Oleh: Joni Martin, SH, MH Peneliti Pertama Bidang Kepakaran Kebijakan Publik Tenaga Ahli Dr. Ahmad Subhan. SIP, M.Si

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007). Air minum aman untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 (UU RI No. 36 Tahun 2009 pasal 48). Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangatlah bermacam-macam, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

PENERAPAN STANDAR MUTU AIR MINUM ISI ULANG DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang terutama pelajar. mencapai Rp /galon (Athena, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan materi essensial di dalam kehidupan. Tidak ada satu pun

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berasal dari Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dengan persentase ratarata

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

I. PENDAHULUAN. menyebabkan masyarakat cenderung memilih cara yang lebih praktis dengan biaya

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang penulis lakukan maka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Air memegang peranan penting dalam proses metabolisme tubuh,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal

Peran Perempuan dalam. Air, Sanitasi dan Higiene. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan membeli air isi ulang di agen-agen resmi perusahaan air

UJI BAKTERIOLOGIS AIR MINUM BEBERAPA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH ANDREW VALENTINO B.P

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat menyebabkan setiap orang memiliki bermacam-macam kebutuhan

PENERAPAN ETIKA BISNIS TERHADAP KELAYAKAN DAN KEAMANAN AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN BOGOR. Abstract

RENCANA TINDAK LANJUT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sanitation and Drinking Water Quality on Drinking Water Station. Sanitasi dan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum (DAM)

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI PADA DEPOT AIR MINUM DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN TAHUN 2016

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

PENGAWASAN SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN, TEMPAT-

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN MAKANAN DAN MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa

ASPEK KUALITAS AIR DAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO TAHUN 2012

MINUMAN BERALKOHOL: DILARANG ATAU DIAWASI PEREDARANNYA Oleh : Arif Usman, SH, MH *

Purwitasari,.R.H, Zulkarnaini, Suyanto 2017 : 11 (1)

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN.

PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN DEPOT AIR MINUM DALAM MENJAMIN KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL TAHUN 2015 JUDUL:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN, TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

JURNAL EKONOMI KEUANGAN DAN MANAJEMEN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

PERSYARATAN TEKNIS DEPOT AIR MINUM DAN PERDAGANGANNYA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. minum dalam kemasan (AMDK) maupun air minum isi ulang (AMIU) (Cecilia,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara rasio di dalam sebuah negara yang tingkat kepadatan penduduknya

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

Transkripsi:

Oleh: Joni Martin, SH, MH Peneliti Pertama Bidang Kepakaran Kebijakan Publik Tenaga Ahli Dr. Ahmad Subhan. SIP, M.Si PENDAHULUAN Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. Pada kenyataannya kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum sering bermasalah karena belum memenuhi standar air minum, hal ini didukung oleh beberapa penelitian. Seperti hasil analisis terhadap sampel air minum isi ulang di 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya) menyatakan 34% sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas air minum berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, 16% sampel tercemar bakteri coliform. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, menunjukkan bahwa, pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait, masih belum optimal dan menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terdapat peningkatan rumah tangga yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum dari 13,8% pada tahun 2010 meningkat menjadi 21% pada tahun 2013. Berdasarkan jenis sumber air minum yang digunakan, presentase terbesar berasal dari sumur galian. Hasil observasi awal Peneliti ke bebepara Depot Air Minum isi ulang pada bulan April tahun 2017, ditemukan ada depot air minum yang belum memiliki izin, bahkan ada izin atas nama orang lain, dengan alasan bahwa peralatan Depot hasil dibeli dari pemilik izin sebelumnya. Disisi lain sumber air yang dikelola berasal dari sumur galian milik pribadi. Begitu juga ketika ditanyakan tentang pengawasan oleh dinas kesehatan, pemilik depot mengatakan pernah 1 kali pada tahun 2016, dan disuruh membuat izin tapi si pemilik tidak mengikuti dan tidak ada sanksi yang diterapkan. Padahal dalam Keputusan Menkes No:907/Menkes/SK/VII/2002, jelas disebutkan bahwa perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan kualitas air minum yang diselenggarakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar air yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada, terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan kualitas air minum yang layak. 1 Dan berdasarkan Pasal 1 Angka 6 Permenkes Nomor 43 Tahun 2014 disebutkan bahwa Tim Pemeriksa Depot Air Minum adalah tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan yang bertugas untuk melakukan penilaian pemenuhan persyaratan teknis usaha DAM. Dari beberapa hasil penelitian dan hasil observasi, perlu kiranya dilakukan pengkajian 1 Theo Kharismajaya, Pengawasan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi Ulang (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/Menkes/Per/Vi/2010), Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman, Hal.9.

untuk melihat bagaimana pola pengawasan terhadap Depot Air Minum, dan Kendala apa saja yang dihadapi Tim pengawas dalam melaksanakan pengawasan, karena air merupakan kebutuhan pokok utama bagi setiap manusia, sehingga diperlukan peran dan tanggung jawab dari pemerintah. METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe pendekatan penelitian Mitc Metode (Sugiono,2014). dengan maksud untuk melihat dan meneliti secara langsung bagaimana penerapan peraturan yang berlaku dengan fakta dan kenyataan dari masyarakat. Sampel penelitian adalah Pemerintah daerah (Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian perdagangan) serta Masyarakat Pelaku usaha Depot Air Minum dengan jumlah sampel Responden 10 Instansi yang berada di 5 Daerah (Kerinci, Bungo, Tanjab Barat, Kota Jambi) dan 100 Depot Air yang ada di Kota Jambi yang diambil secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan cara Wawancara dan penyebaran Kuisioner. Hasil pengumpulan data kemudian dianalisis secara kualitatif dan untuk kuisioner digunakan program SPSS sebagai alat analisis sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Sumber Air Minum Masyarakat Terkait dengan air sebagai kebutuhan untuk minum, ada berbagai sumber yang digunakan oleh masyarakat khusus untuk kebutuhan minum, sumber-sumber tersebut antara perhatikan gambar berikut: Gambar 2.1. Sumber Air untuk minum masyarakat 35 30 25 20 15 10 5 0 2,83 Air kemasan 22,58 Air isi ulang 10,23 Leding sampai rumah 1,13 1,38 leding eceran Pompa Sumber data: Podes,2014 29,5 sumur 15,01 sumur tak 2,47 mata air 0,98 mata air tak 4,04 air sungai 9,85 air hujan 2.2 Pelaksanaan Pengawasan Oleh Pemerintah Berdasarkan hasil analisis, pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap pengelolaan Air untuk minum bagi masyarakat masih belum optimal, hal ini terlihat dari jumlah pengawasan yang hanya 15,65% (Statistik Kesehatan,2015) dari sumber air minum yang ada. 2.2.1 Kelengkapan Administrasi usaha Peraturan Menteri Perdagangan nomor 651 tahun 2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum Dan Perdagangannya, pada Pasal 2 telah telah diatur mengenai persyaratan usaha Depot Air Minum isi ulang, antara lain adanya tanda daftar usaha, kepemilikan Surat Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM, wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium. Kepemilikan Tanda daftar usaha Tanda daftar merupakan salah satu bukti dokumentasi ketika suatu perusahaan akan didirikan. Tanda daftar usaha ini dapat berbentuk SIUP dan SITU. Berdasarkan hasil observasi terhadap 100 Depot air minum, 80% pengusaha tidak memiliki Surat tanda daftar usaha, hanya 20% yang memiliki. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata pengusaha Depot keberatan untuk mengurus izin usaha karena modal yang kecil sementara hasil usahanya belum tentu nampak. Seperti yang disampaikan oleh Ahmad syaikoni yang mengatakan: usaha Depot kami baru berjalan 1,5 tahun dengan pendapatan rata-rata sekitar 50-100 galon (saat ramai) perhari, pada saat sepi bisa-bisa dalam 1 hari hanya hanya 10 galon. Modal usaha kami hanya 20 juta, sehingga untuk mengurus SIUP/SITU kami belum mampu, tapi kalau usaha kami lancar kana segera diurus (wawancara, 21 November 2017).

Pendapat yang mendukung juga didapatkan dari hasil analisis hasil wawancara dengan beberapa petugas yang didapat bahwa petugas sulit untuk memaksa pengusaha melengkapi administrasi seperti izin usaha produksi dan tanda daftar usaha. Dari dua kasus ini terindikasi bahwa banyak sekali usaha-usaha yang dijalankan oleh masyarakat tidak memiliki izin atau terdaftar. Kepemilikan Surat Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM Persyaratan administrasi lain ketika Depot air minum akan didirikan adalah, surat Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM. Berdasarkan berbagai referensi menyebutkan, sumber air baku Depot air minum berasal dari PDAM, dan Sumur. Hasil observasi ke beberapa depot air, diketahui bahwa 59.8 persen sumber air untuk Depot berasal dari PDAM, 18.3 persen berasal dari air sumur dan 22 persen dari pembelian dengan pihak swasta. Dari 59.8 persen pengusaha yang menggunakan PDAM sebagai sumber air untuk usaha produksinya, hanya 2 persen yang memiliki surat jaminan pasok air baku dari PDAM, sementara 98 persennya tidak memiliki surat jaminan pasok air baku dari PDAM. Laporan Hasil Uji Air Minum Yang Dihasilkan Dari Laboratorium Undang-undang telah menetapkan, untuk air yang akan diproduksi dan dimanfaatkan untuk dijual kemasyarakat harus memenuhi standar baku melalui uji kelayakan dari Laboratorium yang telah ditunjuk oleh pemerintah. berdasarkan hasil observasi terhadap Depot Air, diketahui bahwa hanya 77 persen pengusaha yang melaksanakan uji laboratorium, dan ada 22 persen yang tidak melakukan uji laboratorium. Kengganan pengusaha untuk melakukan uji laboratorium, disebabkan pemahaman pengusaha yang sangat minim terhadap pentingnya standar baku kualitas air. Seperti yang dikemukakan oleh Ria, yang mengatakan kami enggan untuk mengecek standar baku air kelaboratorium, karena harus mengeluarkan uang yang besar, sementara sumber air kamikan berasal dari PDAM. Sumber air dari PDAM atau tidak pada prinsipnya terletak pada kualitas alat/mesin yang digunakan untuk memproses air. Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo menemukan, beberapa depot air berasal dari PDAM masih ada yang tidak layak dan memenuhi standar air baku, begitu juga halnya dengan Sumber air yang berasal dari sumur. 2.2.2 Kepemilikan sertifikat laik sehat Kepemilikan sertifikat laik sehat, aan sangat tergantung pada kepemilikan laporan hasil uji air minum yang dihasilkan dari laboratorium. Sertifikat laik sehat Sertifikat yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan, merupakan bukti penting yang harus dimiliki oleh pengusaha depot dalam proses produksi. Untuk mendapatkan sertifikat laik sehat, beberapa daerah memberikan secara gratis dan sudah tercakup semua biaya ketika membuat hasil uji air minum. Akan tetapi berdasarkan hasil observasi, 77persen pengusaha memiliki sertifikat laik sehat, 2 persen dalam proses dan 21 persen tidak memiliki sertifikat laik sehat. Dari 77 persen yang memiliki sertifikat, 23 persennya sudah tidak berlaku lagi karena sudah lewat dari masa berlaku sertifikat yakni 3 tahun. 2.2.3 Pengawasan Sebagaimana telah dipaparkan pada landasan teori bahwa, pengawasan terdiri atas 2 bagian yakni pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal dilakukan sendiri oleh pengusaha Depot sementara pengawasan eksternal dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan/atau Tim yang dibentuk. Pengawasan internal berdasarkan Permenkes Nomor 43 tahun 2014 tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum Pasal 15 dan 16, pengusaha wajib melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap Depot mulai dari peralatan/mesin sampai dengan Penjamah/ pelaku usaha. Berdasarkan hasil observasi,

diketahui bahwa 94 persen pengusaha melaksanakan pemeriksaan terhadap Depot airnya, mulai dari penggantian filter, pemeriksaan kualitas air secara berkala minimal 6 bulan 1 kali, dan pembersihan wadah penampungan. Namun ada juga pengusaha yang tidak melakukan penggantian secara rutin terutama pada filter. Temuan dinas kesehatan kabupaten bungo terhadap ketidak layakan kualitas air hasil pengecekan laboratorium ditemukan pada filter penyaring dan ultraviolet yang tidak layak digunakan lagi, sementara harga 1 unit ultraviolet sangat mahal. Pengawasan eksternal berdasarkan permenkes nomor 43 tahun 2014 dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Hasil observasi dan wawancara dengan beberapa dinas kesehatan kabupaten, diketahui bahwa kunjungan ke depot sangat sulit untuk dilaksanakan secara berkelanjutan jika merujuk pada permenkes, karena disamping jumlah depot yang besar, anggaran dan SDM yang tersedia juga masih sangat minim. Sehingga pengawasan dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung, secara langsung dilakukan dengan mendata dan melakukan inspeksi mendadak kedepot dengan jadwal yang disepakati dan disesuaikan dengan anggaran serta laporan, sementara pengawasan tidak langsung dilaksanakan dengan mengupdate jumlah depot terdaftar dan melakukan pengecekan air. Berdasarkan hasil observasi ke Depot, informasi yang serupa juga diketemukan, karena 74.4 persen kunjungan oleh petugas dilaksanakan diatas 6 bulan, bahkan 12.2 persen kunjungan hanya dilaksanakan di awal pendaftaran Depot. 2.3. Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah dalam melaksanakan pengawasan terhadap Depot air minum isi ulang Setiap program yang dilaksanakan pasti akan mengalami kendala atau hambatan dalam pelaksanaannya. Tidak berbeda dengan pelaksanaan pengawasan oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian Perdagangan dalam melaksanakan tugasnya mengawasi beredarnya produksi air minum ke masyarakat. Dari hasil analisis didapatkan 4 kendala utama bagi pemerintah dalam melakukan pengawasan antara lain: Regulasi, Ketersediaan Anggaran, SDM dan kesadaran masyarakat. Regulasi Berdasarkan hasil observasi, ditemukan hanya 2 kabupaten yang memiliki aturan pelaksana lanjutan untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Depot air minum, yakni Kota Jambi (Perda nomor 14 tahun 2015 tentang Pemeriksaan Kualitas Air) dan Kabupaten Bungo melalui Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan. Sementara beberapa wilayah lain belum memiliki regulasi yang kuat, sehingga menjadi kendala ketika ditemukan pelanggaran dalam pengelolaan. Seperti pendapat Kasi PP OR kab merangin: kendala utama dalam melakukan pengawasan ada pada regulasi yang belum terbentuk di kabupaten merangin sehingga dalam untuk memberikan tindakan tegas kepada pengusaha yang tidak mempunyai izin tidak bias dilakukan 2. Ketersediaan Anggaran Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa ketersediaan anggaran untuk melakukan pengawasan menjadi suatu kendala dalam pelaksanaan pengawasan. Dinas kesehatan kabupaten kerinci salah satu contohnya, anggaran kegiatan pengawasan terkhusus untuk pengawasan Depot air minum tidak tersedia sehingga untuk melakukan pengawasan atau membentuk tim pengawas menjadi riskan. Begitu juga halnya dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mengatakan bahwa anggaran untuk pengawasan tahun 2018 tidak tersedia, bahkan sub unit pelaksana pengawasan dan perlindungan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat akan dilebur atau dihilangkan. 2 Wawancara pada tanggal 2 Oktober 2017

Sumber Daya Manusia Kendala lainnya ketika akan dilaksanakan pengawasan adalah ketersediaan Sumber daya manusia. Permasalahan ketersediaan sumber daya manusia merupakan masalah klasik dalam tubuh pemerintah. Permasalahan ini muncul akibat adanya pengurangan pegawai, sementara penerimaan pegawai masih tidak terlaksana. Dikaitkan dengan pengawasan terhadap Depot, beberapa instansi pemerintah mengatakan bahwa SDM untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan sangat minim. Bahkan dibeberapa wilayah, kasus sama terjadi pada penempatan program yang tidak jelas dan terbagi-bagi tanpa ada unit khusus yang menangani, sehingga untuk memenuhi kebutuhan SDM sulit untuk dilaksanakan. Kesadaran Masyarakat Kesadaran masyarakat untuk mengikuti aturan yang telah diberikan, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai kasus yang terjadi masih sangat minim. Masyarakat baru akan menyadari kesalahannya ketika telah terjadi kasus atau timbul masalah. Tidak berbeda dengan pelaku usaha, Purba dalam menguraikan konsep hubungan pelaku usaha dan konsumen mengemukakaan sebagai berikut: Kunci pokok perlindungan hukum bagi konsumen adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha saling membutuhkan. Produksi tidak ada artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan produk yang dikonsumsi secara aman dan memuaskan, pada gilirannya akan merupakan promosi gratis bagi pelaku usaha 3 3 Kartini Elisabet Purba, 2011. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang Di Kota Medan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/Sk/Vii/2002 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Dari pendapat diatas, sebenarnya sangat membantu pengusaha ketika administrasi telah dilengkapi oleh Depot. Namun dari hasil observasi diatas, pengusaha seakan enggan untuk melengkapi adminstrasi yang akan membantunya ketika terjadi masalah. Begitu juga halnya dengan masyarakat pengguna/konsumen Air Minum Isu ulang, beberapa instansi pemerintah seperti BPOM telah memberikan anjuran agar masyarakat memperhatikan kelayakan air yang digunakan untuk konsumsi, namun keengganan masyarakat masih sangat besar, masyarakat biasanya akan meminum langsung air isi ulang tanpa memperhatikan kelayakan air dan sumber air yang akan diminum. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: a. Pengawasan terhadap Depot air minum isi ulang di Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi secara umum masih kurang optimal, hal ini ditunjukkan dengan jumlah kunjungan dan masih banyaknya depot yang tidak memiliki izin operasional (SIUP, SLS, HPL). b. Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pengawasan terhadap Depot air minum isi ulang rata-rata sama di tiap wilayah Kabupaten/kota, yakni tidak adanya regulasi terutama untuk pemberian sanksi seperti pemberhentian usaha, serta minimnya anggaran guna melakukan pembinaan, bahkan beberapa wilayah tidak tersedia anggaran untuk hal tersebut. Disamping itu beberapa wilayah yang masih menganggap DAMIU belum Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.2011

menjadi permasalahan yang genting untuk diselesaikan. Saran Berdasarkan hasil temuan melalui observasi dapat direkomendasikan sebagai berikut: 1. Membentuk Regulasi tingkat Provinsi dan/atau tingkat Kabupaten dan kota tentang DAMIU, yang memuat persyaratan, pengawasan, pembinaan dan sanksi terhadap pelanggaran. 2. Membentuk Asosiasi Pengusaha Depot Air Minum Isi Ulang terutama ditingkat Kabupaten/Kota. 3. Membentuk Sub Bidang/Tim Khusus Pengawas DAMIU baik tingkat Provinsi, Kabupaten/kota yang dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan beserta Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 4. Melakukan pembinaan/pengawasan terhadap DAMIU minimal 6 Bulan sekali sesuai dengan Permenkes nomor 43 Tahun 2014. 5. Membuat database digital terpadu khusus DAMIU guna memudahkan pengawasan. DAFTAR PUSTAKA Firdaus Yustisia Sembiring.2008. Manajemen Pengawasan Sanitasi Lingkungan Dan Kualitas Bakteriologis Pada Depot Air Minum Isi Ulang kota Batam. e-repository. Universitas Sumatera Utara. I.H. Borts.1949.Water borne Diseases. Amaerican Journal Of Public Health diakses melalui. http://ajph.aphapublications.org/doi/abs/10.2 105/ AJPH.39.8.974. paa tanggal 29 November 2017. Imelda Gernauli Purba.2015. Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Depot Air Minum Dalam Menjamin Kualitas Air Minum Isi Ulang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Volume 6 nomor 2 Juli 2015. Lepun, Aaron Cassidy. 2011. Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air Pada Depot Air Minum Isi Ulang Wilayah Kota Bogor Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Thesis, Universitas Tarumanagara. Mia, eka fonda. 2015. Pengawasan Dinas Kesehatan Kota Padang Terhadap Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Padang. Thesis, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Andalas. Pivit Septiary Chandra, Tuti Khairani Harahap, Meyzi Heriyanto.2016. Evaluasi Pengawasan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru (Studi Kasus di Kecamatan Tampan). Jurnal Sorot Volume 11, Nomor 2, Oktober 2016: 101 110. Riki Saputra.2017. Pengawasan Terhadap Izin Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Kuranji Kota Padang Akultas Hukum Universitas Andalas Padang Satmoko Yudo, P. Nugro Rahardjo.2005. Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang di DKI Jakarta. Jurnal Administrasi Indonesia Volume 1 Nomor 3 Tahun 2005. Theo Kharismajaya. 2013. Pengawasan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi Ulang (Tinjauan Yuridis Pasal 10 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736/Menkes/Per/Vi/2010). Fakultas Hukum. Universitas Jenderal Soedirman.