BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengumpulan Kebutuhan Sistem jaringan diskless memang terdengar asing oleh sebagian orang karena sistem jarigan ini memang tergolong baru di dunia teknologi. Di Indonesia, sistem jaringan ini belum banyak diterapkan, padahal sistem jaringan seperti ini sangat bermanfaat untuk jaringan yang memiliki spesifikasi rendah. Di Indonesia masih banyak instansi, lembaga, atau sekolah-sekolah masih menggunakan komputer-komputer dengan spesifikasi rendah. Koputer-komputer tersebut memiliki keterbatasan untuk menjalankan sistem operasi dan aplikasi terbaru saat ini karena perangkat yang tidak support. Karena masih banyak pengguna yang menggunakan komputer dengan spesifikasi rendah, maka sistem jaringan diskless diciptakan untuk memudahkan perancangan jaringan yang memiliki spesifikasi komputer rendah. Sistem jaringan diskless ini memanfaatkan kabel LAN untuk melakukan booting ke server dan menjalankan sistem operasi tanpa memerlukan media penyimpanan (harddisk), hal ini membuat perancangan jaringan menjadi lebih hemat dan murah karena tidak perlu menggunakan harddisk. 28
29 3.2 Ruang Lingkup Jaringan Diskless Sistem jaringan diskless yang merupakan sistem jaringan tanpa harddisk ini membuat client dapat menjalankan sistem operasi tanpa menggunakan harddisk. Sistem operasi yang dijalankan berupa image virtual yang sebelumnya sudah diupload di harddisk server. Diperlukan aplikasi sebelum menjalankan sistem jaringan diskless agar jaringan dapat dijalankan dengan baik. Aplikasi ini bernama CCBoot yang nantinya di-install terlebih dahulu sebelum menjalankan sistem jaringan diskless. Aplikasi ini di-install baik di komputer server, maupun komputer client. Aplikasi CCBoot ini memiliki beberapa fungsi. selain berfungsi untuk membuat komputer bisa menjalankan sistem jaringan tanpa menggunakan harddisk (diskless), aplikasi ini juga dapat mengetahui data-data dan informasi perangkat keras yang digunakan pada komputer client. Aplikasi ini juga bisa melakukan monitoring pada komputer-komputer client yang terhubung dengan sistem jaringan diskless. 3.3 Konsep Perancangan Jaringan Diskless Perancangan sistem jaringan diskless ini membuat beberapa komputer saling terhubung pada satu jaringan. Sama seperti sistem jaringan komputer pada umumnya, namun pada jaringan ini setiap komputer client tidak memerlukan harddisk. Komputer client menjalankan sistem
30 operasi di komputer melalui image virtual yang ada di hardisk server. 3.3.1 Desain Topologi Jaringan Diskless Topologi yang digunakan dalam perancangan sistem jaringan diskless ini bisa dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama adalah dengan topologi peer-to-peer, dan cara yang kedua menggunakan topologi star. Penjelasan dari kedua topologi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Topologi Peer-to-Peer Topologi ini bisa disebut topologi peer-to-peer karena hanya menggunakan 2 komputer yang saling tehubung satu sama lainnya dengan menggunakan kabel UTP melalui port ethernet card yang terdapat pada motherboard komputer. Komputer pertama berperan sebagai server, dan komputer kedua sebagai client. Gambar 3.1 Topologi Peer-to-Peer menggunakan port ethernet card
31 2. Topologi Star Topologi ini menggunakan topologi star karena menggunakan lebih dari 2 komputer dan saling terhubung satu sama lainnya melalui perantara ethernet hub. Berbeda dengan topologi pertama, topologi ini memungkinkan semua komputer client dapat melakukan booting dan menjalankan sistem operasi meskipun tanpa media penyimpanan (hardisk). Gambar 3.2 Topologi star menggunakan port ethernet hub 3.3.2 Pengguna Pengguna dari penelitian sistem jaringan ini adalah client atau tester. Pengguna ini nantinya akan melakukan booting baik dari komputer server maupun komputer client dan menjalankan sistem jaringan
32 diskless. Pengguna yang menggunakan komputer server bisa melakukan monitoring pada komputer-komputer client. Sedangkan pengguna yang menggunakan komputer client akan melakukan booting dan menjalankan sistem operasi melalui kabel LAN untuk memastikan sistem jaringan diskless ini berjalan dengan baik dan normal. 3.4 Perancangan Infrastruktur Sistem Jaringan Diskless Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting agar jaringan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Beberapa infrastruktur yang harus dipenuhi dalam sistem jaringan diskless ini antara lain : 3.4.1 Perangkat Keras Dalam proyek penelitian ini membutuhkan beberapa perangkat keras, diantaranya: a. Komputer 1. Komputer server Berfungsi sebagai server yang digunakan untuk mengelola sistem jaringan diskless. Komputer server juga berfungsi sebagai tempat image virtual sistem operasi yang nantinya akan dijalankan di semua komputer client.
33 Gambar 3.3 Komputer server 2. Komputer client Komputer client akan menjalankan sistem operasi tanpa media penyimpanan (hardisk). Komputer client ini juga yang nantinya akan booting melalui kabel LAN dan menjalankan sistem operasi dari image virtual yang ada pada hardisk server.
34 Gambar 3.4 Komputer client b. Kabel UTP Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) Digunakan untuk menghubungkan antara komputer server dan komputer client melalui port ethernet card. Gambar 3.5 Kabel UTP
35 c. Ethernet hub Digunakan sebagai perantara atau penghubung agar komputer server bisa terhubung dengan banyak komputer client dalam suatu sistem jaringan komputer. Gambar 3.6 Ethernet hub 3.4.2 Perangkat Lunak (Software) Untuk penggunaan perangkat lunak (software) dalam penelitian ini hanya menggunakan satu aplikasi yaitu aplikasi CCBoot yang di-install baik di komputer server maupun pada komputer client.
36 3.4.3 Flowchart Alur Kerja Start Pengumpulan Kebutuhan Merancang Topologi Instalasi & Konfigurasi Semua Perangkat Tidak Pengujian booting client Melalui LAN Hasil sesuai? Ya Pengujian menjalankan sistem operasi di komputer client Tidak Hasil sesuai? Ya Analisa penelitian Kesimpulan End Gambar 3.7 Flowchart Alur Kerja
37 Flowchart pada gambar 3.7 menunjukkan cara kerja dari penelitian merancang dan mengimplementasikan sistem jaringan diskless adalah pertama, dengan meng-install sistem operasi pada masingmasing komputer. Dalam penelitian ini, komputer server menggunakan Windows Server 2008 R2, sedangkan komputer client menggunakan Windows 7. Setelah sistem operasi berjalan lancar di masing-masing komputer, selanjutnya adalah konfigurasi IP (Internet Protocol) pada komputer server dan komputer client agar menjadi suatu sistem jaringan yang saling terhubung, lengkap dengan subnet mask dan gateway. Setelah itu, menghubungkan komputer server dengan komputer-komputer client menggunakan kabel UTP. Setelah itu, cara untuk mengetes apakah jaringan sudah terhubung adalah dengan melakukan ping baik dari server ke client, maupun sebaliknya. Apabila semua sudah terhubung, maka akan ada reply dari perangkat yang dikirim ping tersebut. Setelah komputer terhubung dan menjadi satu jaringan, selanjutnya adalah meng-install aplikasi CCBoot di masing-masing komputer. Aplikasi ini memiliki pilihan saat di-install baik di server maupun di client. Untuk aplikasi yang di-install di server, pengaturannya disesuaikan dengan komputer server, begitu pula untuk komputer client. Setelah aplikasi selesai
38 di-install di client, maka komputer client harus melakukan upload image sistem operasi ke komputer server melalui kabel UTP. Dalam hal ini, image sistem operasi yang dimaksud adalah Windows 7 yang dijalankan di komputer client. Windows 7 yang dijalankan di client akan dibuat image virtual-nya, kemudian di-upload dan diletakkan di hardisk server. Image virtual ini yang nantinya akan dijalankan setiap client. Setiap client akan melakukan booting melalui kabel LAN, kemudian mengakses image virtual yang ada di server, lalu menjalankan sistem operasi tersebut di komputer client itu sendiri.