BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, secara

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit tidak menular, dan merupakan bagian dari beberapa target kesehatan lainnya (WHO, 2015). Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu dari PTM dengan jumlah kasus yang cukup tinggi. Angka kejadian DM di dunia dari tahun ke tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) menunjukkan pada tahun 2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia menderita DM dan angka ini akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2025 (WHO, 2014). DM menjadi penyakit yang semakin tren saat ini. Prevalensi DM meningkat dari 5,9% sampai 7,1% (246-380 jiwa) diseluruh dunia pada kelompok usia 20-79 tahun. Proporsi relatif dari DM bervariasi yaitu 15:85 pada populasi di Negara maju dan 5:95 di Negara berkembang (Bilous; Donelly, 2014). Global status report on Non Communicable Diseases World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa prevalensi DM diseluruh dunia sebesar 9%. Proporsi kematian akibat penyakit DM dari seluruh kematian akibat penyakit tidak menular adalah sebesar 4 %. Kematian akibat DM terjadi pada negara dengan pendapatan rendah dan menengah dengan proporsi sebesar 80%. Pada tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke -7 penyebab kematian di dunia (WHO,2014) 1

Menurut International Diabetes Federation (IDF), dalam Atlas Diabetes Melitus edisi ke-6 jumlah penderita DM di dunia semakin bertambah. Menurut estimasi IDF (2014) pada tahun 2014, 8,3% penduduk diseluruh dunia mengalami DM. Prevalensi ini meningkat dari tahun 2011 yaitu 7% dan diprediksikan pada tahun 2035 meningkat menjadi 10%. Diperkirakan proporsi penderita DM yang tidak terdiagnosis adalah sebesar 46,3%. Satu dari dua penderita DM tidak mengetahui bahwa mereka telah terkena penyakit tersebut. sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Prevalensi DM tertinggi terdapat diwilayah Mediterania Timur (14%) dan terendah di Eropa dan wilayah Pasific Barat (8% - 9%). Secara umum negara dengan penghasilan rendah menunjukkan angka prevalensi DM terendah dan negara dengan penghasilan menengah atas menunjukkan prevalensi DM tertinggi didunia. Prevalensi DM di negara dengan penghasilan menengah atas terbanyak di Negara Cooks Island (29,1%), disusul Negara Niue (27,6%). Prevalensi DM pada negara dengan penghasilan menengah bawah terbanyak pada Negara Samoa (25,2%) disusul Negara Micronesia (22,5%). Prevalensi DM pada negara dengan pendapatan tinggi/atas terbanyak pada Negara Qatar (23%) disusul Negara Quwait (20,1%) dan Prevalensi pada negara dengan pendapatan rendah terbanyak pada Negara Taj Ikistan (12,1%) disusul Negara Gambia dan Chad yaitu masing-masing 9,9% (WHO, 2014). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2014, Prevalensi penderita DM di Amerika adalah sebesar 9,3%, meningkat dari tahun 2010 yaitu sebanyak 25,8 juta jiwa dimana 8,1 juta penderita tersebut tidak terdiagnosa. Insiden

DM pada tahun 2012 adalah sebanyak 1,7 juta jiwa. Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian ke -7 di Amerika tahun 2010 (ADA, 2014) Prevalensi DM di Asia Tenggara pada tahun 2014 adalah sebesar 8,3% dengan kasus tidak terdiagnosa sebesar 52,8%. Kematian akibat DM pada penderita yang berusia dibawah 60 tahun adalah 53,8%. Diprediksikan pada tahun 2035 prevalensi DM di Asia Tenggara meningkat menjadi 10,1% (IDF, 2014). Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total penduduk, pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan jumlah pasien DM rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4% wanita hamil menderita Diabetes Gestasional (Kurniadi; Nurrahmani, 2014). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Prevalensi DM, hipertiroid, dan hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Prevalensi DM, hipertiroid, dan hipertensi di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada perdesaan. Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan hasil yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 %. DM terdiagnosis dokter berdasarkan gejala sebesar 2,1%. Prevalensi DM yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi DM yang

terdiagnosis dokter berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Di Provinsi Aceh, prevalensi DM yang terdiagnosis dokter berdasarkan gejala sebesar 2.6% pada tahun 2013 meningkat dari tahun 2007 yaitu sebesar 1,8% (Riskesdas, 2013). DM sering disebut sebagai silent killer karena bekerja secara diam-diam dalam merusak organ dalam tubuh. Sekitar 12-20% penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit ini dan setiap 10 detik orang didunia meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkan (Kurniadi; Nurrahmani, 2014). Menurut laporan WHO (2014) Indonesia merupakan negara dengan total populasi sebesar 247.000.000 jiwa dengan jumlah kematian penyakit Non Communicable Disease (NCD) memegang peranan yang cukup tinggi yaitu 71% dari seluruh total kematian yang ada, yaitu penyakit kardiovaskular sebesar 37%, kanker 13%, penyakit pernapasan kronis 5%, PTM lainnya 10%, dan untuk DM sendiri merupakan penyumbang kematian tertinggi ketiga yaitu sebesar 6%. DM juga merupakan faktor risiko berbagai penyakit penting seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke (Arisman, 2013). Komplikasi DM dapat berupa akut yaitu hipoglikemia dan kronis seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan penglihatan (mata), impotensi, ulkus kaki dan gangren (Ditjen PP dan PL, 2008) Menurut ADA (2014) penderita DM memiliki risiko 40% menderita glukoma dan 60% berisiko terjadinya katarak pada mata dibanding dengan bukan penderita DM. Orang dengan DM memiliki risiko 1,5

kali terkena stroke. Risiko kematian pasien stroke dengan DM 2,8 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami DM. Menurut IDF (2014) orang dengan diabetes berisiko 25 kali untuk diamputasi dibanding dengan orang bukan penderita DM. Peningkatan prevalensi DM dipengaruhi oleh faktor risiko yang dapat di modifikasi/ diubah khususnya akibat kurangnya aktivitas fisik, berat badan berlebih dan obesitas (WHO, 2014). Gaya hidup merupakan variabel utama penyebab berbagai masalah kesehatan khususnya masalah DM. Sembilan puluh delapan persen dari keseluruhan faktor risiko penyak it DM adalah gaya hidup. Gaya hidup yang terkait dengan pola makan yang tidak seimbang dan pola aktivitas fisik yang tidak optimal menjadi kontributor utama timbulnya penyakit DM (Hotma, 2014). Menurut Suyono (2008) penyakit DM merupakan penyakit degeneratif yang sangat terkait dengan pola makan. Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Perubahan gaya hidup dalam hal konsumsi makanan khususnya di kota besar dipicu oleh perbaikan/peningkatan di sektor pendapatan (ekonomi), kesibukkan kerja yang tinggi, dan promosi makanan ala barat fast food maupun health food yang populer di Amerika dan Afrika, namun tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran gizi yang mengakibatkan budaya makan berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro serta jadwal makan yang tidak teratur (Suiraoka, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Manik (2012), menunjukkan faktor risiko yang bisa dimodifikasi mempunyai hubungan yang bermakna DM, hubungan IMT terhadap DM (p:0,000 dan OR=5,2), hubungan hipertensi terhadap DM (p:0,028 dan OR=2,26), hubungan aktivitas fisik terhadap DM (p:0,024 dan OR=2,37), hubungan karbohidrat terhadap DM (p:0,007 dan OR=2,99) dan hubungan serat terhadap DM (p:0,009 dan OR=10,2) dan faktor yang paling berpengaruh terhadap DM adalah IMT 25 kg/m² dengan hasil p:0,0001. Berkaitan dengan faktor risiko tersebut diatas Riskesdas (2013) melaporkan bahwa proporsi rerata nasional yang melakukan kegiatan fisik yang kurang aktif sebesar 26,1%, yang melakukan aktivitas sedentari (perilaku duduk atau berbaring dalam sehari-hari) antara 3-5,9 jam sehari yaitu 42%. Proporsi rerata nasional konsumsi kurang sayur atau dan buah adalah sebesar 93,5%, yang mengkonsumsi makanan berisiko seperti mengkonsumsi makanan manis >1 kali sehari adalah 53,1%. Proporsi penduduk umur 10 tahun yang mengkonsumsi makanan berlemak 1 kali sehari sebesar 40,7% dan yang mengkonsumsi makanan berpenyedap 1 kali sehari adalah 77,3% (Balitbangkes, 2013). Menurut data Badan Pusat Statistik penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas yang melakukan olahraga tahun 2009 yaitu 21,76% meningkat pada tahun 2012 menjadi 24,9%. Penanganan yang tepat untuk menangani faktor penyebab DM dapat dikendalikan dengan adanya kemauan merubah gaya hidup sehat (Tandra, 2014). Pasien DM perlu memerhatikan gaya hidup, perencanaan makan (diet), latihan (olahraga), pemantauan glukosa darah, terapi (bila diperlukan) dan pendidikan

kesehatan. Oleh karena itu, peran dan dukungan kelompok keluarga, saudara dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan (Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, berdasarkan peringkat 10 besar penyakit tidak menular yang menyebabkan rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia, penyakit DM berada pada peringkat ke-7 yaitu 2,6%. Berdasarkan peringkat 10 besar penyakit tidak menular penyebab kematian yang dirawat inap dirumah sakit, penyakit DM menduduki peringkat ke-6 yaitu 7,33% pada tahun 2009 dan 7,89% pada tahun 2010 (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI,2012) Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara diketahui jumlah penderita DM Tipe II pada tahun 2014 sebanyak 2.049 orang dengan kasus baru sebanyak 215 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 2.711 orang dengan kasus baru sebanyak 310 orang (Rekam Medik RSU Cut Meutia Aceh Utara) Dari data diatas memberikan gambaran bahwa masalah DM merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensiya yang semakin tinggi dan terus meningkat dan dapat menimbulkan komplikasi yang cukup berat ditambah besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganan penderita. Dengan mengetahui adanya faktor resiko lebih awal maka pengendalian faktor resiko tersebut dapat dilakukan lebih dini yang pada akhirnya prevalensi DM dapat ditekan. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut tentang pengaruh dari faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin,

riwayat keluarga DM dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi terutama gaya hidup seperti indek massa tubuh, aktivitas fisik, tekanan darah, pola makan dan kebiasaan merokok terhadap terus bertambahnya penderita DM Tipe II dan mendapat gambaran yang lebih tepat terhadap faktor risiko mana yang memengaruhi kasus DM Tipe II serta faktor risiko mana yang paling berpengaruh terhadap kasus DM Tipe II. 1.2. Permasalahan Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah faktor risiko apa saja yang memengaruhi kejadian penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kejadian penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh umur terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. b. Mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016.

c. Mengetahui pengaruh riwayat keluarga dengan DM terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. d. Mengetahui pengaruh indeks masa tubuh terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. e. Mengetahui pengaruh aktifitasffisik terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. f. Mengetahui pengaruh tekanan darah tinggi terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. g. Mengetahui pengaruh pola makan terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. h. Mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian penyakit DM Tipe II di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016. 1.4. Hipotesis Ada pengaruh faktor risiko terhadap kejadian penyakit Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Bagi pihak rumah sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai kejadian DM sehingga dapat memberikan masukan untuk meningkatkan pengetahuan bagi penderita dan keluarga. Hal ini diharapkan dapat terlaksana dengan baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang ada di Poli edukasi diabetes Rumah Sakit. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kejadian penyakit DM.