampaikan. Masalah yang dapat dirumuskan untuk judul tersebut adalah bagaimana bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur direktif dan pola kesantunan tindak tutur direktif berdasarkan skala pragmatik yang terjadi di kalangan pemuda berlatar belakang budaya Jawa dalam interaksi sosial dengan orang tua di Kecamatan Tanon. Rumusan masalah bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur direktif dan (2) mendeskripsikan pola kesantunan direktif yang muncul di kalangan pemuda belakang budaya Jawa dalam interaksi sosial dengan orang tua di Kecamatan Tanon. Hasil temuan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran utamanya dalam mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dan pola kesantunan direktif. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar kaitannya dengan bentuk tindak tutur direktif dan pola kesantunan direktif. Dalam penelitian ini, rumusan masalah dapat dipecahakan dengan teoriteori penting, yaitu pragmatik, bentuk tindak tutur direktif, dan skala pragmatik. Yule (20006:3) mengartikan pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Studi ini berhubungan langsung dengan analisis tentang hal yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah

5 dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan ini. Yule menegaskan bahwa studi pragmatik intinya adalah studi tentang maksud penutur. Lain halnya dengan Parker (dalam Rohmadi, 2010:13) menyatakan Pragmatic is the study of language is use to communicate. Pernyataan tersebut mengartikan pragmatik mempelajarai bahasa secara eksternal, yaitu mempelajari penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Dijelaskan oleh Parker studi pragmatik mutlak harus berkaitan dengan konteks situasi tutur. Mengenai tindak tutur direktif, Kreidler (1998:190) mengklasifikasikan bentuk tindak tutur direktif menjadi tiga macam. Pertama, memerintah (commanding) hanya efektif ketika penutur memiliki derajat yang lebih tinggi dari mitra tutur. Dalam kata lain memerintah adalah tuturan dimana penutur menginginkan mitra tutur melakukan sesuatu dibawah kontrol penutur. Kedua, meminta (requesting) adalah ekspresi dari apa yang penutur inginkan terhadap mitra tutur untuk melakukan sesuatu atau tidak perlu melakukan sesuatu. Meminta penutur dianggap tidak memiliki kontrol terhadap mitra tutur. Ketiga menyarankan (suggesting) adalah ujaran yang kita buat kepada orang lain untuk memberikan opini kita apa yang harus atau tidak harus dilakukan. Secara umum penutur mengekspresikan sebuah opini pilihan tindakan kepada mitra tutur. Terdapat dua ekspresi positif (masukan, menasihati, dan anjuran/rekomendasi) dan negatif (memperingatkan). Leech (1993:194) mengidentifikasikan tiga skala yang menunjukkan derajat kearifan untuk memecahkan rumusan masalah yang kedua. Skala Untung- Rugi (Cost-Benefit Scale), yaitu skala yang memperkirakan keuntungan atau kerugian tindakan T bagi n (penutur) atau bagi t (petutur atau pendengar). Skala untung rugi terbagi menjadi dua bagian, yaitu untung rugi bagi n dan untung rugi bagi t. Dua skala tersebut bergantung, tetapi mungkin juga keberagaman skala yang satu terjadi terlepas dari keberagaman skala yang lain. Skala kemanasukaan adalah skala yang mengurut ilokusi-ilokusi menurut jumlah pilihan yang

6 diberikan oleh n kepada t. Skala pilihan menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan penutur terhadap mitra tutur. Sedangkan, skala ketaklangsungan adalah skala yang mengurut ilokusiilokusi menurut panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara untuk mencapai sebuah tujuan. Skala ketaklangsungan dirumuskan dari sudut pandang t dengan menyesuaikan panjangnya jalan inferensial yang dibutuhkan oleh makna untuk sampai ke daya. Berkaitan dengan kajian mengenai bentuk tindak tutur direktif, penelitian pernah dilakukan oleh Prayitno (2011), Nugroho (2012) dan Rizqi (2013). Dari ketiga peneliti tersebut menemukan beberapa bentuk tindak tutur direktif yang berdasarkan tipe, bentuk, dan realisasinya. Persamaan peneltian ini dengan penelitian dari ketiga peneliti tersebut adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang dominan, seperti memerintah, meminta, dan memberi nasihat atau saran. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian ketiga peneliti adalah penlitian ini lebih difokuskan pada bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang mengandung kesantunan. Selanjutnya, kajian mengenai skala, penelitian pernah dilakukan oleh oleh Subekti (2011) dan Rendiyanto (2012). Dari kedua peneliti tersebut menemukan skala kesantunan untuk mengukur bentuk tindak tutur. Persamaan penelitian ini dengan penelitian dari kedua peneliti tersebut adalah mendeskripsikan skala kesantunan pada bentuk-bentuk tindak tutur direktif. Ada tiga skala umum yang telah ditemukan, yaitu skala untung-rugi, skala pilihan, dan skala ketaklangsungan. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian kedua peneliti adalah penelitian ini lebih difokuskan pada bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang selanjutnya skala kesantunan digunakan sebagai alat pengukur bukan sekadar pembeda tingkat kesantunan dari tuturan.

7 B. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mendeskripsikan data dari tuturan direktif yang muncul di kalangan pemuda dalam interaksi sosial dengan orang tua dalam bentuk narasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif di kalangan pemuda dalam interaksi sosial dengan orang tua di Kecamatan Tanon. Objek dalam penelitian ini adalah tindak tutur yang mengandung pola kesantunan direktif di kalangan pemuda berlatar belakang budaya Jawa dalam interaksi sosial dengan orang tua di Kecamatan Tanon. Data penelitian berupa satuan lingual yang berupa kata, frasa, kalausa, maupun kalimat dalam tindak tutur direktif yang mengandung kesantunan yang digunakan oleh kalangan pemuda dalam ineraksi sosial dengan orang tua. Sumber data penelitian berupa tuturan oleh kalangan pemuda dalam interaksi sosial dengan orang tua di Kecamatan Tanon. Metode pengumpulan data, dilakukan dengan penyimakan terhadap tindak tutur direktif di kalangan pemuda dalam interaksi dengan orang tua. Selanjutnya menggunakan teknik catat untuk mencatat tindak tutur direktif dari ujaran lisan ke dalam bentuk tulis dan mengklasifikasikan ujaran direktif ke dalam kelompokkelompoknya. Selanjutnya, analisis data menggunakan teknik padan pragmatis. Teknik tersebut untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur direktif di kalangan pemuda yang didukung dengan teori tindak tutur dari Kreidler dan mendeskripsikan skala pragmatik sebagai pengukur kesantunan tindak tutur direktif di kalangan pemuda dengan menggunakan teori kesantunan dari Leech. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dan pola kesantunan bentuk tindak tutur direktif berdasarkan skala pragmati yang terjadi di kalangan pemuda berlatar belakang budaya Jawa dalam interaksi sosial dengan orang tua di kecamatan Tanon. Tindak tutur dikaji berdasarkan bentuk-

8 bentuk kesantunan tindak tutur direktif yang dikaitkan dengan skala-skala pragmatik sebagai alat pengukur tingkat kesantunan yang digunakan. 1. Bentuk Tindak Tutur Direktif Peneliti menguraikan masalah tentang bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur direktif. Berdasarkan 26 data yang ditemukan, peneliti menemukan 3 bentuk umum tindak tutur direktif yaitu memerintah, meminta dan memberi nasihat/saran. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kreidler (1998:190) yang juga mengklasifikasikan bentuk tindak tutur direktif menjadi tiga macam. a. Bentuk Tindak Tutur Memerintah Dalam bentuk tindak tutur memerintah peneliti menemukan 3 tuturan yaitu tuturan 17, 20, dan 21. Ketiga data tersebut memiliki kesamaan bentuk tindak tutur direktif memerintah karena adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki oleh penutur. Berikut contoh hasil analisis. Tuturan 17 Kami mohon Bapak dan Ibu tamu undangan segera masuk. Waktu sudah menunjukkan pukul 8, ini juga sudah lewat 30 menit dari agenda semula. Konteks: Tuturan terjadi saat pembawa acara menyuruh tamu undangan untuk segera masuk ke area acara. Penutur berjenis kelamin perempuan (Pr) yang bertugas sebagai pembawa acara dan masih duduk di bangku SMP. Tamu undangan sebagai mitra tutur (MT) didominasi oleh bapak-ibu yang usianya lebih dari 30 tahun. Tuturan 17, menggambarkan tuturan penutur (selanjutnya disebut P) yang mengandung ungkapan perintah berdasarkan pemarkah lingual mohon. Pemarkah lingual tersebut seperti arahan dari P terhadap MT agar MT melakukan apa yang diinginkan P. Hal

9 itu bisa dibuktikan pada tuturan 17, dengan tuturan P, Kami mohon Bapak dan Ibu tamu undangan segera masuk, menggambarkan kedudukan P yang bertindak sebagai pembawa acara pada malam itu menyampaikan sebuah arahan yang dianggap sebagai perintah. b. Bentuk Tindak Tutur Direktif Meminta Berdasarkan hasil anaisis ditemukan 13 tuturan yang termasuk ke dalam bentuk tindak tutur direktif meminta dengan rincian 3 tuturan yang berupa permintaan (tuturan 01,16, dan 25), 05 tuturan berupa permintaan berdasarkan penanda implisit (tuturan 08, 12, 13, 14 dan 19), 2 tuturan yang berupa penawaran (tuturan 03 dan 15), dan 2 tuturan berupa harapan (tuturan 05 dan 10), serta 1 tuturan berupa permohonan (tuturan 22). Berikut contoh hasil analisis. Tuturan 16 Dian : Wah gasik nggih pak. Monggo pinarak pak. (Wah lebih awal ini pak. Silakan masuk pak). Suparji: Nggih mas, keri wae, jek sepi ngunu. (Iya mas, nanti saja. Itu masih sepi). Konteks: Tuturan terjadi sebelum acara HUT dimulai. Para pemuda ditugaskan untuk menjadi penerima tamu. Tuturan 16, Wah gasik nggih pak. Monggo pinarak pak (Wah lebih awal ini pak. Silakan masuk pak). Tuturan tersebut masuk dalam bentuk tindak tutur direktif memerintah yang ditandai dengan penanda lingual monggo (silakan). Penanda lingual dalam tuturan itu, jika dilihat dari bentuk kalimat penanda yang muncul menunjuk pada sebuah perintah dari P terhadap MT. Namun, berdasarkan segi makna sesuai kedudukan P yang lebih rendah menjelaskan tuturan hanya berupa permintaan terhadap MT untuk melakukan sebuah tindakan ataupun tidak sesuai kenginan P. Dikatakan demikian karena tuturan P

10 tidak menimbulkan unsur paksaan terhadap MT harus melakukan keinginan P. c. Bentuk Tindak Tutur Direktif Memberi Nasihat atau Saran Dalam bentuk tindak tutur yang ketiga, yaitu menyarankan, peneliti menemukan 10 tuturan yang termasuk ke dalam bentuk tindak tutur memberi nasihat/saran dengan rincian 4 tuturan (tuturan 04, 06, 09 dan 23) mengandung masukan dan 1 tuturan mengandung rekomendasi yaitu tuturan 11 serta 5 tuturan yang mengandung peringatan (tuturan 02, 07, 18,24 dan 26). analisis. Berikut contoh hasil Tuturan 04 Soni : Mas, ki sego karo banyune. Sarapan sik wae, mumpung rodo longgar. (Mas, ini nasi dan minumnya. Ayo kita sarapan dulu. Mumpung ada waktu senggang). Mas yono: Iyo gampang. Mengko tak susul. (Iya gampang. Nanti saya menyusul). Konteks: Tuturan terjadi di sela-sela kegiatan penyembelihan hewan qurban di dukuh Pantirejo, Kelurahan Ketro. Soni sebagai P jauh lebih muda dibanding Mas Yono sebagai MT. Tuturan 04, dengan tuturan Mas, ki sego karo banyune. Sarapan sik wae, mumpung rodo longgar. (Mas, ini nasi dan minumnya. Ayo kita sarapan dulu. Mumpung ada waktu senggang), P memberitahu MT tentang makanan untuk sarapan sudah siap. P berusaha memberi masukan kepada MT untuk ikut makan bersama selagi ada waktu yang senggang. Tuturan P tersebut termasuk dalam bentuk tindak tutur direktif memberi nasihat karena P menyampaikan sebuah saran terhadap P. Saran yang disampaikan menjadi penanda bentuk tindak tutur direktif. Tuturan yang diungkapkan P tersebut

11 disampaikan dalam bentuk ekspresi positif yang berupa masukan untuk MT. Berdasarkan temuan dari bentuk tindak tutur direktif peneliti menyimpulkan bahwa ketiga bentuk tindak tutur direktif yang dikemukakan oleh Kreidler bisa ditemukan dalam interaksi sosial dengan orang tua yang dilakukan oleh pemuda. Bentuk tindak tutur direktif yang dilakukan pemuda kepada orang yang lebih tua cenderung menggunakan bentuk tindak tutur direktif meminta yaitu 13 tuturan (50%). Khusus untuk bentuk tindak tutur memerintah dapat dilakukan oleh penutur yang lebih muda kepada mitra tutur yang lebih tua dengan alasan penutur memiliki wewenang atau otoritas ataupun peranan sosial sementara yang dimiliki oleh penutur. 2. Skala kesantunan Tindak Tutur Direktif Dari 26 tuturan yang telah ditemukan dapat dianalisis berdasarkan skala kesantunan yang di ungkapkan oleh leech. Leech menegaskan adanya tiga skala yang digunakan untuk mengukur kesantunan. Ketiga skala tersebut meliputi, skala untung-rugi, skala kemanasukaan atau pilihan, dan skala ketaklangsungan. Berdasarkan skala untung rugi, peneliti menemukan 13 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang baik (tuturan 01, 02, 03, 04, 05, 07, 09, 11, 16, 18, 23, 24, 26), 6 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang sedang (tuturan 06, 10, 15, 17, 20, 21), dan 7 tuturan memiliki kesantunan yang rendah (tuturan 08, 12, 13, 14, 19, 22, 25). Sementara berdasarkan skala kemanasukaan atau pilihan, peneliti menemukan 8 tuturan (tuturan 01, 03, 04, 06, 09, 15, 16, 23) yang memiliki

12 tingkat kesantunan yang baik, sedangkan 18 tuturan (tuturan 02, 05, 07, 08, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26) memiliki tingkat kesantunan yang rendah. Terakhir, berdasarkan skala ketaklangsungan peneliti menemukan 7 tuturan (tuturan 05, 10, 08, 12, 13, 14, 19) memiliki tingkat kesantunan yang baik dan 19 tuturan (tuturan 01, 02, 03, 04, 06, 07, 09, 10, 11, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26) lainnya memiliki tingkat kesantunan yang rendah. Selanjutnya, masih berkaitan dengan skala ketaklangsungan ditemukan 23 tuturan yang dipengaruhi oleh faktor jarak sosial karena unsur keakraban dan rentang usia yang mempengaruhi penutur maupun mitra tutur. berikut. Hasil analisi mengenai skala kesantunan dapat dilihat pada cuplikan Tuturan 11 Tono : Ngapunten pak, dalane mriki nembe di cor. (Maaf pak jalannya baru dicor.) Mt : lha pye ki? (lha terus bagaimana?) Tono : Jenengan mang lurus mawon terus belok kiri. (Bapak lurus saja terus belok ke kiri). Mt : Nggih, matur nuwun. (Iya, terima kasih). Konteks: Tuturan terjadi disela-sela kegiatan pengecoran jalan di dukuh. Tono sebagai P adalah anak muda yang membantu pengecoran jalan. Tiba-tiba ada bapak-bapak yang datang dan ingin melewati jalan yang sedang dicor. Berdasarkan skala untung-rugi, tuturan (11) dengan tuturan Jenengan mang lurus mawon terus belok kiri (Bapak lurus saja terus belok ke kiri), menggambarkan keuntungan terhadap mitra tutur. semakin tutura yang disampaikan memberikan keuntungan terhadap mitra tutur maka tutura dianggap santun. Tuturan pada tuturan (11) tersebut penutur memebrikan rekomendasi atau anjuran terhadap mitra tutur dengan menunjukkan jalakn lain yang bisa dilewati oleh mitra tutur. Bagi mitra tutur sendiri tuturan yang disampaikan penutur memberikan keuntungan sehingga rekomendasi

13 atau atau anjuran yang diterima memudahkannnya untuk bisa menuju ke temapt yang dituju. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tuturan pada tuturan (11) memiliki tingkat kesantunan yang baik. Berdasarkan skala pilihan, tuturan pada tuturan (11), tidak menggambarkan adanya kelonggaran pilihan terhadap mitra tutur. Apa yang disampaikan penutur mau tidak mau harus dilakukan oleh mitra tutur karena hanya ada satu jalan alternatif yang dianjurkan tersebut harus dilakukan oleh mitra tutur sehingga bisa sampai ke tempat tujuan. Semakin tuturan yang disampaikan meberikan keleluasaan pilihan terhadap mitra tutur maka tuturan dianggap santun. Oleh karena itu, dari penjelasan di atas maka tuturan pada tuturan (11) memiliki tingkat kesantunan yang kurang baik, karena tidak memberikan kelonggaran pilihan terhadap mitra tutur. Berdasarkan skala ketaklangsungan, tuturan pada tuturan (11) disampaikan secara langsung. Semakin tuturan yang disampaikan bersifat tidak langsung maka tuturan dianggap santun. Berkaitan dengan tuturan (11), karena tuturan yang disampaikan secara langsung, maka dapat disimpulkan bahwa tuturan pada tuturan (11) memiliki tingkat kesantunan yang kurang baik. Selain hal itu, tuturan juga dipengaruhi oleh jarak sosial karena rentang usia antara P dan MT cukup jauh. Selain itu P dan MT tidak menunjukkan adanya keakraban diantara keduanya. Berdasarkan hasil temuan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan skala untung rugi tuturan yang diujarkan penutur yang memiliki usia lebih muda dibanding mitra tutur memiliki kesantunan yang baik. Sementara berdasarkan skala ketaklangsungan maupun skala kemanasukaan atau pilihan, tuturan yang diujarkan penutur yang memiliki usia lebih muda dibanding mitra tutur tidak memiliki kesantunan yang baik atau tingkat kesantunan yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemuda dalam

14 hal interaksi sosial dengan orang tua khususnya di kecamatan Tanon dikatakan kurang memiliki kemampuan untuk bertutur secara tidak langsung dengan keleluasaan pilihan terhadap mitra tutur. D. Simpulan dan saran Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, peneliti menggambarkan simpulan umum sebagai berikut. Sesuai bentuk tindak tutur direktif yang telah dikaji, peneliti menyimpulkan bahwa ketiga bentuk tindak tutur direktif yang dikemukakan oleh Kreidler bisa ditemukan dalam interaksi sosial dengan orang tua yang dilakukan oleh pemuda. Dari 26 tuturan dalam bentuk tindak tutur memerintah peneliti menemukan 3 tuturan (17,20, 21), dan 10 tuturan (04, 06, 09, 23, 11, 02, 07, 18, 24, 26) yang termasuk ke dalam bentuk tindak tutur memberi nasihat atau saran. Adapun bentuk tindak tutur direktif yang dilakukan pemuda kepada orang yang lebih tua cenderung menggunakan bentuk tindak tutur meminta yaitu 13 tuturan (01, 16, 08, 12, 13, 14, 19, 03, 15, 05, 10, 22, 25). Khusus untuk bentuk tindak tutur memerintah dapat dilakukan oleh penutur yang lebih muda kepada mitra tutur yang lebih tua dengan alasan penutur memiliki wewenang atau otoritas ataupun peranan sosial sementara yang dimiliki oleh penutur. Berdasarkan analisis skala kesantunan, pada skala untung rugi, peneliti menemukan 13 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang baik (tuturan 01, 02, 03, 04, 05, 07, 09, 11, 16, 18, 23, 24, 26), 6 tuturan memiliki tingkat kesantunan yang sedang (tuturan 06, 10, 15, 17, 20, 21), dan 7 tuturan memiliki kesantunan yang rendah (tuturan 08, 12, 13, 14, 19, 22, 25). Sementara berdasarkan skala kemanasukaan atau pilihan, peneliti menemukan 8 tuturan (tuturan 01, 03, 04, 06, 09,15, 16, 23) yang memiliki tingkat kesantunan yang baik, sedangkan 18 tuturan (tuturan 02, 05, 07, 08, 10,

15 11, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26) memiliki tingkat kesantunan yang rendah. Terakhir, berdasarkan skala ketaklangsungan peneliti menemukan 7 tuturan (tuturan 05, 10, 08, 12, 13, 14, 19) memiliki tingkat kesantunan yang baik dan 19 tuturan (tuturan 01, 02, 03, 04, 06, 07, 09, 10, 11, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26) lainnya memiliki tingkat kesantunan yang rendah. Selanjutnya, masih berkaitan dengan skala ketaklangsungan ditemuakn 23 tuturan yang dipengaruhi oleh faktor jarak sosial karena unsur keakraban dan rentang usia yang mempengaruhi penutur maupun mitra tutur. Dari simpulan yang telah diuraikan, analisis terhadap bentuk tindak tutur direktif di kalangan pemuda dalam interaksi sosial dengan orang tua, saran dari peneliti untuk pembaca diharapkan hasil penelitian dapat memberi kontribusi bagi tenaga pendidik dalam proses pembelajaran khusunya sebagai bahan pembelajaran utamanya dalam mempelajarai dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dan pola kesantunan direktif. Peneliti berharap temuan atau kajian tidak hanya dijadikan sebagai salah satu sumber belajar kaitannya dengan bentuk tindak tutur direktif dan pola kesantunan direktif, melainkan bermanfaat pula sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan bentuk tindak tutur direktif dan pola kesantunan direktif. E. DAFTAR PUSTAKA Apriliani, Rian. 2014. Pergeseran Tindak Kesantunan Direktif Memohon di Kalangan Anak SD Berlatar Belakang Budaya Jawa. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Azies, Furqanul dan Chaedar Alwasilah. 2000. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kreidler, Charles W. 1998. Introducing English Semantics. London: Routledge. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

16 Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh Oka, M.D.D. 1993. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Prayitno, Harun Joko. 2011. Teknik Dan Strategi Tindak Kesantunan Direktif Di Kalangan Andik Sd Berlatar Belakang Budaya Jawa dalam Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, volume 23, No. 2 Desember 2011, hal:204-218. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Indonesia FKIP UMS.. 2011. Kesantunan Sosiopragmatik. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Rahardi, Kunjana. 2007. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Rendiyanto, Rendiyanto. 2012. Analisis Tindak Tutur Direktif Antara Guru Murid di Mts Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ritonga, Jamiluddin. 2005. Tipologi Pesan Persuasif. Jakarta: PT. Indeks. Rizqi, Dwi Sari dkk. 2013. Tindak Tutur Direktif dalam Novel Pukat Karya Tere-Liye dalam Jurnal Bahasa dan Sastra, volume 1, No. 2 Maret 2013. Jurusan Sastra Indonesia FBS UNP. Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Subekti, Oktavia. 2011. Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Karya Musfar Yasin (Sebuah Tinjauan Pragmatik). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Prgamatik. Bandung: Angkasa. Yule, George. 1996. Pragmatik. Terjemahan oleh Wahyuni, Indah Fajar. 2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.